19

13.3K 829 77
                                    

Anisa memutuskan untuk kembali kerumah Daffa, selama sebulan dia memikirkan apa yang harus dilakukan dan jawabannya adalah sekarang dia berada dirumah Daffa untuk meminta penjelasan karena dia sadar kalau tidak cepat diselesaikan akan membuat orang senang dengan pertengkaran mereka.
Sekarang ia duduk menanti Daffa pulang karena ia ingin menyelesaikan masalah yang sekarang terjadi dan
Ia ingin membicarakan dari hati kehati biar semua jelas.

Motor Daffa memasuki halaman kecil rumahnya.
Dan melihat Anisa yang duduk dikursi teras membuatnya dia cepat-cepat turun dari motor dan menghampiri Anisa.
"Assalamualaikum," salam Daffa.

"waalaikunsalam," jawab Anisa sambil menyalami tangan Daffa.

"kenapa tidak masuk?" tanya Daffa sedikit ada bahagia diwajahnya melihat Anisa yang sekarang berada dirumah.

"kuncinya tidak ada," jawab Anisa.
"Nisa tidak bawa kunci?" tanya Daffa sambil membuka pintu.
Anisa menggeleng, "tidak, waktu itu Nisa lagi emosi," jawab Nisa polos seperti tanpa dosa.

Daffa tersenyum mendengar jawaban Anisa, Anisa segera masuk dapur membuatkan Daffa minum.

Daffa tersenyum samar, senang hatinya melihat Anisa yang sedang membuatkan minum untuknya.

"kita bicara Nisa," ajak Daffa.
"makan dulu, Nisa sudah masak dirumah Ibu tadi," kata Anisa.

Anisa menyiapkan makan untuk Daffa dan duduk ditempat biasa ia duduk saat makan bersama Daffa.

Anisa melihat seisi rumah yang nampak sama saat ia tinggalkan dulu. Anisa kembali mengamati Daffa makan setitik air matanya leleh membasahi pipi, betapa bodohnya dia saat mengingat dia meninggalkan rumah hanya karena emosi tanpa mendengarkan penjelasan dari Daffa dan memikirkan bagaimana perasaan Daffa.

"hey...sayang ada apa?" Tanya Daffa saat melihat Anisa menatapnya dengan air mata berlinang, ia segera menyingkirkan piringnya dan menggeser kursinya untuk mendekati Anisa.

"ada apa?" tanya Daffa sambil mengenggam tangan Anisa.

"Nisa minta maaf Kak, Nisa terlalu emosi sampai tidak percaya sama kakak, selama sebulan ini Anisa berfikir, harusnya mendengarkan penjelasan kakak dulu sebelum bertindak hal yang membuat Nisa tersiksa selama sebulan ini, Nisa tidak bisa jauh dari kakak." Anisa memeluk Daffa erat.

"kakak juga begitu,Nisa." Daffa membalas pelukan Anisa.

"tapi Anisa mempunyai satu pertanyaan yang membuat hati Nisa masih bertanya-tanya," kata Anisa.

"apa Nisa? Tanyakan semua apa yang membuat hati Nisa tidak tenang,"

"kita bicarakan semuanya di kamar Kak," ajak Anisa karena kamar adalah tempat ternyaman untuk semuanya menurut Anisa.

Daffa mengangguk dan mengikuti Anisa masuk dalam kamar.

*****

Daffa duduk ditepi ranjang sedangkan Anisa duduk ditengah ranjang bersila sambil menatap Daffa.

"Nisa ingin bertanya apa?" tanya Daffa.

"kenapa saat Wulan ingin kakak bertanggung jawab, kakak malah diam tidak mengelak" tanya Anisa.

Daffa mengangguk dan baru menyadari ternyata ini yang membuat Anisa sakit hati dan tidak percaya padanya.

"kenapa kakak diam? Karena pertama kakak kaget mendengar pengakuan Wulan yang tiba-tiba minta kakak bertanggung jawab, kedua waktu kakak sudah mengerti dan ingin menyangkalnya kamu sudah marah dan pergi," jawab Daffa.

Anisa baru mengerti dan menyadari kebodohannya yang tidak mau mendengarkan penjelasan Daffa.

"tapi kenapa tiba-tiba dia meminta kakak untuk bertanggung jawab? Apa kakak pernah menyentuhnya?" tanya Anisa.
"sekali dan itupun terpaksa karena tidak ada pilihan lain Nisa, kamu ingat saat Rinda masuk rumah sakit?" tanya Daffa.
Anisa mengangguk.
"disitu kakak datang kepanti untuk melihatnya tapi ternyata Rinda sudah dibawah kerumah sakit, saat kakak ingin kembali pulang kakak melihat Wulan datang dengan jalan yamg sempoyongan dan jatuh pingsan mau tidak mau kakak membawanya ke kamarnya dan sudah hanya itu," sambung Daffa.

Jodoh Dari LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang