Pertemuan - 8

55 8 3
                                    

 

    "L-o ini Ca. Ga ada cantik cantiknya kalo dandan. Yang spesial dikit kek, pake rok gitu.. Pake drees gitu. Atau eyeliner atau apake—"

    "Bacot. Gue gapunya rok, lo mau gue pake rok sekolah buat pergi sama lo?" potong Lieca dengan cepat, saat ia keluar dan mendapati Eza telah nangkring dimotornya.

   Eza sudah menunggu hampir setengah jam, dan mendapati Lieca keluar dengan tampilan  bodoamatnya . terasa sia sia Eza menunggu selama itu. Walaupun kenyataanya, Eza tidak peduli mau secantik atau seribet apa Lieca. Karena tidak akan mengurangi daya tarik cewek itu sendiri.

    Namun, menurut Eza. Saat mengajak perempuan untuk pergi. Yang menandakan perempuan itu tertarik juga padanya, dengan melihat tampilan perempuan itu sendiri. Entah tiba tiba rapih, bila biasanya cuek. Itu tandanya cewek itu tertarik dan merasa gugup jalan bersamanya. Dan bila tetap biasa saja seperti biasanya. Itu adalah peringatan sebaliknya, bahwa jangan berharap terlalu banyak. Sekarang Eza yang selalu berhasil meraih cinta-cintanya terdahulu, dibuat kecewa tak beralasan karena Lieca menampilkan tampilan yang biasa saja, entah Lieca berbohong tidak punya rok atau  tidak suka tampil feminim  didepannya.

     Kenapa Eza jadi baper begini? Ya ampun ini bukan Eza sekali.

     "Yaudah ayo naik." ucap Eza datar.

    "Lo kenapa dah? Muka lo kesel gitu?" tanya Lieca, belum ingin menaiki motor Eza. Ia bisa membatalkan kepergiannya, bila wajah Eza tidak menunjukan binar semangat seperti ini

    "Ya ampun babe, lo peduli sama gue??" ucap Eza, menunjukan binar takjubnya. Sekarang, pupus sudah rencana Lieca untuk membatalkan.

    Lieca memutar bola matanya, jengah.

    Tanpa menunggu lama dan tanpa menjawab, Lieca segera menaiki motor Eza dan tak mau lagi mendengar Eza mengoceh seperti Ibu Ibu Arisan.

••••

    "Damian!! Jangan lari nak!!" teriak Nabella pada hewan berkaki empat yang telah menghilang diperbelokan.

    Nabella mendengus, mendapati Damian tidak menuruti perintahnya.

   "Abell!! Jangan ngurusin kucing mulu! Bantu Umi masak!" teriak dari arah dapur membuat Nabella memutar bola matanya jengah.

   Dengan kemalasan tingkat dewa, Nabella terpaksa membalik tubuhnya dan melangkahkan kaki menuju dapur. Tempat Kakak ke empatnya dan Ibunda yang biasa Ia panggil 'umi' memasak makanan pembangkit selera.

   Lain hal dengan disekolah, Nabella adalah anak pemalas dan tak bersemangat bila dirumah. Karena tugasnya sebagai seorang putri terakhir dikeluarga, adalah mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti mencuci baju sendiri, cuci piring dan lain sebagainya. Terkecuali hal memasak, mungkin Nabella akan membantu memotong bahan makanan saja. Untuk meracik, Umi Nabella masih belum mempercayakan. Bisa hancur sudah cita rasa masakan keluarga besarnya bila Nabella yang memasak. Omong omong, Umi Nabella tidak sudi memperkejakan pembantu. Tidak seperti Ibunda Lieca dan Ibunda Rista.

      "Masak apa sih?" tanya Nabella saat sudah sampai dapur, ia melihat Ibu yang biasa ia panggil umi sedang sibuk memotong wortel dan kakak keempatnya—Tika, sedang mengaduk sayur—mungkin.

      "Cepet bantuin! Potong wortel tuh!" perintah tegas dari Tika spontan Nabella membulatkan matanya mendengar wortel disebut.

      "Wortel??" ucapnya antusias, berlari kecil menghampiri umi nya.

      "Jangan dimakan! Belum dicuci!" setelah Umi Nabella mengucap itu, dengan cepat pula Nabella memuntahkan potongan wortel mentah —yang kata Umi nya belum dicuci.

Three IdiotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang