"Apa yang harus aku lakukan? Untuk bertahan pun percuma tak ada gunanya. Apa ini akhir dari perjuanganku?" - Fanya.
Pagi ini, Fanya bangun dengan keadaan sangat buruk. Rambut seperti singa, mata dengan lingkar hitam di bawahnya dan sembab.
Semalam ia tidur pukul 2 pagi, dan ia menghabiskan waktu dengan menangis dan headset yang menyumpal telinganya.Beruntung hari ini Sabtu, jadi Fanya tidak perlu repot-repot untuk mandi dan bersiap-siap pergi sekolah.
Fanya mendorong kursi kasar lalu duduk sambil mengangkat kedua kakinya naik ke kursi."Masya Allah, kamu tuh cewek apa laki sih? Kelakuannya tuh loh, heran Mama." Omel Thalia. "Udah persis kayak kuli bangunan!" Tambahnya.
"Ma, susu." Pinta Fanya.
"Ya bikin lah, manja amat jadi anak." Balas Thalia sewot sambil membolak-balikkan ikan yang sedang ia goreng.
"Ma, laper."
"Kamu tuh ya males amat-astagfirullah!" Ucap Thalia kaget, ia berbalik arah dan menatap anaknya dengan wajah yang acak-acakan.
"Kamu siapa?" Tanya Thalia kemudian.
"Ini Fanya Mama, ih Mama nih!" Gerutu Fanya sebal.
"Ya Allah, itu rambut kenapa mirip sama sarang burung. Terus mata kayak panda, kamu ngapain semalem? Nangis?" Tanya Thalia bertubi-tubi.
"Iya, film nya sedih. Ending-nya si cowok sama si cewek nggak bisa bersatu. Si cowok udah punya cewek dan nolak kehadiran si cewek ini dengan mentah-mentah." Curhat Fanya.
"Itu mah kamu sama Iqbaal," Cibir Thalia.
Yap, Fanya memang sudah menceritakan dari A-Z soal Iqbaal, Zidny, Aldi, Alisha, dan dirinya. Cinta segi berapa tuh? Segi lima?
"Move on, ikan di laut masih banyak. Iqbaal tuh ikan lele, anggep aja gitu." Ujar Thalia.
"Laut nggak ada lele ma." Balas Fanya datar.
Emak gue kenapa sih... Laut apa coba yang ada ikan lele nya? :(
"Mending kamu jalan-jalan sana, hirup udara seger. Siapa tau pikiran kamu ikutan seger."
Kampret..
Fanya langsung beranjak dari posisi duduknya, ia mengganti baju tidurnya menjadi celana training dan kaos bertuliskan READY. Ia mengikat rambutnya asal-asalan. Yang penting keiket.
"Ma, Fanya berangkat. Doain ketemu cogan ya siapa tau bisa move on." Pamit Fanya lalu melenggang pergi.
"Halah, patah hati lagi kapok lu." Balas Thalia dari arah dapur.
--
Fanya menyolokkan headset nya ke dalam ponsel dan menyumpal kedua telinganya sambil berlari kecil memutari komplek.
Biasanya tiap minggu ini larinya sama Iqbaal, muterin komplek berdua nggak kayak sekarang. Sendirian, udah persis kayak jomblo. Ya emang jomblo sih, dulu juga tapi kan ketutupan.
Ish, apa sih kok jadi Iqbaal!? Pikir Fanya, ia melanjutkan kembali lari paginya.
Look at me now, I'm falling
I can't even talk, still stuttering
This ground of mine keeps shaking
Oh oh oh, now!All I wanna be, yeah all I ever wanna be, yeah, yeah
Is somebody to you
All I wanna be, yeah all I ever wanna be, yeah, yeah
Is somebody to you

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Obsesi ✖ idr
Fiksi Penggemar"Kau mencintainya karena cinta? atau hanya karena obsesimu untuk memilikinya?" #34 in fanfiction •280616 #58 in fanfiction •210716 #35 in fanfiction •220716