LIMA BELAS

1.2K 127 4
                                    

"Cam, pulang sama siapa?" Mendengar pertanyaan Rangga sontak membuat David menolehkan kepalanya.

"Sendirian, kenapa?"

Camila menatap Rangga dengan kedua alis terangkat. Apa Rangga akan mengajaknya pulang bersama? Apa ini perintah David?

"Bareng, yuk, gue lagi pengin ke restoran perancis tante lo, deh," ujar Rangga sambil cengengesan. Camila segera mengangguk setuju mendengar perkataan yang diucapkan oleh Rangga.

Berbeda Rangga, berbeda Camila, berbeda juga dengan David. Ingin rasanya, David berteriak bahwa Camila akan pulang bersamanya.

Namun tidak, ia masih terlalu gengsi untuk itu, ia masih perlu memikirkan soal perasaannya. Ia masih harus memikirkan bagaimana caranya ia benar-benar bisa merasakan bahwa ia mencintai Camila? Cinta seorang laki-laki kepada seorang perempuan. Bagaimana caranya?

"Lagi ada diskon, deh, kayaknya."

"Tumben banget restoran gitu ada diskon?"

"Iya, ada diskon kalau mau traktir keponakannya." Rangga terkekeh mendengar jawaban dari Camila, tangannya sontak menepuk kepala Camila.

"Yuk, sekarang?" Camila mengangguk antusias.

"Nggak ada yang mau gabung nih?" tanya Camila ke teman-teman sekelasnya.

"Siapa tahu dapat diskon juga," lanjut Camila membuat Rangga ikut terkekeh begitupun David yang berada di bangkunya. Ia siap pulang, tetapi nanti, setelah Camila dan Rangga pergi.

Keduanya berjalan bersama ke arah parkiran. Tidak, tidak hanya berdua. Ada Nadine di samping Camila, Samudra di samping Nadine, dan Juno yang setia mengintili Samudra.

"Gue duluan, ye," ujar Juno membuat semuanya menoleh.

"Eh," Juno yang hendak berbelok sontak menghentikan langkahnya mendengar perkataan Samudra. "Mau kemana lo?"

"Pramuka. Mau persiapan persami." Setelah menjawab, Juno langsung berjalan meninggalkan teman-temannya. Hilang sudah tubuh itu di belokan berikutnya.

Setelah Juno pergi, semua kembali melangkah menuju ke parkiran. "Debang nggak mau join nih?" Rangga menatap Samudra dan Nadine secara bergantian.

Samudra menoleh pada Nadine, seolah meminta persetujuan. Dan jawaban yang Nadine berikan benar-benar tidak memuaskan Samudra. Hanya kedua bahu terangkat yang menjadi jawaban, dan hal itu sukses membuat Samudra mengerang sebal.

"Ahelah," ujar Samudra penuh penekanan.l

"Lagian, lo kan kakaknya, lo dong yang mutusin, Sam." Camila terkikik melihat Samudra yang malah mendengus malas mendengar perkataannya.

"Yaudah, ntar nyusul. Kita balik, dulu." Camila pun mengangguk dan segera mengikuti langkah Rangga menuju motornya.

"Nadine," teriak Camila membuat Nadine menoleh sambil menaikan kedua alisnya. "no PHP, ya!"

Nadine terlihat tersenyum geli, kemudian jempol kanannya terangkat sambil mengerlingkan matanya. "Jijik, Nad, jijik!"

Rangga yang mendengar Camila ribut sendiri segera menoleh. "Lo kenapa, sih, rame sendiri gitu?"

Camila terkekeh malu kemudian cengengesan pada Rangga. "Itu Nadine," jawab Camila santai. Kini Nadine sudah nangkring cantik di atas motor Samudra, dan motor itu segera berlalu pergi.

"Yuk," kata Rangga membuat Camila buru-buru menganggukan kepalanya dan segera naik ke atas motornya.

***

THREE WORDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang