DUA PULUH-SATU

2.2K 67 18
                                    


"Nanti lagi ya rin. Nana... aku harus keluar dulu. Mungkin sampe tengah malem. Kamu langsung tidur ngga usah nunggu aku pulang. Aku udah bawa kunci rumah tenang aja." Andri menginstruksikan dengan terburu-buru. Melihat andri begitu khawatir dengan gadis lain rasanya seperti ada benda tajam yang menyayat hati nya,perih sekali rasanya. Siapa sebenarnya yang ada di hati andri ? Setetes air bening jatuh dari pelupuk mata karin, sama sekali tak ia sadari. Kenapa ia harus bersikap seperti ini ? Biarkan saja, toh tak lama lagi karin pasti akan mendengar waktu pernikahan andri dengan gadis itu. Namun jika sudah waktunya, apakah karin siap ? Memikirkan hal seperti itu malah semakin memperburuk keadaan, karin berlari menuju kamarnya dengan pandangan kabur karena matanya sudah tertutup penuh dengan air matanya.

♡♡♡

Karin masih terjaga. Ia sama sekali tak bisa menutup matanya. Ia hanya berguling kesana kemari di atas kasurnya. Perasaannya tak karuan ia bahkan tak mengerti kenapa ia harus seperti itu. Ia melihat jam yang bertengger di atas nakasnya. Pukul 12.43 am. Sudah dini hari namun Andri masih juga belum kembali. Sebenarnya apa yang terjadi dengan andri dan nana ? Apakah memang nana benar-benar mengandung anak andri ? Tak tahulah,memikirkannya saja sudah cukup membuat hatinya berdenyut ngilu lagi. Ia mengambil handphonenya dan mengusap layarnya. Apakah ia harus menelepon andri ?tapi untuk apa ?ia pun meletakkan kembali handphonenya di nakas seperti semula.

satu jam dua jam telah berlalu sampai akhirnya terdengar lirih adzan subuh berkumandang,

"ah sudah pagi" lirih karin. karena memang tak bisa tidur sama sekali ia pun bangkit dari tempat tidurnya dan segera mengambil air wudhu. Selesai menunaikan kewajibannya ia turun untuk mengecek mungkin saja Andri sudah kembali walaupun itu seperti nya mustahil mengingat ia terjaga semalaman dan tak ada tanda-tanda Andri kembali.

ia membuka pintu dan berjalan di halaman, rumput-rumput yang basah karena embun, udara yang segar, dan semburat oranye menghiasi langit. sungguh indah dan membuat perasaan tenang seharusnya. tapi tidak untuk karin,tidak karena fikiran yang masih kalut.

"rin ?woy rin ?beneran elo ?gue kira makhluk astral yang mau balik ke habitatnya" karin menoleh. dilihatnya yudha berlari kecil menyebrang halaman menuju ke tempat nya berdiri saat ini.

"eh ?ini bener karin kan ya ?bukan kunti yang lagi nyamar jadi karin ?" kata yudha sok mendramatisir.  Mendengar itu karin hanya tersenyum lemah.

"iya ini gue, kalo kuntilanak secantik gue ga bakal takut deh orang-orang" 

"bener juga. tapi elo ngapain jam segini udah keliaran, biasanya juga jam segini elo masih di kubangan iler lo" kekeh yudha yang langsung di sambut cubitan-cubitan kecil dari karin.

"elo kenapa ?ada masalah apa ?cerita sama gue" kata yudha mulai serius.

"ga ada masalah apa-apa" jawabnya bohong.

"ga usah bohong. gue tau banget elo rin" jawab yudha. ia memperhatikan mata karin yang sembab dan berkantung cukup tebal, belum lagi tatapan matanya yang sayu dan penuh beban seperti itu sungguh bohong namanya kalau tidak terjadi apa-apa.

"andri ?" tanya yudha lirih namun cukup sampai ketelinga karin. mendengar nama itu di sebut tanpa di suruh lagi air mata karin mengucur deras.

"kenapa lagi sih ?" yudha menghela napas cukup keras. di raihnya tubuh mungil di hadapan nya itu, di rengkuhnya ke dalam pelukannya. tubuh mungil itu tak menolak sama sekali dan justru memeluk yudha dengan erat.

"andri.....nge....hamil...hamilin anak orang.." suara karin mencicit kecil di tengah isakannya namun masih dapat di pahami yudha dan cukup membuat nya terkejut.

"apa ?! gue ga salah denger kan ?" karin menggeleng. dengan susah payah karin menjelaskan semua permasalahan nya pada yudha. Sesekali yudha mengernyitkan dahinya dan tak henti-hentinya bergumam "sialan"

Oh My Teacher !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang