Pt.10 : Bad Dream

52 14 3
                                        

"Hai" sapanya dengan senyum lebarnya

Aku membelalakkan mataku dan melihatnya. Ternyata dia juga masuk klub tenis. Ya, dia Hwang Kyungri. Orang yang sudah ketahuan selingkuh dan mempertaruhkanku dengan tiket konser.

Aku memandangnya tajam, jika saja dia pria sudah kupukul karena menggangguku

Dia berjalan santai kearahku sambil membawa raket tenisnya "aku tau kau masih disini. Karena di daegu pun kau selalu di rooftop atau taman sekolah" ujarnya

"Mau apa kau?" Tanyaku dingin

"Aku hanya ingin satu permintaan"


"Kembalilah padaku"

Sial. Apa apaan ini? Aku tidak bisa menerimanya begitu saja, setelah apa yang dia lakukan. Aku tidak bodoh

"Tch. Kau ini tidak tau malu? Kau sudah menyakitiku lalu kembali dengan semudah ini?" Aku berhenti

"aku tidak bisa" ujarku lalu menenteng tasku dan pergi dari sana

"Aku janji. Aku tidak akan menyakitimu lagi. Ya min suga! Sebenarnya aku masih mencintaimu" teriakannya sukses membuatku berhenti melangkah

"Jika benar, buat aku mencintaimu juga" ujarku dingin tanpa menengok kearahnya dan segera pergi dari sana

----------

Aku merebahkan tubuhku diatas kasur dan melemparkan tasku asal. Bisa bisanya wanita itu bicara asal seperti itu. Aku memang belum melupakannya, tapi bukan berarti aku juga masih menyukainya. Saat ini aku tidak tau hatiku berada dimana. Rasanya aku tidak akan jatuh cinta pada wanita lagi.

'Ya min suga! Sebenarnya aku masih mencintaimu'

Aku terus mengingat itu. Sejak kapan dia mencintaiku? Dia hanya melakukan taruhan saja kan? Dia menyakitiku dan meninggalkanku begitu saja. Apa dia itu tidak punya malu? Menjatuhkan harga dirinya seperti tadi. Dia fikir aku akan luluh

Tok tok tok

Aku melihat pintu itu dan orang itu segera masuk tanpa izinku

"Oppaa" teriaknya langsung menghampiriku yang sedang merebahkan diri diatas kasur. Untung dia tidak menindihku lagi

"Ya! Kau ini kenapa" teriakku dan segera bangkit dari sana

"Oppa, kenapa kau membenci jimin?" Tanyanya. Aku tau, dia akan mengintrogasiku sekarang

"Aku tidak membencinya. Aku hanya kesal" jawabku santai

"Oppa, aku menyukainya" ucapnya kemudian. Aku langsung menengok kearahnya yang sedang menunduk malu

"Mwo! Jimin?" Tanyaku kaget. Dan dijawab anggukan olehnya

Gila. Ini gila. Kenapa harus orang itu? Sudah kuduga, seharusnya ibu tidak memasukkan adikku ke sekolah itu. Benar kan, dugaanku memang tidak pernah meleset

"Tidak. Aku tidak akan merestuimu" jawabku

"Terserah saja. Aku tidak peduli, aku akan tetap mendekatinya. Sepertinya dia gampang akrab kok, tidak sepertimu. Dingin dan menakutkan" ujarnya meledek dan segera lari dari kamarku

"Ya! Kemari kau" teriakku menakutinya, aku malas untuk mengejarnya. Lagipula tidak terlalu penting, aku tidak mau mengurusi hidup orang lain

Tapi apa itu? Dingin dan menakutkan, sial memangnya aku monster es?

Aku berdiri dari kasurku dan melihat kearah rumah yejung yang ada didepanku. Terlihat jelas jika aku mengintip. Hari sudah mulai malam. Namun sesaat aku melihat adikku memasuki rumah yejung dengan baju pink kebesaran dan celana pendek. Ah bahkan aku lupa jika hari ini yejung harus mengatakan sesuatu di rooftop. Apa aku juga harus menjenguknya?

Destiny.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang