"Mila..." Camila menoleh cepat pada David. Tidak biasanya laki-laki ini memanggilnya dengan nama kecilnya. Sejak pertama ia kenal dengan David, hanya panggilan Cam sajalah yang ia gunakan. Tetapi sekarang....
"Makasih, ya," ucap David membuat Camila mengangguk dengan kikuk.
"Makan es krimnya, Vid." David mengangguk dan mulai mengambil sendoknya yang sempat ia jatuhkan.
Camila memperhatikan David yang tengah menikmati es krimnya. Laki-laki ini begitu terlihat memperjuangkan teman-teman sekelasnya. Sesampainya di rumah, ia benar-benar harus mengecek apa saja yang David katakana menggunakan namanya.
Ia sendiri juga penasaran, apa ada teman sekelasnya yang ingin dipisah dan tidak ingin tetap bersama.
"Mila, kok stroberi lo banyak sih?" David memperhatikan gelasnya dan gelas Camila secara bergantian.
Camila menatap David tajam, sambil mengkerucutkan bibirnya. "Lo ngambilin stroberi gue, ya? Mau dong, a," David membuka mulutnya, memberikan perintah pada Camila untuk menyuapinya stroberi.
Camila mendengus sebal, sejak kapan laki-laki ini begitu manja padanya. "Biasa nyomot sendiri aja, sok minta disuapin." Meskipun Camila mencibir, tangan kanannya tetap meraih stroberi dan memasukannya ke dalam mulut David, membuat David tersenyum miring dan menatap Camila jahil.
"Demen aja lo nyuapin gue," jawab David cepat membuat Camila ikut terkekeh. Setidaknya, Davidnya sudah kembali.
"Lah, yang demen sama gue kan elo, gue mah nggak demen sama lo." David menghentikan tawanya, menatap Camila dengan tatapan tajamnya.
"Sekelas tahu itu, Mil, nggak perlu lo sebutin lagi." Camila jadi panik sendiri mendengar nada serius dari David. Apa ini artinya David marah padanya karena Camila kembali mengungkit soal perasaannya yang sudah mereka tutupi hampir 2 bulan ini?
"Sakit hati abang, neng." Camila menghela napas panjang begitu mendengar jawaban dari David. Laki-laki ini tidak benar-benar marah padanya. Laki-laki ini hanya kembali menggodanya.
Tangan David bergerak mengacak Poni Camila yang menutupi seluruh keningnya. Apa David belum bilang, bahwa Camila terlihat begitu manis dengan poni seperti itu? Kalau belum, biarkan David memberi tahukan.
Setelah pembagian rapot kelas XI kemarin, keduanya berjalan bersama di mall. Dan saat melewati salon, tiba-tiba saja David berpikir untuk membuat Camila berponi seperti ini. Dan tadaa, Camila terlihat 1 tahun lebih muda. Ya, lumayan 1 tahun juga. Kata Camila saat itu.
"Kalau mau baca chatnya, sekarang juga nggak papa kok." Camila mengangguk dan langsung mengambil ponselnya, membaca chat yang dikirim oleh David.
Camila: Sebenarnya semua pengin dipisah, atau ada yang nggak mau tapi nggak berani ngomong, sih?
Rangga: Kenapa emang, Cam?
Juno: Kenapa emang, Cam? (2)
Ayya: Kenapa emang, Cam? (3)
Silva: Kenapa emang, Cam? (4)
Samudra: Camzi, uhuk. Jadi nungguin David rapat? Hasilnya gimana? Apa aja yang udah David ceritain sama lo? Buruan ngomong.
Samudra: Camila jawab ih.
Samudra: Camila kek David ngetiknya lama.
Nadine: Tai. Nyampah bgt.
Camila: Najis. Tadi suruh ngomong, sekarang ngetik. Gue harus apa?
Rangga: Ngetik aja, Cam. Sam mah nggak usah didengerin.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREE WORDS
Teen FictionPengakuan tidak langsung David di akhir kelas 11, bukan menjadi alasan untuk David dan Camila bermusuhan. Kini keduanya jauh lebih dekat sebagai sahabat. Disaat keduanya sudah nyaman sebagai sahabat, apa lagi yang diharapkan? Namun semua tak semuda...