Langkahnya santai, namun dapat menyita semua pandangan orang yang berlalu lalang dikoridor. Headset putihnya, setia melekat dikedua telinga nya. Rambut yang sedikit melewati kerah, terlihat menjadi ciri khasnya.
"Kamu bisa ga? Gausah ngangguk ngangguk gitu?!" bentak wanita paruh baya pada anak lelaki, yang menjadi anak pindahan dari bandung ini.
"Kan saya lagi dengerin musik Bu.." ucap lelaki itu menyahut, dengan cengiran ceria nya.
"Kamu ini anak baru disini! Yang sopan sedikit!" ucap wanita paruh baya yang bertubuh cukup gembul untuk ukuran seorang guru-guru BK lebih tepatnya.
"Ck. Iya iya, Ibu jangan marah dong. Saya kan murid baru disini.." ucap lelaki itu, tanpa rasa bersalah meminta Bu Moorin-guru BK ini. Untuk lembut padanya.
"Kamu ini berani ya berdecak di depan saya? Kamu belum tahu siapa saya??!!" bentak Bu Moorin, yang kali ini menghentikan langkahnya untuk menjewer bocah yang sudah membuatnya naik darah sepagi ini.
"Aw aw.. Sakit Bu!" ringis lelaki itu, yang kontan saja mengundang tawa dari para murid yang milintasi koridor.
"Udah lanjut, awas kalau pagi pagi gini udah bikin saya naik darah." ucap Bu Moorin, memperingatkan dan melepaskan jewerannya. Namun, tidak membuat para murid menderai tawa mereka.
Mereka tetap tertawa dan sesekali menggeleng geleng kepala karena prihatin dengan murid baru yang sudah kena jeweran maut Bu Moorin. Guru yang terkenal Killer juga.
Tetapi, tawa itu tidak datang untuk seorang gadis yang berjalan lurus lurus dengan tatapan menotonnya. Rambut coklat gelap sebahunya, berkibar sedikit karena tertiup angin melayu.
Duk!
"Aw."
"Aw." secara bersamaan, ringisan itu keluar secara spontan dari dua pihak yang memang sama sama melakukan kesalahan.
"Lo ini bisa ga sih hati hati!!" bentak kasar bercampur kesal. Mendapati semua berkas menumpuk yang dibawa berhamburan dan terhempas kemana mana.
"So-rry, maaf, duh- punten, eh" ia sibuk dengan gaya bahasanya, seraya ikut berjongkok untuk membantu berbagai tumpukan HVS dengan banyaknya tinta.
Gadis itu berdiri, mencuri berpandangan sekilas. Lalu kembali membuang muka.
"Bu, saya cari Ibu dari tadi.. Saya mau kasih tahu, bahwa ini jadwal olimpiade minggu depan.." ucapannya terdengar datar dan menoton, gadis itu berhenti tepat di depan Bu Moorin. Untuk memberitahu tujuannya.
Bu Moorin meraih kertas HVS berisikan tinta itu seraya menimang nimang.
Lelaki yang setia memakai headsetnya, terpaku sejenak dengan pemandangan gadis cuek dengan tatapan menotonnya yang malah membuat lelaki ini terpesona.
"Hai.. Gue Eza" lelaki yang telah menyebut nama sakralnya ini, menjulurkan tangannya. Ingin berkenalan dengan gadis yang tadi sempat menyihir pandangannya.
Gadis itu menoleh.
PLAK!
"Aw, sakit Bu!" keluh Eza, mengetahui punggung tanganya dipukul.
"Kamu ini, genit banget!" bentak Bu Moorin, mendelik tajam pada Eza.
"Gue.. Lieca.." ucap gadis itu, dengan cepat Eza melebarkan senyumnya. Mengetahui perkenalannya disambut baik meski suaranya masih terdengar datar.
"Bu, saya permisi." lanjut gadis itu.
"Kamu taruh berkasnya dimeja Ibu aja ya," ucap Bu Moorin, melontarkan senyuman ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Idiots
RandomTiga cewek, namanya Geng Genta. Nama Gengnya juga aneh, karena satu alasan mereka menamai geng mereka dengan nama tersebut. Dan alasan itu juga yang membuat orang berfikir dua kali untuk berteman dengan mereka bertiga. Awalnya, tiga cewek yang bern...