bab 8

27K 1.4K 66
                                    

"Selamat siang Anisa," sapa pria yang duduk didepannya.

"Selamat siang, " jawab Nisa yang mulai tidak tenang. Melihat siapa yang ada didepannya. Bukan Anisa takut apa, ia hanya takut dengan pria bukan muhrimnya yang akan menimbulkan fitnah.

Pria itu tersenyum miring saat melihat inai yang masih merah di tangan Anisa.
Dia menyimpulkan bahwa Anisa baru menikah.

"Kamu menolakku, Sekarang kamu sudah menikah Nisa? apa kamu menolakku karena ada pria lain yang lebih kaya dari aku," tanya pria itu.

Perkataan pria itu membuat Anisa geram, seenak jidatnya saja dia menuduh Anisa seperti itu tapi ia mencoba untuk bersabar.

"Maaf kak, maksudku pak Hamdan, saya menolak anda bukan karena saya mencari yang lebih kaya dari anda, tapi Allah tidak menjodohkan kita, saya harap anda mengerti," kata Anisa tanpa menunggu jawaban Hamdan ia beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kantin.

"Nisa," panggil Daffa yang melihat Anisa keluar dari kantin dengan wajah kesal.

Daffa mengikuti Anisa sampai keruangannya.
Salma bingung saat melihat Daffa mengikuti Anisa sampai masuk keruangannya.

Anisa langsung duduk di sofanya.

"Hey, Nisa istriku ada apa?" Tanya Daffa lembut sambil duduk di sampingnya.

Nisa yang menyadari Daffa ada disampingnya.

"Maaf," gumam Anisa.

"Ada apa? Cerita Nisa!" Pinta Daffa.

"Kak," panggil Nisa pelan.
Daffa menarik Istrinya kedalam pelukannya mencoba untuk menenangkannya.

"Yaudah kalau belum mau cerita," kata Daffa tidak mau memaksa.

Anisa masih tidak mengerti dengan sikap Hamdan.
Kata Abinya Hamdan telah menerima keputusannya dengan baik, tapi tadi kenapa Hamdan berbicara seperti itu.

"Tenanglah," pinta Daffa.

"Nisa menolaknya bukan berarti Nisa mencari yang lebih kaya darinya, Nisa menolaknya karena hati Nisa tidak cocok dengannya dan Allah juga tidak menjodohkan Nisa dengan dia, kenapa dia beranggapan Nisa menolaknya hanya karena Nisa ingin mencari yang kaya." Anisa mencoba bercerita pada Daffa.

Daffa mulai mengerti kenapa Anisa nampak kesal.

"Maksud Nisa? Pria yang yang mengajak ta'aruf dulu," tanya Daffa.

Anisa mengangguk pelan.

"Sungguh Nisa menolaknya bukan karena Nisa mencari yang kaya, tapi hati Anisa memang tidak cocok dengannya," kata Anisa sambil memandang Daffa.

"Kakak mengerti, Nisa memilih kakak bukan karena harta, toh kakak tidak lebih kaya dari Anisa.
Kakak hanya bawahan Nisa. Jadi biarkan orang berkata apa," kata Daffa.

Tapi Anisa tidak puas dengan jawaban Daffa.

"Anisa tidak ingin mendengar kakak menganggap kakak bawahannya Nisa, bagi Nisa kakak atasan Nisa yang harus Nisa hormati, yang harus Nisa patuhi lebih dari siapapun kecuali Allah," kata Nisa sambil memandang Daffa.

Daffa hanya bisa mengangguk.

Anisa merasa tenang saat ini berada didalam pelukan suaminya, suami yang mampu menenangkan emosinya.
Suami yang sangat mengerti dirinya.

"Lain kali kalau Nisa emosi, ber-istigfarlah Nisa, jangan sampai setan menguasaimu," pesan Daffa.

Anisa mengangguk, "terima kasih, maaf gara-gara Nisa kakak tidak jadi makan siang." Nisa merasa bersalah karena emosinya suaminya tidak jadi istirahat makan siang.

Jodoh Dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang