J.

225 24 5
                                    

Author pov
"Dasar ceroboh." 2 kata itu terlontar begitu saja dari mulut Luke setelah Calum menceritakan kegelisahannya.
"Aku yakin Ashton pasti memaafkanmu. Tapi kalau Frieda, aku tak tau. Biasanya jika Aleisha marah, aku memberi kejutan tapi sepertinya Frieda bukan tipe seperti Aleisha." ucap Luke sambil mengusap dagunya.

Ucapan teman kecil Calum, membuatnya teringat dengan ucapan Vlaire.

'And then you must date with her.'

"Oh, ayolah, Cal. Kenapa kau gelisah karena hal sekecil ini?" ucap Luke.
"Aku tidak tau harus apa, Luke. Aku bingung bagaimana cara meminta maaf pada Frieda." ucap Calum lesu.
"Tanyakan Michael, dia kan pakar cinta. Sudah lah tanyakan pakar cinta itu aku mau tidur." ucap Luke sambil naik ke ranjang Calum.
"Bodoh itu kasurku!" teriak Calum.
"Tidur saja di sofa." ucap Luke enteng.
"Luke sialan!"

---

Frieda pov
Pagi yang sangat sangat melelahkan. Bagaimana tidak? Aku bangun pukul 4 dan langsung mencuci baju yang sangat banyak, belum lagi membersihkan rumah, dan lain lainnya. Terlebih lagi, ayah berada di Chicago selama 2 minggu. Elena akan terus menyiksaku.

Tiba tiba ponselku berdering. Aku melihat siapa yang menelpon. Harry.

'Halo?'
'Ah, syukurlah kau mau mengangkat telponku. Aku benar benar minta maaf padamu atas kelakuanku kemarin. Liam dan Louis berkata bahwa aku hendak menciu--'
'Yayayaya, aku sudah memaafkanmu. Aku harus membantu ibuku. Bye, Harry.'

Baru saja aku ingin mencuci piring, ponselku bergetar kembali. Aku melihat siapa yang menelponku ternyata masih saja Harry. 5 kali ia menelponku, aku menghiraukannya. Panggilan ke 6 baru kuangkat.

'Halo, ada apa lagi Harry?'
'Harry? Lelaki brengsek itu?'

Mendengar suara disebrang sana tampaknya bukan Harry. Bodoh, aku tidak melihat caller ID nya dulu. Aku melihat ponselku ternyata Calum yang menelponku.

'umm, I mean Calum. Maaf kukira tadi Harry.'
'Kau kenal dengan Harry? Kau tau kan dia itu brengsek?'
'Itu bukan urusanmu. Ada apa kau menelponku? Hanya ingin mencibir Harry? Kalau iya, aku tutup telp--'
'DON'TT! Umm, begini. Anu umm'
'Ada apa sih, Cal?'
'Besok kau ada waktu tidak? Aku aku umm aku'
'Astaga, Calum. Cepat katakan atau aku tutup telponnya'
'Dasar Calum pemalu. Okay, Fri begini Calum ingin mengajakmu untuk makan malam. Kau mau kan? Aku dan Aleisha akan ikut.'
'Aku tidak janji, Luke Nanti akan kujawab ketika di--'

"FRIEDA!! KENAPA KAU MALAH ASIK BERTELPON? CEPAT CUCI PIRINGNYA!"
"Okay!" ucapku agak lantang.

Aku langsung saja menutup telpon dari Calum dan melanjutkan aktivitas sebagai pembantu. Semua urusan rumah tangga sudah beres. Akhirnya aku bisa santai.

Kurebahkan tubuhku di kasurku. Mengambil novel yang ada di meja kecilku. Baru membaca 1 halaman. Ralda berteriak memanggil namaku. Aku pun turun menemui dirinya.

"Kau?!" ucap Ralda keras dan menjambak rambut pirangku.
"Awh! Aku salah apa?" ucapku meringis kesakitan.
"Kau masih berkata apa salahmu?! Aku tau kau datang di pesta dansa itu kan? Lalu kau pergi bersama Calum kan?!"
"Tidak! Aku berkerja di cafe, Ralda." ucapku memelas.
"Kau berbohong! Liam sendiri yang bilang padaku." ucap Ralda naik beberapa oktaf. Aku hanya terdiam. Aku tidak bisa mengelak sekarang.
"Dasar wanita tak tau diri! Kau itu berbeda kasta dengan Calum! Jangan dekati Calum lagi! Dia milikku!" ucapnya dengan penekanan
"A-aku t-tid--"

PLAKKK

"Kau pantas mendapatkan itu, bitch!" ucap Ralda sambil melepaskan jambakannya dan meninggalkan aku yang terjatuh dan dahiku membentur kursi.

Skategirl [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang