Chapter - 2 & 3

700 22 0
                                    

BENTENG HATI (H e e r a)
Part 2 & 3

(FIKSI DEWASA)

Author : Wahda Paridhi Sharma Akdhaparijatlovers

WARNING : 21 +

"Halo, Jagoan!" Jalal mengacak lembut rambut Aaditya yang duduk di sofa ruang keluarga.

Jalal sangat mengerti bagaimana sifat putranya ini jika sudah menunduk dan diam tak menjawab sapaannya.
"Jagoan marah, hmm?" Di ciuminya rambut Aaditya yang mirip dengannya. Kecoklatan dan sedikit gondrong.

"Bukankah dulu Daddy bilang agar kami tidak pernah berbohong? Dan Mommy juga selalu bilang begitu, kan? Lalu kenapa sekarang kau yang berbohong, Dad?"

Jalal menghembuskan nafas untuk mengenyahkan sesak di dadanya. Pertanyaan yang sama lagi! Putranya ini memang tak segan untuk bertanya sejauh yang ingin ia ketahui. Meski pertanyaan itu terasa menohok bagi si penjawab pertanyaannya.

Aaditya sepertinya memang tahu bahwa Jalal tak jujur selama ini mengenai keberadaan Mommy-nya.

("Mommy sedang pergi ke suatu tempat sekarang. Untuk berlibur sesaat. Kan, Mommy capek dan butuh break sejenak juga") Aaditya mengingat cepat jawaban yang selalu Daddy-nya berikan tatkala dirinya atau para saudaranya bertanya.

Hanya alasan itu yang bisa Jalal katakan sebagai pengusir rasa ingin tahu putra-putrinya, meski hanya untuk sesaat. Kemudian mereka akan bertanya lagi dan lagi.

"Seringkali kita terpaksa harus berbohong demi mereka yang kita cintai, Jagoan. Berbohong demi menenangkan mereka, walaupun tidak bisa selamanya seperti itu," Jalal tersenyum seraya membawa Aaditya ke pangkuannya. Anak itu diam mendengarkan.

Jalal melanjutkan, "Berbohong tetaplah sebuah kesalahan, Nak. Sejatinya tidak ada kebohongan demi kebaikan, apapun alasannya. Daddy, Mommy, Nenek, dan semuanya... tidak pernah ingin mengajarkan itu (kebohongan) padamu, Kak Aadita dan Aalia,"
Aaditya menatap mata sang Ayah.

"Lalu?" lirih Aaditya. Jalal tertawa.

"Lalu...?" Jalal membeo pertanyaan putranya. Dahinya menggesek-gesek ke kepala Aaditya.

"Bisakah sekarang kita bicara serius?" Aaditya bangkit dari pangkuan Ayahnya dan berdiri sembari memasang tampang 'coolnya'.

Jalal lagi-lagi terkekeh,
"Thik hai, mari kita bicara serius. Sebagai laki-laki, hmm?"

"Ji, haan. Sebagai dua laki-laki sejati," jawabnya bersemangat.

Mereka tertawa. Serta-merta tinju mereka bersatu sebagai tanda kekompakan satu sama lain.

"Jadi, kita akan melakukannya (berbohong), Dad?" Aaditya kembali memasang mimik serius, mencari kepastian.

"Giliran Daddy yang bertanya padamu, baru pertanyaanmu akan Daddy jawab. Bagaimana?"
Aaditya mengangguk. Ia kembali duduk di sisi sang Ayah.

"Jika kenyataan sebenarnya kita katakan pada mereka yang kita sayangi, kenyataan yang akan membuat mereka menangis, bagaimana tanggapanmu?"
Aaditya menunduk lantas menatap mata Ayahnya lagi. Di lihatnya ada banyak beban dan kesedihan disana.

Kelebihannya dibanding anak-anak seusianya lainnya seketika bekerja. Otak dan hatinya seakan saling memberitahu bagaimana kondisi Ayahnya selama ini. Ia mengerti betapa sulitnya keadaan yang harus dihadapi sang Ayah sendirian setelah kepergian ' Ratu ' mereka.

Mata mereka bertemu.
"HANYA demi ' Tuan Putri ' (Aadita dan Aalia) kita, Jagoan. Dan hanya untuk sementara," Jalal tersenyum lembut dan dibalas anggukan oleh putranya.

BENTENG HATI (H E E R A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang