Geng Genta

89 6 1
                                    

        Selamat tinggal Bus, selamat tinggal kursi berderet, selama tinggal asma. Nabella melantangkan kalimat di atas dalam hatinya, saat ia melihat bus yang ia lewati dengan sombong bersama Vespa merah hadiah dari Ayahnya. Bus, kursi berderet dan asma menjadi makanannya sehari-hari. Bukan Nabella yang mengalami asma dalam bus, karena keadaan bus sering sekali pengap. Namun, ia sering sekali mendapati orang yang kejang-kejang dan hampir menjemput mautnya sendiri karena pengapnya bus yang menghabiskan pasokan udara didalamnya. Nabella ngeri sekali melihatnya.

      Namun, ia sekarang patut bahagia. Ini hari pertamanya menggunakan sepeda motor, pertama kalinya ia melewati halte bus dengan sombong dan memandang rendah orang-orang yang berdiri dihalte bus seraya memasang wajah harap-harap cemas.

     Gue sombong banget sih ye, tegur hati Nabella, ia terkekeh sendiri ditengah lajuan sepeda motornya menuju ke sekolah.

    Lieca dan Rista, mereka berada dibelakang. Mengebut, mengejar Nabella dengan sepeda motor Lieca.

    "Bel! Tunggu dulu gue mau isi bensin!" Lieca mensejajarkan motornya dengan Vespa milik Nabella.

    Nabella nyengir kuda melihat Lieca dan Rista yang dibonceng telah berhasil mengejarnya. Helm berwarna merah milik Nabella kebesaran, membuat matanya sedikit tenggelam karena bagian atas helm.

     "Bel Lo bisa liat pake helm lu itu?" Ucap Rista khawatir, melihat Nabella yang matanya sedikit terhalang helm.

     "Ha-h? Nggak kok. Aman kok aman," Nabella kembali melebarkan senyumnya.

      Lieca dan Rista hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, bingung harus memberitahu Nabella seperti apa.

     "Yaudah yuk cepet, nanti beli bensinnya dideket fotocoyan aja ya!" Teriak Nabella ditengah jalanan kota Bogor, Lieca dan Rista hanya mengangguk patuh.

     Mereka menyusuri jalan, yang sekali-kali dihiasi Nabella yang menembangkan lagu India. Lagu yang sering ia dengarkan ditivi. Lieca dan Rista, memilih ngebut dari pada mendengar Nabella bernyanyi ngalor-ngidul.


••••••

   

       "Yaudah, yuk pesen makanan.. Laper gue." ucap Rista, kembali mengalihkan topik mereka agar Lieca dan Nabella tidak kembali ribut. Sedari tadi, Nabella dan Lieca bertengkar perihal konsep teater yang dibuat Nabella, yang menurut Lieca sangat aneh, awkward dan endingnya gajelas.

    Tentu saja, Nabella tersulut dengan kalimat menghina Lieca.

     "Gue pesen kentang goreng! Nitip ya Ris!" ucap Nabella, mengucap pesanannya.

     Rista mengangguk tanda meng'iyakan. Nabella kembali menfokuskan matanya, pada berbaris baris tulisan yang tertera dibuku, Novel. Kerjaan sekaligus Hobby nya, ia tadi sempat melupakan buku yang dibawanya karena sibuk bertengkar dengan Lieca dikoridor.

      "Eh Geng Gentong!" teriak dari ujung, tepat nya meja paling ujung yang bisa dilihat ada Queen and the Geng disana.

   Nabella tersenyum miring, menggidik bahu. Mencoba tidak peduli, dengan seruan penghinaan yang didapatnya.

        "Eh Geng Gentong! Ga punya kuping lo ya?!" teriakan memekik kembali terdengar, dan berbagai tawa mengejek juga mulai memenuhi area kantin. Nabella mendengus, sekaligus merasa jengkel.

      "Nyari masalah lagi tuh cabe?!" bentak Lieca, menarik dagu nya angkuh. Menunjukan mimik menantang dan tidak takut sama sekali.

       "Eh, Lica! Bilang sama Nabel temen lo itu!! Kalo liat soal matematika gausah ampe pingsan! Lucu, otaknya kosong!" balas Queen sengit, kontan wajah Nabella memerah, menahan amarah sekaligus malu.

Three IdiotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang