Part 2.

77.6K 3.6K 20
                                    

Revisi : 8 april 2017

Beritahu aku, apa yang salah dariku?
Dosa apa yang ku perbuat sampai aku merasakan patah hati?

Dia bilang dia menyukaiku, sama dengan perasaanku.

Cinta ini terbalas.

Disaat yang bersamaan aku sadar bahwa aku memang tak cukup mampu mendapatkan dan menjadi pendampingnya.

Sadar akan ketidak mampuanku, satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah..

Merelakannya

Mengikhlaskannya pergi

Menerima dengan lapang dada dia dengan yang lain..

Aku yakin insyaa Allah ini akan terlewati jika kita memang tak dituliskan dalam tempat yang sama. Aku ikhlas pada takdir yang Allah torehkan untukku.

.......

"Dia meninggalkanku.. " Rita menangis, ia baru saja di tinggalkan kekasihnya. Dan disinilah dia bersama kami mengeluarkan kesedihannya karena diputuskan pacarnya.

Kami yang sedang duduk berhadap-hadapan menatapnya.

"Mungkin dia bukan jodohmu, Ta." Syifa yang duduk disampingnya mengelus punggung Rita mencoba menenangkan.

"Hik.. hik.. dia bilang dia gak sayang aku lagi." tangisannya semakin tersedu-sedu.

Syifa menatap aku dan Laila yang sedari tadi diam, meminta pendapat. Aku menggelengkan kepalaku pelan sedangkan Laila mengangkat bahunya sambil bergumam, "Aku gak tau"

Sebenarnya aku tidak ngerti.

Pacaran? Aku tak tau bagian mana dari pacaran yang baik, dalam hal ini baik di mata agama dan Allah. Selain merugikan diri dan juga waktu tentunya.

Pacaran itu zina kecil yang bisa berubah menjadi zina yang lebih besar.

Tak akan ada keuntungan yang kamu dapatkan darinya kecuali kemaksiatan, aku sama sekali heran kenapa perempuan jaman sekarang memilih berpacaran yang tak ada untungnya. Lelaki bodoh yang mengajak berpacaran hanya mengambil keuntungan dari perempuan yang lebih mudah dibodohi.

Dari saling mengirim pesan sampai bertemu. Apa itu berpahala? Tidak! Justru setan yang akan menghampiri.

Aku menghembuskan nafas berat, "Mungkin ini cara Allah melindungi dirimu."

Rita menatapku nanar, matanya membengkak. Lihat? Dia sampai menyiksa dirinya.

"Kalau Allah memang mau lindungin aku kenapa Allah buat aku suka sama dia? Kenapa hah?" Rita menatapku marah.

"Allah hadirkan rasa suka tapi gak suruh kamu pacaran."

"Kamu gak ngerti sama aku. Kamu terlalu kuno."

Astagfirullah.

"Rita kita ini berteman, aku cuma mengingatkanmu bahwa pacaran gak akan bawa keuntungan untuk kamu. Yah terserah kamu kalau mau sebut aku kuno, aku hanya ngikutin apa kata Allah."

Laila memegang tanganku, menenangkan aku yang mulai kehilangan kendali.

Astagfirullah. Lebih baik aku pamit. Toh tak ada gunanya berdebat. Jadi aku berdiri dan berpamitan, "Aku mau pulang dulu, maaf kalau buat kamu marah Rita. Assalamualaikum"

Annisa Humaira (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang