BaseCamp - 2

88 16 13
                                    

"Hai Dewi bulan.. Hai langit malam dan Hai bintang paling terang, Sirius.. Hai—"

"Udah Bel. Dari tadi lo ngabsen benda langit ga ada abis abisnya.. Kapan nih kita tidurnya?! Ngantuk gue.." ucap Lieca, yang lagi lagi membuat Nabella mendengus karena kalimatnya dicela.

"Lo bikin gue ngulang sapaan malam ini. Karena mencela kalimat malam gue terus" ucap Nabella, menarik nafas siap untuk mengulang kembali sapaan malamnya. Lewat satu tarikan nafas saja."Hai rumput yang bergoyang, hai kelinci Om Rio selamat tidur, hai—"

"Hualah mati disini gue mah. Gue tidur duluan ah! Nyesel gue terima undangan lo nginep dirumah lo Bel.." Lieca beranjak, tak kuat lagi mendengar Nabella kembali mengulang ritual malamnya.

Lima puluh sambutan sebelum tidur selalu dilakukan Nabella, entah apa yang Nabella fikirkan. Karena, Lieca dan Rista sudah malas sekali untuk berfikir apa saja isi otak seorang cewek berpiyama biru langit dengan motif planet dan angkasawan.

Rista masih sibuk bergulat dengan buku tebalnya, yang lagi lagi menjadi kefokusannya.

"Ayo Ris.. Males buanget gue nemenin Si Nabel.. Ga ada abisnya." Lieca menarik pergelangan tangan Rista dan segera berusaha turun dari atap rumah Nabella.

Jika kalian bertanya mereka bertiga sedang berada dimana, jangan terlalu penasaran. Mereka bukan diteras rumah, bukan diruang tamu bukan juga diruang makan. Mereka diatap rumah Nabel dengan banyaknya genteng. Ritual yang selalu mereka lakukan, bila berkunjung kerumah Nabella untuk menginap atau sekedar mengerjakan tugas. Lebih tepatnya, Nabella lah yang memaksa agar mengunjungi atapnya terlebih dahulu. Apalagi saat malam, kata Nabella dia sering sekali merasa kalau bintang Sirius—bintang pujaanya.— lebih dekat dengan nya. Saat berada di genteng, ralat diatap rumahnya.

Nabella kembali mengumumkan tepat digentengnya dua tahun lalu, kalau genteng atap rumahnya ini akan jadi BaseCamp Geng mereka. Walau Nabella berharap sekali rooftop seperti diapartement apartement lah yang lebih cocok jadi basecamp mereka.

Sekali lagi. Lieca dan Rista hanya bisa pasrah. Mendapat pendapat dari Nabella.



•••••





"Ca.. Lo tebak berapa menit Nabell berhasil turun dari atap rumahnya?" ucap Rista, saat sudah bergelut dengan selimut tebal milik Nabella.

"Gatau ah, dua jam lagi paling ." ucap Lieca, menarik sedikit selimut yang menutupi wajah Rista.

"Tuh orang kapan pinter sih.."

"Jangan ingetin gue Ris.. Gue juga udah hafal kok. Dia emang ga bakal pinter ampe—"

"Whoaaa lagi ngomongin apa lo??!!" teriak dari luar, tepatnya ambang pintu kamar Nabella. Lieca dan Rista spontan saja mendengus, menyadari pengusik tidur mereka sudah selesai dari ritual konyol nya.

"Ternyata ga ampe dua jam Ris.."

"Iya, udahlah abaikan aja.."

"Jangan tinggalin gue tidur!!!!" dengan gerakan cepat Nabella melompat pada ranjang nya dan menumbruk tubuh kedua temannya dengan gemas.

"Berat Bel!!"

"Buset gempeng ini gue!!"

"Huhahaha"

Seperti malam malam dan hari hari sebelumnya, mereka bertiga selalu melakukan kegiatan dengan ribut dan pertengkaran tak berujung.


•••••




    Penghujung kantin.

    Lieca dan Rista berjalan beriringan, jangan tanyakan Nabella dimana. Karena faktanya, Nabella berada dikantor. Dipanggil Bu Ambar—guru matematika tersadis disekolah— karena pada dasarnya Nabella yang lemot mendapatkan nilai buruk rupa dipelajaran guru menyeramkan itu.

Three IdiotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang