V.

149 30 12
                                    

Calum, Ashton, Luke, Vena, Michael, Nath, dan Abraham menunggu hasil dari dokter. Calum sedari tadi hanya menunduk dan diberi ketenangan oleh Luke. Vena kini menghapus air matanya. Ia menghubungi ayahnya, agar cepat pulang.

Seorang dokter pria berusia sekitar 20 tahun itu keluar dari UGD dan menemui rekan pasien.

"Dokter, apa dia baik baik saja?" ucap Michael.

"Ya, dia akan baik baik saja. Pisau itu tidak menusuk ke organ pentingnya. Tetapi darah yang ia keluarkan cukup banyak. Kami sudah menutup luka yang lebar itu." ucap dokter yang bernama Zayn itu dan semua menghela nafas lega. Kecuali Calum.

"Terima kasih, dokter." ucap Vena pada dokter itu.

"Kalian bisa menjenguk gadis itu 1 jam lagi, setelah ia dipindah ke kamar. Biarkan pasien istirahat. Dan kau, kau sudah mengobati lukamu?" ucap Zayn ramah.

"Ya" ucap Calum singkat

"Baiklah kalau begitu aku pergi." ucap Zayn dan meninggalkan semua orang.

"Aku lapar." ucap Michael dan Vena bersamaan.

"Ayo kita keluar mencari makan." ucap Nath.

Ketika sampai diluar rumah sakit, tiba tiba Abraham memberi bogeman mentah ke wajah Calum. Vena menjerit karena melihat kejadian itu secara langsung.

"Pukulan itu sebenarnya tidak sepadan dengan luka yang ada pada tubuh Frieda." ucap Abraham tajam. Calum hanya memegangi dagunya.

Lelaki berambut coklat itu kembali memukul Calum. Ashton dan Nath memegangi Abraham dan menenangkannya agar tidak memukul Calum lagi. Sudut bibir Calum sobek akibat pukulan itu.

"Akan kuterima. Maafkan aku." ucap Calum.

"Sudah sudah. Berdamailah. Frieda akan baik baik saja." ucap Luke menengahi.

Abraham dan Calum pun bersalaman sebagai tanda mereka berdamai.

"Gantilah pakaianmu. Aku tak mau kau dicurigai sebagai pembunuh." ucap Luke sambil memberi baju hitamnya.

"Aku lapar. Ayo kita mencari makan." ucap Vena sambil memegangi perutnya itu.

"Tunggu, Calum sebentar." ucap Michael.

---

"Cal, kau ikut pulang tidak?" tanya Luke setelah makan.

"Tidak. Aku akan menunggu Everett sampai ia datang." ucap Calum masih lesu.

"Cal, kau pulang saja. Biar aku yang menjaga Frieda bersama Nath." ucap Vena.

"Kau pulang saja. Aku tau kalian berdua lelah." ucap Calum.

"B-baiklah. Terimakasih banyak, Calum." ucap Vena dan Nath.

---

Tersisa Calum dan beberapa orang di restoran itu. Pikiran tak karuan. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika pisau itu tertancap di perut Frieda. Kejadian tadi terus berputar di otak Calum seperti kaset rusak. Ia memutuskan untuk ke toilet untuk mencuci mukanya. Lalu ia membayar dan kembali ke rumah sakit.

Calum masuk ke kamar rawat Frieda yang serba putih. Interiornya tertata rapi dan 1 vas bunga berada di meja kecil yang memberi suasana yang menenangkan. Hati Calum serasa tertancap ribuan pisau ketika melihat kekasihnya itu harus diberi banyak selang. Rasa sakit di lengannya itu pun tidak seberapa dengan sakit hati Calum.

Ia duduk di sofa yang berada di pojok kamar. Sebenarnya, Calum sendiri lelah tapi ia tak tega meninggalkan kekasih itu. Ia takut sesuatu hal yang buruk terjadi lagi.

Skategirl [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang