Deni langsung melangkah turun menghampiri Runa yg terlihat kesulitan menggendong dengan tangan kanan dan menenteng belanjaan ditangan kirinya.
"Nunggu jemputan?" tanya Deni mengamit belanjaan ditangan kiri Runa membuatnya terkejut.
"Nunggu taksi." Jawabnya terkejut.
"Masuklah, aku akan mengantarmu." Perintah Deni sepihak dan segera berjalan membuka bagasi mobilnya.
"Tapi-" kata Runa tak sempat menyelesaikan ucapannya karna Deni sudah membukakan pintu untuknya.
"Cepatlah!" perintah Deni mulai jengah.
Dengan pasrah Runa menuruti perintah Deni dan berjalan masuk kedalam mobil. Deni segera menutup pintu mobil dan masuk dari sisi yg lain. Tanpa banyak bicara Deni langsung melajukan mobilnya meninggalkan mall. Sementara Runa masih membeku menatap tak percaya pada Deni yg masih melajukan mobilnya dengan tenang.
Sesekali Deni melirik Runa yg sedang menatap putranya penuh sayang. Dan kembali fokus menyetir sebelum ia kepergok memperhatikan Runa diam-diam.
"Rumahmu dimana?" tanya Deni setelah sekian lama dia hanya diam dan fokus menyetir.
"Hah?" sekian detik Runa mencerna pertanyaan Deni
"Ru-mah di-ma-na?" ulang Deni menekan tiap suku kata."Di depan belok kiri." Jawab Runa berusaha tenang.
Deni mulai memasuki perumahan yg sangat akrab dalam ingatannya. Perumahan tempat tinggalnya, ralat lebih tepat rumah Dimas sekarang.
"Itu yg didepan." Kata Runa menunjuk rumah yg ia maksud.
Deni segera menepikan mobilnya tepat didepan rumah bercat hijau yg Runa maksud. Segera Deni membukakan pintu untuk Runa dan mengambil belanjaan di bagasi mobil.
Deni mengikuti langkah Runa memasuki rumah dan meletakkan belanjaan dilantai."Aku akan langsung pulang." Kata Deni menarik perhatian Runa.
"Tunggu sebentar Pak!" cegah Runa membuat Abi terbangun dari tidurnya karna terkejut.Dan suara tangis Abi segera terdengar setelahnya. Dengan telaten Runa menenangkan tangis Abi. Deni tertegun melihat pemandangan baru didepan matanya. Dia tak pernah menyangka wanita sangat cantik saat sedang mengurus bayi.
Ok fix! Aku benar-benar gila sekarang.
"Cup cup nak, maafin Mami." Kata Runa menenangkan Abi yg terbangun dalam gendongannya. "Abi mau susu?" tanya Runa menghapus sisa air mata dipipi Abi.
"Unce!" kata Abi menjulurkan tangannya pada Deni meminta gendong. "Ain obil alam." Imbuhnya.
"Jangan, om cap-"
"Ayo kita main!" sela Deni mangambil Abi dari gendongan Runa.
Runa tercengang sesaat melihat Deni yg langsung bermain dengan Abi. Segera Runa memboyong belanjaannya kedapur dan mengolah beberapa bahan untuk makan malam. Runa terus memasak sambil sesekali mengawasi Abi yg sedang bermain bersama Deni.
Diruang tengah Abi sudah memberantakkan semua mainannya. Sesekali dia berceloteh dengan Deni yg tampak kesulitan memahami maksud Abi. Diam-diam Hati Deni berdesir saat ia melihat punggung Runa didapur. Dia bukan memikirkan hal yg iya-iya, jadi jangan salah paham.
Dalam pikirannya berbisik sesuatu yg akhir-akhir ini mengusik hatinya. Berkeluarga. Mungkin seperti ini rasanya memiliki keluarga. Istrinya memasak didapur dan dia menemani anaknya bermain sambil menunggu makanan matang. Betapa beruntung jika dia menemukan istri seperti Runa.
"Pak?" panggil Runa menyadarkan Deni dari lamunannya.
"I-iya?" kata Deni tergagap.
"Mari makan malam dulu, saya sudah masak." Kata Runa.
'kenapa dia sangat cantik bahkan saat apron masih melekat ditubuhnya ia terlihat sangat...menawan.'
"Mamii Abi au amam!" seru Abi menyadarkan Deni yg tertegun menatap Runa.
"Abi laper ya?" tanya Runa mendudukkan Abi di kursinya.
Deni duduk disisih yg lain sambil melihat menu rumahan yg sudah dimasak oleh Runa.
