Hari demi hari telah gue lalui, hingga pada suatu hari. Gue minta tolong ke suster Fani untuk meminta berkas pasien atas nama Danu.
"Suster Fani." Ucap gue
"Iya Dokter Dina, ada apa ?"
"Saya boleh minta tolong ?"
"Boleh Dokter, apa yang bisa saya bantu ?"
"Tolong carikan berkas pasien atas nama Danu ya sus. Katanya berkasnya ada di Dokter Fadli. Daritadi saya nyariin Dokter Fadli tidak ketemu."
"Oh Dokter Fadli sedang cuti Dok, ibunya sedang sakit."
"Oalah, pantes saya gapernah liat lagi."
"Atas nama Danu kan Dok ?"
"Iya, tolong ya sus."
"Siap Dok, ada lagi yang bisa saya bantu ?"
"Sudah itu saja, terima kasih ya sus sebelumnya. Maaf saya ngerepotin."
"Gapapa Dok, kalau begitu saya permisi dulu Dok."
"Iya, nanti kalau sudah ketemu suster ke ruangan saya ya."
"Baik Dok, permisi." Ucap Suster Fani--------
Tok...tok...tok...
Suster Fani mengetuk ruang kerja Dokter Doni.
"Iya silahkan masuk ?" Ucap Dokter Doni
"Permisi Dok."
"Oh Suster Fani, ada apa sus ?"
"Ini Dok, apa Dokter Fadli menitipkan berkas pasien atas nama Danu ?"
"Oh iya Dokter Fadli menitipkan ke saya, ada apa emang sus ?"
"Dokter Dina minta berkas itu Dok."
"Yaudah biar saya yang mengantarkannya, sekalian saya mau bertemu dengan dia."
"Dokter belum pernah ketemu ?"
"Iya belum sus, dia dokter yang sibuk."
"Yasudah Dok, saya permisi dulu. Mari Dok." Suster Fani pun meninggalkan ruang kerja Dokter Doni
"Iya mari."Tok...tok...tok
Dokter Doni mengetuk pintu ruang kerja gue. Yang pada saat itu gue sedang berdiri dekat tirai jendela ruang kerja gue.
"Permisi dok."
"Oh iya silahkan masuk." Ucap gue yang masih memandangi pemandangan lewat jendela.
"Maaf dok, ini berkas pasien atas nama Danu."
"Iya taruh aja di atas meja saya sus..." Ucapan gue terhenti, ketika yang gue lihat bukan suster Fani melainkan dokter Doni.
"Doni." Ucap gue
"Dina." Ucap Doni
"Jadi, dokter Doni itu lo."
"Gue seneng bisa ketemu lo lagi disini, gue udah duga pasti itu lo. Gimana kabar lo Din ?"
"Maaf saya harus mengecek berkas ini." Ucap gue
"Lo berubah ya Din, oke gue bakal permisi." Ucap Doni sambil pergi dari ruang kerja gue.
"Maaf Don, gue bukan berubah. Gue juga seneng bisa ketemu lo lagi disini. Tapi ini yang harus gue lakuin ke lo. Maaf Don." Ucap gue sambil meneteskan air mata.* Doni POV *
Ternyata lo berubah Din, lo berubah!! Gue kangen sama lo, gue selama ini nunggu lo. Setelah kita ketemu, kenapa sikap lo gini sama gue ? Gue emang bodoh udah ngelepasin cewe yang gue sayang demi sahabat!! Gue nyesel Din, tapi inget satu hal, gue tetep akan mencintai lo!********
Jam praktek gue pun telah usai. Saat gue jalan ke parkiran, gue bertemu dengan Doni.
"Dina."
Gue dan Doni saling bertatap mata beberapa detik saja, setelah itu gue langsung jalan. Pertanyaan Doni pun menghentikan langkah gue.
"Dina, gimana hubungan lo sama Novan ?"
Gue langsung berhenti dan menoleh tetapi hanya sebelah kepala saja.
"Maaf pertanyaan anda tidak harus saya jawab, anda pun pasti tau jawabannya." Gue langsung berjalan kembali menuju parkiran.* Doni POV *
"Iya gue tau jawabannya, pasti lo bahagia sama Novan. Gue ikut bahagia ngeliat lo bahagia walaupun lo bahagia bukan karena gue Din."* Andina POV *
Maaf Don, gue harus ngomong gitu, semoga lo ngerti jawabannya. Gue sama Novan gaada apa-apa, kenapa ketika kita ketemu, lo nanya hubungan gue sama Novan ? Apa lo udah ada yang lain ?
Bahagia lo bahagia gue juga, gue bahagia ngeliat lo bahagia walaupun bukan karena gue.----------
Sesampainya gue di apartement, gue liat Hikmah lagi asik dengan handphone nya.
"Asik amat mba main hpnya."
"Eh kamu Din, udah pulang toh."
"Daritadi keles hehe." Gue tersenyum
"Hehe maaf." Hikmah balik tersenyum
"Yaudah aku mandi dulu ya."
"Oke sip."
Setelah selesai mandi, Hikmah lagi masak. Entah lah dia masak apa wkwk
"Oh masak nasgor toh wkwk." Gue sambil tersenyum
"Iya, abis bingung mau masak apa."
"Kan aku udah bilang, kamu gausah masak biar aku aja yang masak."
"Aku kan udah numpang disini masa iya aku enaknya doang."
"Yasudah terserahmu saja wkwk."
"Udah sana tunggu di meja makan aja."
"Baiklah." Ucap gue sambil menuju meja makan.
"Makanan sudah siap dimakan." Hikmah tersenyum.
"Hmm..harum wkwk." Gue pun tertawa.
"Wkwk." Hikmah pun balik tertawa
Hikmah yang melihat gue cuma ngeliatin masakannya bertanya ke gue.
"Kamu kenapa Din ? Kok makanannya cuma diliatin doang."
"Gapapa kok."
"Cerita lah sama aku."
"Aku gapapa, aku tidur duluan ya. Makanannya jangan dimakan loh nanti malem biasanya aku bangun buat makan." Gue sambil tersenyum