Nabella dilema, antara berhenti atau melaju saja. Tetapi, lelaki yang ia kenali didepan sana sedang mondar-mandir dengan keadaan mobil berhenti. Dan, Nabella yakin bahwa mobil lelaki itu mogok. Namun, jika vespanya dihentikan dan berniat menolong lelaki itu, apa lelaki itu akan menyambutnya dengan baik? Mengetahui bagaimana dinginnya lelaki itu.
Ah, sudahlah. Sampai rambut Nabella memutihpun jika ia tidak bertindak sesenti saja, ia akan kehilangan pahala. Maka, dari pada banyak argument. Dengan keberanian singa ia melajukan motornya lalu berhenti tepat dimobil mewah nan mengkilap itu.
"Jul mobilnya kenapa?" tanya Nabella, ia berusaha biasa saja. Meski hatinya ketar-ketir, takut tak disambut baik oleh Julio. Lelaki yang sedari tadi mondar-mandir dengan mobil yang berhenti.
Sedangkan Julio sendiri terlihat terkejut ketika mendapati Nabella dengan motor dan helm kebesarannya, berada tepat didepannya dan menanyakan dirinya.
"Ah, ini mobil gue mogok. Mau telfon bengkel, hape gue mati." ujar Julio sedikit ramah, ia menunjuk mobil yang terlihat keren. Namun pikir Nabella mobil itu hanya modal tampang, masih lebih baik Vespa bututnya.
"Ohhhh" ujar Nabella sekaligus berfikir, apa ia menawarkan bantuan atau segera pergi dan memutar gas kencang-kencang agar segera jauh dari lelaki dengan segala ketrendiannya. Nabella saja bisa lihat, segala yang digunakan Julio bermerek. Hingga kaus kakinya saja memiliki brend.
"Mau minjem hape gue nggak buat telfon bengkel atau supir lo gitu?" akhirnya, Nabella berani menawarkan bantuan.
"Boleh emang?" tanya Julio dengan wajah tak yakin.
"Woooh boleh banget laah," jawab Nabella semangat, entah kenapa ada dorongan senang saat Julio tak yakin dan dengan percaya diri Nabella meyakinkannya.
"Oh oke," ujar Julio, dengan cepat Nabella merogoh ponselnya yang berada disaku depan seragam sekolahnya.
"Nih,"
"Bentar ya, gue telfon supir." ia meminta izin, dengan cepat Nabella menganggukan kepalanya hingga helm merahnya bergoyang. Lalu Julio sedikit menjauh untuk menelfon supirnya, sedangkan Nabella masih setia nangkring dimotornya. Matanya tak teralihkan dari Julio yang mondar-mandir dari radius sepuluh meter dengan mulut yang terus berbicara, dan mimik wajah yang kelihatannya marah dan gusar. Melihat itu Nabella juga gusar, bukan apa. Tapi ia takut pulsa ponselnya habis, melihat sepertinya nomor supir Julio adalah nomor mahal. Tidak satu operator.
Ya ampun. Buru-buru Nabella menggeleng-gelengkan kepalanya mengenai pemikirannya yang malah memedulikan pulsa ponselnya. Ia itu ingin membantu, kenapa jadi terasa menyesal? Bodoh, Pikir Nabella.
Saat menunggu sekitar satu menit. Julio kembali dengan tampang horor, dasi lelaki itu sudah kendur, wajahnya juga marah dan kesal. Nabella tidak yakin untuk meminta ponselnya kembali? Apa ponselnya masih utuh ya? Masalahnya, ia takut saat Julio segarang itu. Ponselnya dibanting dan rusak.
Namun semua pemikiran konyol itu musnah saat ponselnya yang diberi case karakter stawberry terulur didepannya. Itu ponselnya.
"Nih, makasih ya," ujar Julio datar. Ah, ponselnya masih utuh ternyata.
Nabella meraih dengan ragu, ia jadi sedikit simpati melihat wajah Julio yang terlihatnya kepalang pusing.
"Supir lo jemput Jul?" ujar Nabella yang sedang menaruh ponselnya ditas. Ia pikir, lebih baik simpan ditas, lalu saat dirumah itu akan mengecek pulsanya. Nabella menggeleng-gelengkan kepalanya lagi, otaknya masih saja memikirkan pulsa.
"Supir gue ikut dinas sama bokap, supir gue satu lagi,lagi nemenin nyokap belanja. Tau dah, lo kenapa dari tadi geleng-geleng gitu?" Jawab Julio terlihat frustasi, rambutnya bahkan sedikit acak-acakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Idiots
RandomTiga cewek, namanya Geng Genta. Nama Gengnya juga aneh, karena satu alasan mereka menamai geng mereka dengan nama tersebut. Dan alasan itu juga yang membuat orang berfikir dua kali untuk berteman dengan mereka bertiga. Awalnya, tiga cewek yang bern...