"Segini cukup?" tanya Runa yg dijawab anggukan oleh Deni. "Lauknya ambil sendiri Pak, maaf menunya sederhana." Kata Runa dan kembali sibuk dengan Abi.
"Trimakasih." Kata Deni.
Sesekali Deni melihat Runa yg telaten menyuapi Abi. Abi juga bukan bayi yg rewel. Terbukti saat Deni tadi menemukan Abi yg sedang tersesat di mall, Abi tidak menangis. Bayi itu bahkan berlari riang dan tak menyadari bahwa Ibunya sudah menangis cemas.
"Siapa nama anak kamu?" tanya Deni membuka percakapan. "Sejak tadi aku bermain dengannya tapi aku tak tau namanya." Imbuhnya tersenyum kikkuk.
"Namanya Al Ayubi Mahardika." Jawab Runa.
"Lalu suamimu mana? apa dia tidak marah aku makan berdua dengan istrinya?" goda Deni disambut senyuman diwajah Runa.
"Kita makan bertiga Pak." Kata Runa mengoreksi kemudian melirik Abi.
Sementara Deni hanya tersenyum canggung. Sesaat ia melupakan bayi kecil yg sedang makan dengan lahap.
"Jadi mana suamimu?" tanya Deni sekali lagi."Aku tak punya suami." Jawaban Runa membuat Deni merasa bersalah.
"Maafkan aku, aku tak tau kalau suamimu sudah meninggal." Kata Deni merasa bersalah.
"Tidak-tidak, dia bukan meninggal-"
"Bercerai?" tukas Deni penasaran.
"Aaah sudahlah aku tak ingin membahasnya." Kata Runa mengedikkan bahu.
"O-oke, maafkan sikapku yg suka ikut campur. Aku hanya tak ingin ada yg salah paham." Jelas Deni.
"Iya, aku mengerti." Kata Runa mengangguk.
"Mami cudah." Kata Abi dengan mulut belepotan.
"Baiklah, ayo cuci tangan." Kata Runa menggendong tubuh kecil Abi.
Sesekali Abi terlihat menguap dan mengucek matanya, tanda ia mengantuk. Runa yg paham segera membuatkan susu formula agar Abi segera tidur tanpa harus rewel. Deni masih mengawasi Runa dari ruang tengah. Matanya menulusuri foto pernikahan seorang militer tapi bukan dengan Runa, perempuan yg mirip dengan Runa, mungkin saudara. Deni terus menelusuri jajaran phigura yg ditata rapi sampai pada barisan foto anak kecil dari bayi baru lahir hingga sekarang, foto Abi. Dan mata Deni berhenti pada foto Runa dan sorang pria yg sedang menggendong Abi dengan backgound kandang gajah, mungkin foto itu diambil saat liburan dikebun binatang.
"Saya minta maaf, karna harus menidurkan Abi." Kata Runa mengejutkan Deni.
"Oh iya, tak apa. Baiklah sepertinya saya harus pulang karna sudah malam." Kata Deni menunjuk jam ditangannya.
"Baiklah kalau begitu." Kata Runa mengantar Deni kedepan pintu.
"Trimakasih untuk makan malamnya." Kata Deni sebelum pamit.
"Trimakasih juga sudah menemukan Abi dan menemaninya bermain Pak." Kata Runa.
"Sudahlah, slamat malam." Kata Deni kemudian melajukan mobilnya meninggalkan rumah Runa.
*****
Runa melajukan mobilnya menuju kantor Deni. Kemarin Bima menelphone dan memintanya untuk bertemu disana.
Runa menuju meja reseptionis karna ini pertama kali dia datang kesini. Tapi sebelum dia mencapai meja reseptionis langkahnya berhenti menatap sosok yg sudah lama tidak ia temui dan tak ingin ia temui.
Pria itu berjalan kearahnya sambil tersenyum percaya diri, sementara Runa tak lagi bisa beranjak kakinya seperti sudah dilem dengan kuat.
Siapa saja tolong aku, tolong selamatkan aku. Aku tak ingin melihatnya sekarang.
***
Geeennk masa liburan berakhir updatenya juga gak tiap hari lagi yes.. Maafin eike tapi dunia nyata juga penting..
Btw thankiyu udah baca and kasih voment.. Ailopyu..

KAMU SEDANG MEMBACA
Single
RomantikCerita ini hanya fiktif belaka apabila ada kesamaan nama atau tokoh merupakan hal yg tidak disengaja dan hanya kebetulan semata. Ini cerita tentang abang Deni yg berusaha ngejar jodohnya. Perempuan berkepribadian hangat dan keibuan atau memang udah...