"Wulan apa yang kamu lakukan," teriak Anisa dan berlari mendekati Wulan.
Demi Allah Anisa tidak menyangkah Wulan mempunyai pikiran yang dangkal sehingga akan melakukan hal yang dibenci Allah."Wulan jangan lakukan itu," kata Anisa sambil merebut pisau yang ada ditangan Wulan.
"Tante Vira," teriak Anisa memanggil tante Vira.
"Wulan aku mohon jangan seperti ini, buang pisau itu," pinta Anisa yang masih mencoba membujuk dan merebut pisau yang ada ditangan Wulan.
Tante Vira yang mendengar teriakan Anisa segera berlari menuju kamar Wulan.
"ada apa Nisa? Astagfirullahhaladzim." Tante Vira kaget melihat Anisa dan Wulan berebut pisau.
"aaaaaarrrrgggg," jerit Anisa saat pisau itu mengenai tangannya.
"Nisa," teriak Tante Vira.
Wulan yang mendengar jeritan Anisa segera membuang pisaunya.
Dan mundur kearah tembok."Nisa tidak apa-apa tante," kata Anisa. Saat tante Vira mendekat.
"kamu terluka Nisa," kata Tante Vira sambil memegangi tangan Anisa yang terluka.
"hanya sedikit tante," kata Anisa sambil melihat luka ditangannya dan mendekat kearah Wulan yang sedamg menangis.
"Wulan jangan seperti ini, kamu tidak harus menyakiti dirimu dan janinmu," kata Anisa pelan sambil memeluk Wulan.
Tak ada jawaban.
"Wulan...,"
"kamu tidak tahu apa yang aku rasakan Nisa jadi jangan pernah bicara seperti itu," kata Wulan penuh emosi ditengah tangisannya.
Anisa mengangguk pelan ia memang tidak pernah berada diposisi Wulan tapi ia bisa merasakan bagaimana kebingungan Wulan karena dia juga seorang perempuan.
Anisa diam sambil memandang Wulan yang terus menangis.
Anisa mencoba mengajak Wulan untuk duduk di atas ranjangnya."Wulan aku dan kamu sama-sama perempuan jadi aku bisa merasakan apa yang kamu rasakan,"
"jangan seperti ini terus, kamu tahu janin ini adalah titipan Allah, Allah percaya kalau kamu bisa menjaganya maka dari itu Allah menitipkannya padamu," kata Anisa sebisanya agar Wulan bisa menerima keadaannya sekarang.
"ini anak haram aku tidak menginginkannya Nisa aku bahkan tidak tahu siapa yang membuatku seperti ini," kata Wulan sambil menangis.
Anisa menggeleng saat mendengar kata anak haram yang terucap dari bibir Wulan.
"ssstt, tidak ada kata anak haram Wulan, dia tidak tahu apa-apa jangan pernah salahkan dia," kata Anisa.
"maaf sebelumnya jika kataku ini menyinggung perasaanmu."
Anisa mengambil nafas dalam sebelum mengucapkan apa yang akan disampaikannya.
"apa kamu ingin anak yang kamu kandung seperti dirimu yang tidak diharapkan kedua orang tuamu? Jangan biarkan dia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu Wulan, dia berhak untuk melihat dunia,kamu merasakan betapa beratnya hidup tanpa belaian ibu apa kamu mau anak yang kamu kandung merasakannya juga?" kata Anisa.
Anisa memandang tante Vira yang berdiri didekat ranjang Wulan.
"Wulan, benar apa yang dikatakan Anisa. Jangan pernah salahkan anak yang ada dikandunganmu, dia tidak tahu apa-apa dan seandainya dia bisa memilih dia tidak akan hadir dengan cara yang seperti ini, tenangkan hatimu sholat dan berserah diri pada Allah insya Allah akan ada jalan," kAta tante Vira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dari Langit
RomantizmAku tidak pernah melihatnya tapi aku yakin dia dikirimkan Allah untuk menjadi kekasih halalku. Meski aku belum bertatap muka bahkan melihatnya aku sudah bisa merasa bahwa dia calon imam yang akan menuntunku kesurganya insyaallah.