Rista menyusuri jalur koridor yang menuju ruang UKS, karena ia waktunya berjaga di istirahat kedua ini. Omong-omong, Rista anak PMR. Ia tetap bertugas meski gelar 'anak kelas tiga yang mulai sibuk' menghambatnya. Ia masih bisa menjalani eskul hingga tiga bulan ini, Ia memilih eskull PMR setelah eskull lain yang menurutnya kurang menarik. Apalagi eskul teater yang ada Nabella sebagai ketua, atau Lieca yang ikut eskull bahasa asing, yang sama sekali bukan keahliannya. Hanya eskul PMR yang memberikan lampu hijau padanya.
Menopang buku fisika yang tak akan pernah lepas dari tangannya, untuk ia baca-baca seraya menjaga. Ia sedang mempelajari rumus yang difokuskan pada kelas tiga ini. Ia ingin memperbaiki nilainya, setelah nilai UKK nya saat kelas dua naik kelas tiga anjlok total. Membuat ia harus memasang kuping baik-baik saat Ibunya mengoceh panjang kali lebar, lebar kali panjang, luas kali volume atau apalah yang membuat Rista jengkel setengah wafat.
Ia membuka pintu ruang UKS, menaruh dua buku tebal dimeja UKS dan duduk disana dengan tenang.
Baru beberapa menit ia membuka tiga lembar dan membacanya, suara seseorang yang ia kenal memenuhi Indra pendengarannya.
"Ris.." Rista menoleh pada ambang pintu, dan melihat siapa yang berdiri seraya menyenderkan tubuhnya dibibir pintu.
"Ngg.. Akmal? Lo ngapain disitu..?" Ucap Rista gugup, ia mulai tak nyaman di posisinya duduk.
Akmal melangkah masuk mendekati Rista, ia tersenyum kearah Rista.
"Gue kok ngerasa Lo ngejauh ya? Apa perasaan gue aja?" Itu kalimat pertama yang dikeluarkan Akmal dan sangat sulit untuk Rista jawab.
Ya, semenjak aksi labrak Queen dan teman-temannya terutama Amor. Rista tak ingin lagi berurusan dengan Akmal, bahkan untuk membalas pesan singkat dari Akmal pun Rista enggan. Ia rasa, mendekati Akmal sama saja mencari masalah baru. Menumbuhkan permusuhan. Dan membuat Nabella dan Lieca risih harus diteror oleh Geng Queen.
Menyusahkan teman, Rista tak ingin melakukan itu. Cukup masalalu yang membuat ia seperti ini, dan membuat temannya pusing. Dan, Ristapun tak ingin terjebak cinta dengan segala opini yang menggiurkan hati. Opini tetaplah opini. Hanya sebuah kiasan yang membuat orang berfikir pendek dan mencoba.
Apalagi, kemarin Nabella hampir merubah geng saat beradu mulut dengan Queen dikantin. Bagaimana jadinya bila kedekatannya dengan Akmal memicu permasalahan baru lagi?
Rista yakin, menjauh dari Akmal adalah opsi terbaik. Pilihan yang bijak meski tanpa mendengar dulu saran dari temannya. Rista rasa, ia tak salah jalur.
"Gue gak ngejauh kok," Ucap Rista, mulai berpura-pura fokus pada buku dan mengabaikan kehadiran Akmal yang tepat disebelahnya.
"Ngejauh Ris." Tekan Akmal dingin, ia muak. Pesan beruntunnya semalam tak dibalas sama sekali oleh Rista, ia yang jarang telfon pun mulai berani menelfon Rista meski sepuluh panggilan itu tak terjawab satupun.
"Lo kenapa sih? Berubah gini? Gue punya salah sama Lo? Iya? Apa ada kata-kata gue yang bikin Lo sakit hati? Apa Lo gasuka jalan sama gue waktu itu? Apa Lo kurang nyaman sama gue?" Ucap Akmal dengan kalimat tanya beruntunnya. Kalimat-kalimat itu membuat Rista semakin sulit mengelak dan menjawab.
Lo gak punya salah Mal, engga. Gue ga pengen berubah Mal, gue pengen Deket lagi sama Lo. Beli gulali dipasarkan malam, bahas regu sepakbola yang kita suka dan baca buku ditoko yang pernah kita kunjungi bareng-bareng. Dan.. gue nyaman sama Lo. Batin Rista berteriak dalam hati.
"Gue gapapa," nyatanya perempuan hanya mengambil opsi yang berbeda jauh dari apa yang dirangkainya diotak,
Akmal memutar bola matanya jengah, banyaknya pertanyaan yang ia layangkan, perempuan hanya menjawab 'gapapa?' apa benar itu mewakili semua pertanyaan yang mengitari otak Akmal selama tiga hari tiga malam ini? Huh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Idiots
RandomTiga cewek, namanya Geng Genta. Nama Gengnya juga aneh, karena satu alasan mereka menamai geng mereka dengan nama tersebut. Dan alasan itu juga yang membuat orang berfikir dua kali untuk berteman dengan mereka bertiga. Awalnya, tiga cewek yang bern...