Chapter - 22 & 23 (Selisih 1 Part dari di Fanpage)

668 27 8
                                    

Happy Reading! Semoga masih suka & berkenan baca, yaa...

"Nyonya, ada telepon dari desa Banda."

Maham Anga segera menjauhkan bibirnya dari rokok yang tersisa setengah, lalu menoleh tajam ke arah pelayan barunya,
"Aku sudah tidak ada urusan dengan desa itu, atau apa saja yang berhubungan dengannya. Putuskan sambungan teleponnya dan katakan aku tidak ada!" perintahnya.

"Ta..tapi, Nyonya. Aku..........,"

"LAKUKAN SEKARANG ATAU KU POTONG LIDAHMU!!"

"Ba..ba...baik. A..akan ku lakukan!" pelayan tersebut lari terbirit-birit mendengar ancaman tak main-main dari sang majikan, bergegas menghampiri meja telepon untuk melakukan tugasnya.

"Desa Banda? Ummm....... Pelayaaannn!!"

Si pelayan mengernyit heran sesaat. Karena baru sesaat dirinya di usir, kini kembali di panggil oleh Maham dengan suaranya yang tegas dan lantang.

"Ada apa, Nyonya. Maaf, aku belum melakukan tugas dari Anda. Tapi, segera aku.........,"

Tanpa diduga, Maham tersenyum seraya mengangkat dua jarinya. Terselip beberapa lembar uang diselanya,
"Untukmu. Sekarang, bawa teleponnya kemari. Biar aku bicara dengan si penelpon dari desa Banda itu. CEPAT!"

Pelayannya yang masih kebingungan hanya bisa mengangguk. Seraya menerima uang dari jari Maham, ia melangkah mundur lantas berbalik untuk mengambil telepon dan diserahkan pada sang nyonya.

.............

"Halo!"

("Aku Shivanga, ibu dari Jagdev Singh!")

Mata Maham terbelalak lebar-lebar saat mengetahui siapa lawan bicaranya di ujung sana.

"I...ibu Jagdev? Apa itu artinya kau...., kau mertua dari Payal?" lirih Maham dengan hati-hati.

("Haan! (Ya!). Dan aku juga nenek dari MEHAK yang sempat kau asuh atas izin Payal, menantuku!")

#Duuaaaarrrr ........

**********

"Mommy, aku ikut!"
rengek Aalia dengan suara serak dan mata setengah terpejam. Si bungsu memang terbangun dari tidur lelapnya karena mendengar suara cukup gaduh yang berasal dari kesibukan Jalal dan Jodha serta para pelayan, mempersiapkan keperluan untuk menyambut Mehak.

Heera mengelus sayang rambut Aalia yang terurai panjang. Menyalurkan cintanya untuk gadis kecil yang masih belum bisa ia percayai bahwa status anak tersebut adalah anak kandungnya, seperti pernyataan Jalal.
"Tidak, Princess. Kau tetap disini, ya. Mommy tidak akan lama, hmm? Lagipula, ada seseorang yang ingin kami tunjukkan kepadamu, dan kau pasti senang bertemu dengannya nanti," kata Heera lembut. Jalal tersenyum penuh arti memandangi kedua bidadarinya yang sempat terpisah itu.

"Siapa? Grandmom, ya? Asiikkk!! Grandmom, kan lama nggak pulang. Sekarang dia kembali kesini, ya, Mommy?" tanya Aalia terlonjak semangat. Hawa kantuknya terbang entah kemana.

"Grandmom?" Heera menatap Jalal, meminta jawaban.

Jalal menghembuskan panjang nafasnya, mencoba membimbing kesabarannya agar lebih luas lagi, "Princess sayang, bukan Grandmom yang akan datang ke rumah kita. Tapi, orang lain. Daddy berharap dia bisa jadi temanmu dan Lovely kalau kalian sudah bertemu," kata Jalal sambil menggendong Aalia, dan melempar tatapan tajam sekaligus sedih pada Heera,

'Bahkan kau tidak mengingat panggilan itu (Grandmom), Sayang. Dulu kau sendiri yang mengajarkan kata Grandmom dan Granddad pada Kembar. Mereka orangtuamu, Sayang...................,'

BENTENG HATI (H E E R A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang