Fyi....
Bold sebelah kanan milik Camila dan nobold sebelah kiri milik David.
[Chat scene]***
"Ma, David udah di parkiran, nih. David harus kemana?" David berjalan memasuki lobi sambil memperhatikan pekarangan rumah sakit ini.
"Cari lift, terus naik ke lantai 13."
"Ih, horror banget. Ada suster ngesot ya?"
"Hush. Kamu ini. Cepetan naik. Nanti Mama tungguin di depan lift."
"Ma, David ke kantin rumah sakit dulu, deh. Lapar. Mama mau nitip nggak?" David menatap papan arah yang menunjukan bahwa kantin berada di sebelah kanan.
"Mama sih no. Mungkin teman Mama yes."
"Nggak, Ma. Nanti ribet. Udah, David sendiri aja yang jajan." David langsung memutuskan teleponnya dan berjalan menghampiri kantin.
Apa yang menarik disini, hanya kue-kue ringan dan semacam ciki-cikian. "Hem, ah, batagor!" David segera menghampiri sebuah gerobak disana.
"Bang, batagor dua dibungkus, ya."
Sambil menunggu batagor, David melirik kulkas yang di dalamnya terdapat banyak minuman botol dingin. Tak sadar, ia meneguk ludahnya sendiri.
"Ya ampun, tinggal ambil aja, pakai telan ludah dulu." David mencibir sendiri dan segera membuka pintu kulkas dan segera mengambil sebotol teh.
"Mas," panggil penjual batagor membuat David segera bangkit dan membayarnya sekaligus minuman botol ini. Sembari menghampiri lift, tangannya kembali menelepon Mamanya.
"Ma, David udah mau naik lift."
"Jajan apa kamu, cepat banget?"
"Ya ampun, Ma, jajan lama dibilang buang duit, jajan cepat ditanyain juga. Nanti sampai atas juga aku kasih lihat jajan apaan." Terdengar suara dari Mamanya.
Telepon tertutup dan David segera berjalan menuju lift. Masuk ke dalam dan menunggu lift terbuka. Pikirannya menjelajah memperhatikan angka di dalam lift. Biasanya lantai 13 tidak pernah ada. Meskipun tahu itu hanya cerita mitos belaka, namun David tetap merasa waspada.
Tangannya terulur meraih ponselnya. "Ma, David udah dilantai 10."
"Ya ampun, masih jauh."
"David takut," cicit David pelan. Menyadari bahwa lift berhenti di lantai 11 dan melihat seorang perempuan memasuki lift. Matanya tak berhenti memperhatikan perempuan itu. Ia parno, sungguh.
"Mama, bisa jemput dilantai 12 nggak?"
"David, kamu itu cowok! Mama tunggu di depan lift lantai 13."
David menelan ludahnya menatap perempuan yang berada di depannya. Ia mendengus kala Mamanya langsung menutup telepon secara sepihak. Tubuhnya meringsut ke pojok lift, berharap perempuan ini tidak akan menengok padanya.
Ting.
Lift terbuka, namun ia tak menemukan Mamanya. Ia hendak berlari keluar, tetapi perempuan dihadapannya juga keluar. David segera berlari dan saat baru berbelok koridor rumah sakit David memekik karena ada sosok Mamanya. "Katanya di depan lift!"
KAMU SEDANG MEMBACA
THREE WORDS
Teen FictionPengakuan tidak langsung David di akhir kelas 11, bukan menjadi alasan untuk David dan Camila bermusuhan. Kini keduanya jauh lebih dekat sebagai sahabat. Disaat keduanya sudah nyaman sebagai sahabat, apa lagi yang diharapkan? Namun semua tak semuda...