Siang hari ini, Fanya terpaksa menunggu supirnya karena Iqbaal tidak bisa menjemputnya lantaran-ah udahlah.
"Fanya! Fanya!" Iqbaal menghampiri Fanya dengan nafas ngos-ngosan.
"Kenapa?" Tanya Fanya. "Eung-sorry ya. Nanti balik sekolah gue ga bisa sama lo, soalnya-gue ada janji sama Zidny, gue mau ngajakin dia keliling Jakarta." Jelas Iqbaal.
"Ohh-iya gapapa. Kan kalian temen lama, jadi wajar lah kalo mau hang out hehe," Balas Fanya yang menyembunyikan kekecewannya.
"Yaudah, gue duluan ya. Dadah!" Pamit Iqbaal lalu menghilang dari pandangan Fanya.
Sudah 3 hari semenjak kedatangan Zidny, Iqbaal menjadi lebih dekat dengan Zidny. Dan jarang berkumpul atau bahkan pergi atau mengajak Fanya pergi.
'Mungkin mereka berdua lagi melepas kangen, namanya juga temen yang kepisah jauh.' Fanya berusaha menghibur dirinya dengan pikiran seperti itu.
Dulu setiap pulang sekolah, Fanya dan Iqbaal selalu mampir ke kedai ice cream. Fanya tersenyum kecut mengingatnya.
Fanya menghela nafasnya dan tak lama kemudian supirnya datang
"Pak, mampir ke kedai ice cream depan situ bentar ya. Fanya mau beli sesuatu." Ujar Fanya. Supir Fanya hanya mengangguk lalu melajukan mobilnya.
"Eh, Kak Fanya. Tumben sendirian," Ujar Calista; anak pemilik kedai ini.
Fanya tersenyum masam, "hehe iya nih. Oh iya, Cal. Pesen ice cream mint sama green tea bungkus. Satunya oreo, toppingnya biasa ya dua-duanya."
"Siap, Kak!" Balas Calista. "Oh iya, Kak. Tadi aku liat temen kakak itu yang cowok kesini, tapi sama cewek lain. Pacarnya ya?" Celoteh Calista.
Fanya terdiam, "Haloo? Kak Fanya? Kok malah bengong sih?" Calista melambai-lambaikan tangannya di depan Fanya.
"Eh? Maaf, aku nggak tau." Balas Fanya. "Kalo bukan pacarnya syukur deh kak, soalnya cowok itu sama kakak serasi banget!" Puji Calista.
Fanya tersipu malu, "Ah! apa sih, Cal."
Calista terkekeh, "Yaudah, nih ice cream nya udah jadi. Totalnya 25 ya, Kak."
Fanya mengambil selembar uang lima puluh ribuan, "Kembaliannya 25 ya, Kak. Makasih!" Ujar Calista.
Fanya hanya mengangguk lalu berjalan keluar kedai. Saat berjalan keluar, tatapan Fanya sempat bertemu dengan Iqbaal. Dan Iqbaal menatap Fanya dengan raut wajah sendu? Apasih, Fanya.
**
"Btw soal Fanya, dia gebetan lo ya?" Tanya Zidny. "Engg-belom?" Jawab Iqbaal ragu.
Zidny terkekeh, "kebiasaan ah lo, kalo suka tuh coba nyatain. Cemen banget jadi cowok, ntar Fanya keburu diembat orang tau rasa lo."
"Apasih, Zid. Orang gue ga suka sama dia." Elak Iqbaal.
"Yakin ga suka? Tatapan lo ke dia tuh beda." Balas Zidny.
Iqbaal mendengus, "Susah ye ngomong sama cewek. Selalu aja salah kecuali sama-"
Hampir aja keceplosan, batin Iqbaal.
"Sama?" Tanya Zidny dengan tersenyum jahil.
"Sama.....sama-sama hehe." Lanjut Iqbaal.
krik krik.
ayo dong ketawa, ini lucu loh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Obsesi ✖ idr
Fanfic"Kau mencintainya karena cinta? atau hanya karena obsesimu untuk memilikinya?" #34 in fanfiction •280616 #58 in fanfiction •210716 #35 in fanfiction •220716