chapt 6

930 63 12
                                    

Dan sebuah tangan besar menggenggam tangannya. Reflek Runa menoleh dan melihat Deni tersenyum padanya.

"Kenapa masih disini?" tanya Deni menatap Runa yg tak berkedip karna terkejut.

"Kenapa kalian disini?" tanya Bima yg baru tiba sambil memperhatikan keanehan yg terjadi.

Deni sedang menggenggam tangan Runa dan anehnya Runa tak menolak. Setahu Bima, Runa bukan gadis yg mudah didekati apalagi setelah pertunangannya batal dua tahun lalu. Dan kesempatannya mendapatkan Runa semakin jauh jika benar Runa menyukai Deni. Nasib.

"Ehm, jadi bagaimana meetingnya?" Bima mulai tak sabar melihat dua insan didepannya saling berpandangan. Membuat iri saja.

"Oh- ya mari bicara diruanganku saja." Kata Deni tergagap.

Runa reflek melepas genggaman Deni, dengan wajah yg mulai merona. Betapa ia sangat malu karna telah membalas genggaman tangan Deni. Bahkan dia menatap Deni dengan intens karna rasa terkejut.

Ini hari sial, benar-benar sial!

Setelah meeting Runa bergegas pergi meninggalkan kantor Deni. Selain karna rasa malu dia juga tak ingin bertemu dengan pria perusak hidupnya.

"Runa!" seseorang menepuk pundak Runa.

Reflek runa menoleh dan...

*****

Runa terlihat terkejut dan ketakutan menatap Tomi, salah satu staf Deni. Dan entah kenapa tadi Deni langsung menggenggam tangan Runa. Tangan Dingin yg langsung menyambut genggamannya. Runa bahkan menatapnya membuat jantungnya hampir putus. Ditambah mata indah yg menatapnya dalam.

Cantik.

Kini Deni sedang melihat Runa yg membeku diloby saat Tomi menyapanya dengan ramah. Dan entah kenapa dia merasa tak suka.

"Astaga!!" suara Bima membuat Deni menatapnya heran. "Gadisku dalam bahaya." Desisnya sambil menatap kearah Runa.

"Apa maksudmu Bim?" tanya Deni tak mengerti maksud ucapan Bima.

"Dia mantan tunangannya, dan aku harus menyel-" belum sempat Bima menyelesaikan ucapannya Deni sudah berjalan menghampiri Runa.

Bola mata Bima hampir saja keluar, saat dengan penuh percaya diri Deni memeluk pinggang Runa posesif dan segera membawanya pergi meninggalkan Tomi yg tercengang. Ini pertama kalinya bagi Bima melihat Deni bersikap seperti itu. Selama bekerjasama dan berteman dengan Deni, ia termasuk orang yg tenang dan terkendali.

Melihat Deni bersikap begitu membuat Bima sadar jika sesuatu sedang terjadi pada temannya. Sesuatu yg bahkan mungkin belum disadari oleh keduanya. Dan kini Bima hanya bisa memandang Deni dan Runa yg pergi dengan mobil entah kemana.

---

Runa menatap tak percaya pria yg sedang mengemudi disampingnya. Tadi Deni secara tiba-tiba memeluk pinggangnya tanpa permisi saat ia sedang berbicara dengan Tomi. Dan secara sepihak Deni menariknya menjauh hingga sekarang ia didalam mobil bersama Deni.

"Maafkan aku." Kata Deni setelah menepikan mobilnya didepan galery Runa.

"Maaf untuk--?" tanya Runa yg kebingungan, sementara Deni sudah turun dan membukakan pintu untuknya.

"Aku akan kembali kekantor sekarang, selamat siang." Kata Deni tanpa penjelasan dan pergi begitu saja.

Runa hanya terdiam melihat tingkah Deni. Dan kembali mengutuk kebodohannya yg hanya diam saat Deni memeluk pinggangnya. Disisi lain dia juga merasa bersukur karna Deni menyelamatkannya dari obrolan tidak penting bersama Tomi.

---

Deni kembali menyesap espressonya, berharap rasa pahit dapat menyadarkannya untuk tidak lagi berbuat hal gila. Dia benar-benar kehilangan kendali saat tahu Tomi mantan tunangan Runa. Mantan tunangan. Itu berarti dia belum menikah, lalu Abi?

Deni mengusap wajahnya kasar, niatnya untuk menenangkan diri berganti menjadi menciptakan hipotesa. Hipotesa tentang kehidupan Runa atmadja. Tunggu, nama Abi bersemat Mahardika dan Runa bersemat Atmadja, sementara Tomi bersemat Purwanto. Jadi Runa berselingkuh dari Tomi, tapi kenapa harus dia yg merasa ketakutan?

Deni mengacak rambutnya frustasi, dia akan gila jika tak mengalihkan pikirannya. Dia menyesap espressonya hingga habis dan beranjak dari mejanya. Namun niatnya terhenti saat Bima menahan pundaknya, membuatnya kembali terduduk.

"Kenapa Pak, sepertinya kau frustasi?" tanya Bima terdengar meledek.

"Berhentilah Bim." Sambut Deni dengan malas.

"Dia cantik." Kata Bima dengan mata menerawang menatap jalanan dari kaca Cafe.

Deni memang selalu duduk disamping kaca. Bima tahu tempat yg slalu Deni datangi sekedar untuk melepas penat, seperti sekarang. Deni masih bergeming tak mengerti arah pembicaraan Bima.

"Lebih dari itu dia sempurna." Sambung Bima. "Gladis Runa Atmadja." Kata Bima berhasil menarik perhatian Deni yg sejak tadi hanya diam dan menatap jalanan yg padat.

Deni menatap Bima sekilas dan kembali mengalihkan pandangan, setelah mendapat senyuman aneh dari Bima. Deni juga masih bergeming tak memberikan komentar dari pembicaraan Bima. Yg ada dipikirannya hanya sebuah pertanyaan.

Bagaimana Bima bisa sangat mengenal Runa?

"Jadi bagaimana hubunganmu dengan Vira?" tanya Bima kembali menarik perhatian Deni.

Seketika Deni menatap Bima tajam, dia sempat berpikir kalau Bima akan menceritakan tentang Runa. Tapi diluar dugaan kini Bima justru membahas orang lain. Sial!

"Hubungan apa maksudmu?" tanya Deni tak tertarik.

"Bukankah kalian sangat dekat beberapa tahun ini setelah Vira ikut franchise dengan Cafemu?" tanya Bima menyimpulkan.

Gosip itu memang sangat cepat menyebar. Entah dari mana sumbernya, tiba-tiba semua orang termasuk karyawannya mengira bahwa Vira berhubungan dengannya secara spesial. Padahal Deni tak pernah merasa mereka dekat, kecuali sebagai partner bisnis.

"Aku tak pernah sedekat itu dengan Vira." Jawab Deni acuh.

"Dari pengamatanku dia menyukaimu." Kata Bima membuat Deni gerah.

Bima bukan orang yg suka ikut campur, tapi entah kenapa hari ini dia bersikap berbeda. Apa ini ada hubungannya dengan Runa? Tapi apa?

"Aku tak mengerti arah pembicaraanmu Bim, sebaiknya aku pulang dan istirahat." Kata Deni beranjak dari tempat duduknya.

Sampai diapartement Deni segera mandi dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. Berkali-kali Deni berusaha memejamkan matanya menenangkan pikirannya untuk tidak memikirkan Runa lagi. Hal bodoh tadi siang tidak boleh sampai terjadi untuk ketiga kali.

Cukup lama Deni terpejam dan membolak-balik tubuhnya mencari posisi nyaman, namun tak berhasil menenangkannya. Pikirannya justru semakin sering berhipotesa tentang Runa. Perempuan yg baru dikenalnya dua minggu lalu, perempuan yg sudah menjadi ibu, perempuan yg perhatian dan hangat, sekaligus perempuan yg tak mengingatnya. Nasib!

"Apa-apaan ini?! Sadarlah Den, Dia sudah punya anak. Anak yg bahkan tak diketahui ayahnya." Gumam Deni menenggelamkan wajahnya dalam bantal.

****

Hollaa eike update ditengah kesibukan duniawi yg kagak ada habisnya..
Btw thankiyu yg udah baca kasih voment krisan juga..
Dapet toge dari eike.. Haha..

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang