Camila memperhatikan dengan seksama pelajaran Biologi, ia mengamati dengan jelas bagaimana guru di depan tengah menjelaskan materi mengenai pertumbuhan dan perkembangan.
Namun, kalian salah jika mengira pikiran Camila hanya tertuju pada guru Biologi itu. Karena nyatanya, pikirannya kali ini benar-benar dipenuhi oleh David.
Semalam, David juga tak mengiriminya pesan. Apa David tak merasa penasaran kenapa Camila mendiaminya? Apa David merasa baik-baik saja jika mereka saling terdiam seperti ini?
"Camila!" Camila terpekik saat sebuah tangan menyentuh pundaknya.
Kepalanya segera menoleh, mendapati Nadine yang menatapnya dengan kedua alis terangkat. "Ya?"
"Ayo, kerjain tugasnya. Ngapain sih, bengong aja?" Nadine tiba-tiba memincingkan matanya. "Wah, beneran nih lagi naksir cowok." Nadine geleng-geleng kepala heran.
Tak ada yang sadar, bahwa laki-laki yang sedari tadi bersandar pada tembok itu menoleh pada Camila. Menatap Camila dengan tatapan ingin tahu.
"Rayn?" Kini Camila terlihat terkikik, tetapi Nadine memilih cemberut. Itu sih doinya Nadine.
Namun David tak sempat memperhatikan Nadine, yang ia tahu Camila baru saja menyebut nama laki-laki lain. Camila mengenal laki-laki itu, dan Camila tahu soal laki-laki itu.
"Jadi?" Camila menaikan kedua alisnya memancing Nadine.
"Tetangga gue," Camila tersenyum lebar mendengar perkataan Nadine. "Ya, gue lagi coba deketin."
Camila terlihat tersenyum geli. Di mata David, ini terlihat seperti Camila sedang senyum-senyum malu mendengar cerita soal laki-laki itu dari Nadine. Padahal itu sih, gebetan barunya Nadine.
Dan apa tadi.. Ya, gue lagi coba deketin. Jadi, Nadine akan mencomblangi Camila dan laki-laki itu?
David bisa gila jika seperti ini terus. Ia harus coba berbicara pada Camila. Ia tak ingin ada salah paham lagi, ia takut nantinya Camila menjauh dan memiliki kekasih.
"Yey! Istirahat!" Bahkan David tak sadar bahwa guru Biologi itu sudah pergi, sampai akhirnya pekikan Camilalah yang menyadarkannya.
Camila pun pamit ke kantin lebih dulu bersama dengan Reina dan Shania, Nadine yang sudah lapar berat memutuskan untuk makan bekalnya lebih dulu.
Begitupun David, laki-laki itu memilih untuk berlari ke kantin duluan, sebelum kantin menjadi penuh dan ramai karena kalah cepat dengan orang-orang yang juga kelaparan.
"Nad," panggil Samudra membuat Nadine mangalihkan pandangannya dari bekal yang ia bawa.
"Hm?"
"David ada masalah sama Doi?"
"Lo juga nyadar itu?" Samudra mengangguk mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Nadine.
"Kenapa? David marah karena Camila belum juga demen sama dia?" Nadine menggeleng, mengunyah habis makanan yang ada di dalam mulutnya.
Kemudian ia mulai berbicara lagi, "Lebih rumit lagi dari itu," jawab Nadine santai. Nadine santai, tetapi tidak dengan Samudra. Buktinya, laki-laki itu memilih untuk bangkit dari duduknya, berjalan ke tempat duduk Camila dan menghadap ke belakang, menatap Nadine yang juga sedang makan.
Menyadari hal itu, Nadine cukup terkejut. Namun tak lama, Samudra bangkit lagi menuju tempatnya, meraih kotak bekalnya dan membawanya ke hadapan Nadine.
"Yak! Lanjutin," perintah Samudra membuat Nadine menghela napas panjang.
"Mereka masih terlalu naif aja, mereka menyangkal perasaan mereka masing-masing." Samudra makin dibuat penasaran dengan cerita Nadine yang terpotong oleh suapan Nadine ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREE WORDS
Teen FictionPengakuan tidak langsung David di akhir kelas 11, bukan menjadi alasan untuk David dan Camila bermusuhan. Kini keduanya jauh lebih dekat sebagai sahabat. Disaat keduanya sudah nyaman sebagai sahabat, apa lagi yang diharapkan? Namun semua tak semuda...