Buku Fisika Cinta - 5

78 8 3
                                    

    "NABEL NGESELIN BANGET SIH LO!" teriak Lieca, menyadari makhluk lain yang berada disebelahnya.

    Nabella terkekeh dibarengi dengan aksi penyembunyian diri. Rista, yang kala itu telah rela ganti posisi mau menemani Nabella duduk bersebelahan. Karena, keadaan bus yang mulai lenggang.

    "Kenapa sih beiiibbbb.. Gamau ya duduk sebelah gue? Lo kenapa sih?? Nolak kehadiran gue bangeeet?? Emang gue kurang ganteng ya??" ucap Eza jahil, menaikan turunkan kedua alisnya jenaka.

    Beda saat dengan Nabella, saat dengan Lieca, Eza selalu ingin bersikap ceria dan jenaka. Selalu ingin membuat Lieca tersenyum dan tertawa. Eza belum pernah melihatnya.

    "Lo itu bukan kurang ganteng!! Tapi kurang waras! Minggir ga lo?? Minggir!" bentak Lieca marah, mendorong dorong tubuh Eza. Namun nihil, Eza tak kunjung pergi dan terjatuh. Usaha Lieca sia sia.

    "Berarti gue udah ganteng ya? Duh makasih loh Beib." ucap Eza, nadanya terdengar manja dan itu menjijikan untuk Lieca.

   Nabella dan Rista hanya bisa tertawa. Apalagi, Nabella yang begitu semangat tertawa terpingkal pingkal. Mengetahui, semarah apa Lieca.

  "Jijik tau ga gue! Sekarang lo—"

   "Udah sampeee, bang stop" ucap Rista cepat cepat, mengetahui tujuan mereka telah berujung.

  "Oh iya udah sampe! Oke?! Yuk Ca turun... Dan Eza?! Udah dulu ya? Ga puas lo tadi buat kepala Caca bersandar dipundak lo??" ucap Nabella jahil, kontan mata Lieca membulat tak percaya.

  "Apa lo bilang?!" ucap Lieca terkejut.

  "Iya Beib.. Tadi, lo sandaran dipundak gue.. Nyenyak banget kayaknya.. Untung ga ngiler ya.." ucap Eza lugas, menyerobot ucapan Nabella dengan santai dan jahil.

  "Lo itu menyebalkan banget sih Bell! Lo dendam sama gue??!" bentak Lieca, sepertinya benar benar marah. Dan tindakan Nabella selanjutnya, hanya ada satu opsi. Yaitu, kabur dan berlari sekencang kencangnya.

  "NABEL! JANGAN KABUR LO!"

•••••

         Rabu, pagi.

        Rista sedang menuju keruang perpustakaan yang terletak sedikit jauh dari letak kelasnya, sebelum bel masuk dikumandankan. Buku Fisika sudah harus dipegangnya, karena memang sekarang adalah pelajarannya. Pandangannya menyapu pada tiap jalur koridor yang mengarah pada perpustakaan, tak jarang banyak perempuan memandang Rista dengan mimik wajah merendahkan. Tetapi, Rista hanya memandang lurus lurus ke pintu sebuah perpustakaan. Walaupun Rista terkenal murid yang cerdas, tetap saja dia dipandang rendah karena nama Geng yang lucu dan aneh itu. Prasetan dengan sipembuat nama. Yang membuat Rista, selalu mendapatkan tatapan sinis dan menyebalkan. Tapi, walaupun begitu, ketahuilah Rista tetap menyayangi Nabella sebagaimana teman kecilnya. Teman orok.

           Saat memasuki ruang perpustakaan, dia sudah disapa ramah oleh penjaga perpustakaan.

          "Hallo Rista, cari buku ya?" sapa ramah penjaga perpustakaan, yang memang sudah sangat hafal dengan Rista.

           "Iya Bu Sista, selamat pagi, ada buku Fisika ga? Males nih pagi pagi harus nyari dulu." ucap Rista tak kalah ramah, dia memang sangat ramah jika berbicara dengan orang yang lebih tua. Terlebih, Bu Sista adalah penjaga perpustakaan yang juga memiliki wawasan luas perihal banyak buku yang pernah dibacanya dan dengan sukarela membagi ilmu itu pada Rista.

           Jadi, jangan salah kalau mereka sudah akrab.

         "Pagi juga, buku Fisika ya? Di bilik ketiga ya.. Disebelah deretan buku Kimia.." ucap Bu Sista menjelaskan secara rinci.

Three IdiotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang