chapt 2

1.3K 71 7
                                    

Runa merapikan kertas hasil sketsa untuk design rotan terbarunya. Dia sudah mengembangkan usaha kerajinan rotan sejak tiga tahun lalu bersama kakaknya, Meta. Dan sekarang dia sendiri yg harus melanjutkan usaha tersebut setelah kakaknya meninggal.

Runa memang tidak kesulitan karna dia lulusan design interior. Beberapa kali dia mendapat tawaran untuk bekerja diperusahaan ternama namun ditolak. Alasannya hanya satu yaitu Abi. Satu-satunya hal yg bisa membuat hidup Runa berwarna setelah sebelumnya kelam.

Runa kembali melirik jamnya yg sudah merujuk semakin sore. Ia segera beranjak dari kursinya dan pergi meninggalkan galerinya.

"Ivon, jangan lupa kunci pintu." peringat Runa kepada pegawainya.

"Baik mbak." jawab Ivon yg masih sibuk dimejanya.

Dengan cepat Runa melajukan mobil menuju rumah, perasaannya tak sabar ingin segera bertemu dengan putra kesayangannya. Dan sambutan hangat ia dapat saat melangkah masuk kedalam rumah. Langkah jagoan kecil menghampirinya dan segera memeluk kakinya.

"Mamiiii..!!" seru Abi riang.

"Anak Mami sudah mandi?" tanya Runa menggendong tubuh Abi yg semakin montok.

"Cudah," jawab Abi menganggukkan kepala.

Runa tersenyum memperhatikan tumbuh kembang Abi yg sudah mulai lancar berbicara walaupun cadel. Abi juga semakin lincah berlari walau belum terlalu seimbang dan sering terjatuh.

"Mam, Edi alam." kata Abi menunjuk ruang tengah yg terhalang rotan pembatas hasil kreasi Runa.

Runa melangkah menuju ruang tengah dan menatap sosok akrab yg menemaninya sejak beberapa tahun lalu. Dedi Atmadja, kakak sepupunya yg sedang membereskan mainan Abi yg berantakan.

"Ada angin apa kau kemari Ded?" tanya Runa manatap Dedi yg masih sibuk memasukkan mainan.

"Hanya merindukan keponakanku." Dedi menghempaskan tubuhnya disofa setelahnya.

"Kalau begitu titip Abi sebentar, aku akan buatkan makan malam untuk kita." Runa menurunkan Abi dari gendongannya dan segera pergi ke dapur tanpa mengganti baju lebih dulu.

"Mamii gak auu.. Edi akal." kata Abi turun dari pangkuan Dedi mengejar Runa. Dengan segera Dedi bangkit dan mengekor Abi yg berlari gontai.

"Kena kau!" pekik Dedi mengangkat tubuh Abi keudara kemudian menciumi perutnya hingga Abi terpingkal.

Runa hanya tersenyum mengawasi keduanya. Kini mereka sudah duduk dengan tenang dimeja makan menantikan hidangan lezat buatan Runa. Tak perlu waktu lama karna Runa sangat ahli dalam urusan memasak cepat.

"Bu, tadi saya sudah nanak nasi." kata mbak Ida, pengasuh Abi. "Ada yg bisa saya bantu, Bu?"

"Iya mbak, tolong ambilin piring sama mangkuk buat naruh sayur sop sama ayam yg udah digoreng." perintah Runa sambil terus mengawasi masakan diatas kompornya.

Dan hidangan rumahan sudah tersaji dimeja makan. Sayur sop, ayam goreng lengkap dengan tahu, tempe dan perkedel kentang tambahkan nugget juga.

"Hmmm... Sepertinya tidak sia-sia aku mampir tadi." Dedi mulai melahap makanan dipiringnya.

"Jadi ini sudah tanggal tua, makanya kamu main kesini supaya bisa ngirit?!" celetuk Runa sambil menyuapi Abi.

"Tidak sepenuhnya benar, tapi tidak salah juga." kekeh Dedi disambut dengusan Runa.

Setidaknya Runa mengenal sifat Dedi dengan baik sejak beberapa tahun lalu. Saat Dedi memutuskn pindah dari Surabaya dan hidup mandiri di Jakarta. Dedi memilih jurusan yg sama dengan Runa, design interior. Perbedaannya Dedi lulus lebih dulu karna Runa memilih cuti dua semester untuk menjaga Abi.

"Aku denger kamu dapet project design furniture untuk sebuah Cafe?" tanya Dedi sambil menikmati cappuccinonya. Saat ini mereka sedang bersantai diruang tengah, sementara Abi sudah tidur.

"Iya, kamu bener. Dan sekarang aku lagi bikin beberapa sketsa, mungkin besok mereka datang ketempatku." jawab Runa seadanya. "Kamu tau dari mana?"

"Temenku yg design Cafe itu." jawaban singkat Dedi disambut O oleh Runa. "Mereka pikir kamu istriku karna nama belakang kita sama." Dedi terkekeh sementara Runa mengedikkan bahu tak tertarik.

"Kalo gitu aku pamit pulang ya, udah malem, udah kenyang dan udah ngantuk." Dedi tersenyum sambil beranjak dari sofanya.

"Pulang gih, aku juga mau istirahat!" kata Runa sok jutek.

"Besok dandan yg cantik biar si Bima klepek-klepek!" kata Dedi setengah berbisik membuat Runa berpikir sejenak.

"Bima?" gumam Runa berusaha mengingat seseorang.

"Dia design untuk project ini, senior kita pas kuliah." kata Dedi mengingatkan.

"What?!" pekik Runa saat berhasil mengingat Bima seniornya yg playboy dengan tingkat kepedean yg naudzubillah.

Bima memang ganteng tapi Runa tak pernah sekalipun tertarik padanya. Karna ada sebuah nama saat itu yg sudah mengisi hatinya. Nama yg pernah membuatnya sangat bahagia, nama yg dulu menjadi penyemangat hidupnya. Namun sekarang nama itu tak lagi ingin diingat.

⭐⭐⭐

Semoga bisa update tiap hari yes..
Jangan lupa kasih voment, ajak yg lain baca biar kalian dapet toge -.-" hahaha..

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang