chapt 13

775 75 18
                                    

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Deni tersenyum renyah. Beberapa hari ini Deni tinggal di rumah Dimas karna kesehatannya belum pulih. Mama dan Papa juga masih disini, alasannya masih kangen dengan Diki.

Sebenarnya Mama sudah tau tentang perasaan Deni terhadap Runa. Dan semua keluarga mendukung hubungan Deni. Mama juga sudah tau tentang kebenaran hidup Runa setelah Kif menceritakan secara singkat.

Setiap malam Mama selalu membicarakan perkembangan hubungan yg bahkan belum Deni mulai. Mamanya memang lebih agresif tapi Deni sudah meminta agar menyerahkan semua pada dirinya. Deni juga sudah meyakinkan bahwa jika dia tak akan menyerah untuk mendapatkan Runa.

"Bagaimana kabar Runa, Den?" tanya Prita saat sedang makan malam.

Deni mulai mendengus kesal karna mama tak henti menanyakan perihal kedekatannya dengan Runa.

"Berikan Deni waktu ma, ini masalah perasaan." Kata papa menengahi.

"Mama cuma nggak mau kalau Deni melepaskan Runa." Kata mama kesal melihat hubungan Deni yg tak kunjung ada perkembangan.

"Ma, aku nggak berniat buat ngelepasin Runa, sampai saat ini aku juga berusaha untuk ngejar dia. Tapi kalau dia masih trauma sama hubungan terdahulu aku juga nggak bisa paksa dia." Jelas Deni dengan sabar.

Yah seperti itulah beberapa hari ini yg terjadi. Mama seperti tak sabar untuk mendengar kabar baik tentang perkembangan hubungan antara Runa dan Deni. Tapi sepertinya hubungan keduanya jalan ditempat karna Runa tak kunjung membuka hati.

Setiap kali jam makan siang Deni selalu menyempatkan untuk datang jauh-jauh kegalery Runa. Seperti hari sebelumnya, hari ini Deni juga datang. Kali ini menu yg dia bawa bukan bento tapi ketoprak. Entah ide dari mana tiba-tiba ia membeli ketoprak disebuah restoran yg menjual makanan khas betawi. Itu pun karna dia tak sengaja melewatinya setelah meeting diluar kantor.

Ivon menyapa dengan senyum saat Deni muncul didepannya. Tak seperti saat pertama datang berkunjung, Ivon kini tak banyak bertanya dan langsung mempersilahkan Deni masuk. Bahkan Deni bisa masuk tanpa mengetuk pintu walau Runa akan melotot setelahnya.

"Aku membawakan ketoprak hari ini." Kata Deni duduk didepan meja Runa.

"Apa bapak tidak capek? Jarak kantor bapak dan galery saya itu lumayan jauh." Sambut Runa melihat sikap Deni yg tak pernah lelah mengunjunginya tiap hari.

"Itu sebabnya, coba sekali-sekali kamu yg mendatangiku?" kata Deni sambil tersenyum.

"Dalam mimpimu." Kata Runa ketus.

"Apa kamu suka pedas? Tadi aku pesan tanpa cabe dan yg satunya pakai cabe, tapi tidak terlalu pedas." Kata Deni mulai sibuk dengan makan siangnya.

"Apa yg ada dipikiran bapak cuma makan?" tanya Runa membuat Deni menatapnya sejenak.

Hening.

Sejenak Runa merasa bersalah dan ingin meralat ucapannya tapi Deni langsung tersenyum.

"Katakan apa yg kau inginkan?" tanya Deni menatap Runa dalam.

Runa bergeming tak mengerti harus berkata apa. Melihat mata Deni yg hitam membuatnya semakin gugup. Bukan tatapan intimidasi yg Deni berikan. Tapi tatapan hangat seolah ingin memberikan apapun jika Runa mengucapkan permintaannya.

"Bakso." Celetuk Runa.

Dan tanpa menunggu persetujuan Runa, segera Deni mengamit lengannya membawanya pergi dari kantornya.

"Iv, aku membeli dua ketoprak didalam kamu saja yg makan karna sepertinya tuan putri ingin makan diluar." Kata Deni saat melewati meja Ivon.

Entah kenapa Runa tersenyum geli melihat sikap Deni yg sekarang. Runa merona menerima semua perlakuan dari Deni. Manis.

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang