Part pendek yaa... Sorry...
Malam menghiasi Mumbai dengan hiruk-pikuknya. Kerlip bintang yang diiringi desau angin lembut perlahan mencuri celah dibalik kaca lebar di ruang pribadi bernuansa temaram ini.
Usai menerima telepon dari Todar Mal yang mengabarkan telah menemukan identitas anggota keluarga Payal, salah satunya adalah putri tunggalnya, Jalal, sang pemilik ruangan tersebut, meneruskan pencariannya lewat orangnya yang lain, karena Todar hanya mendapatkan identitas mereka, sedangkan wujudnya belum bisa ditemui.
Mengingat jasad Payal yang harus segera di makamkan, Jalal merasa diharuskan untuk bertindak cepat.
Tak berselang lama, informannya menghubungi Jalal dan mengatakan telah berhasil melacak keberadaan putri Payal yang bernama Mehak itu.
("Putri Nyonya Payal berusia sekitar lima tahun, Tuan. Sekarang dia sedang bergerak menuju desa Banda menggunakan kereta umum. Jarak tempuh dari Mumbai ke desa itu memang cukup memakan waktu, sehingga sampai sekarang Mehak belum mencapai desa tujuannya,") jelas sang informan profesional itu via telepon.
"Kalau begitu aku mau kau segera menjemputnya. Bawa anak itu ke Mumbai!"
("Siap! Tugas segera ku laksanakan, Tuan!")
KLIK
Jalal setengah merebahkan punggungnya di kursi kerja besarnya itu. Pria itu tersenyum penuh kepuasan. Para penjahat sudah berada di genggamannya, menyisakan komplotannya yang masih ia kejar. Jodha, istri tercintanya pun telah kembali. Kendati Jodha mengalami amnesia dan melupakannya.
Jalal bangkit untuk duduk lebih tegak saat inderanya menangkap sayup-sayup obrolan riang dari luar. Bergegas Jalal keluar dari ruang pribadinya. Ia sudah tahu siapa pemilik suara-suara itu.
Sesampainya di depan pintu ruangannya, tampaklah tiga sosok cantik yang selalu Jalal rindukan. Bibirnya menyunggingkan senyum ketika Jodha, istrinya, bersama Aadita dan Aalia berjalan melewati ruang kerjanya untuk menuju dapur utama.
Jalal mengikuti langkah mereka setelah ketiganya semakin jauh.
........"Kita mau buat apa, Mom?" tanya Aadita tak sabar. Heera melihat ' putrinya ' sekilas dan tersenyum,
"Buat cake cokelat aja, Mom!" seru Aalia. Aadita cemberut,
"Terserah Mommy dong!" Aadita menjulurkan lidah ke arah adiknya. Giliran Aalia yang memasang wajah sebal.
"Hei, Princess-Princess Mommy jangan bertengkar, dong. Tidak boleh, hmm?" Heera memeluk keduanya di kedua sisi pinggangnya. Rasa hangat dan di cintai benar-benar menjalar di hatinya. Tampak dirinya yang menikmati perannya sebagai ibu bagi Kembar, bahkan ISTRI dari JALAL.
Mengingat bagaimana pria itu memperlakukannya, tanpa sadar pipi Heera bersemu merah. Senyumnya tercetak indah, menciptakan senyum yang sama dari sesosok tampan di balik meja hias berisikan gelas berbagai model itu. Jalal memperlihatkan ketiga bidadarinya disana, seraya melipat tangan di dada dengan santai.
.........
"Princess suka cake cokelat, ya? Kalau Lovely, maunya bikin apa, Nak?" tanya Heera dengan lembutnya sembari menjawil hidung Aadita yang sangat mirip dengannya.
Kedua anak itu tersenyum lebar karena merasakan kehadiran Mommy mereka benar-benar nyata. Kasih sayangnya mampu keduanya serap, tak ubahnya seperti setahun lalu saat mereka berusia tiga tahun, sebelum ditinggalkan Jodha.
Aadita memeluk pinggang Heera lebih erat, "I love you, Mom! Aku sayang banget sama Mommy..... Mommy segalanya buat kami. Jangan pergi lagi, please.... I love you so much. I love you more...... Muaahhh!!" Aadita menciumi tangan Heera dengan mata mungilnya yang berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
BENTENG HATI (H E E R A)
Fiksi PenggemarSebuah tragedi pedih yang nyaris merenggut nyawa terjadi. Sultan Jalaluddin Khan harus kehilangan Maharani Jodha Malhotra Khan, istrinya dan ibu dari ketiga putra-putri kembarnya yang masih berusia tiga tahun. Di tempat lain, ada Heera Kunwari yang...