Part 26

50.8K 2.3K 3
                                    

Ada banyak hal yang telah kulewati. Masa sulit yang kujalani tanpa kehadiran orang-orang yang kusayangi. Bapak, ibu, Laila dan dia.

Pada saat itu—saat kami berpisah di bandara— kami tak lagi saling menghubungi. Terkadang, aku juga masih bertanya tentangnya pada Laila. Termasuk kabar menyakitkan bahwa tante Kirana telah meninggal. Itu adalah masa terpuruk Farhan—di mana aku tak ada di sana— dan dia pasti lebih terluka karena janji yang tak mampu ditepati pada mamanya.

Akupun ikut terluka. Pada saat aku menerima kabar itu, rasanya ingin segera aku kembali pada negeri kepulauan tempatnya berada. Namun, Laila menahanku, mengatakan bahwa itu hanya akan menambah kesedihan Farhan, karena saat itu aku masih harus kembali ke Mesir.

Aku terdiam, menelan bulat-bulat kekecewaan yang kurasakan pada diriku sendiri.

Rasanya aku telah bersalah padanya. Kata maaf saja takkan cukup. Ini sudah lima tahun aku pergi tanpa pernah sekalipun kembali. Meninggalkan rumahku, tempat di mana aku hidup sampai usia delapan belas tahun.

Kini aku sudah dua puluh tiga tahun. Sudah mengenyam pendidikan yang layak, sudah mendapat pekerjaan yang baik sebagai pengajar muda di salah satu lembaga pendidikan. Aku sudah layak untuk membina rumah tangga pernikahan.

Aku hanya ingin dia.

Namun, masihkah ini sama? Masihkah ia mengharapkan aku seperti dulu? Masihkah ia mencintaiku seperti dulu? Masihkah tatapan mata kelabunya hangat seperti dulu?

Aku meringis.

Setelah kutinggalkan dia untuk mengejar cita-citaku masihkah dia mau menerimaku? Bukankah ini terlihat aku tak tau malu?

Aku sudah pernah bilang bahwa aku yang akan meraihnya kembali. Ya, kuharap aku mampu.

......

KEPENTINGAN PENERBITAN, BEBERAPA PART DIHAPUS

Ailyn

Annisa Humaira (Telah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang