chapt 4

860 62 11
                                    

Beberapa hari Runa selalu pulang lebih telat hanya untuk menyelesaikan kerjaannya lebih cepat. Karna dia tak ingin akhir pekannya dihabiskan dengan bekeraja. Dia sudah berjanji mengajak Abi untuk jalan-jalan akhir pekan ini.

Setelah hari berat dilalui dengan sedikit memforsir dirinya. Kini Runa bisa menikmati waktu liburnya bersama Abi dengan bermain di mall. Sudah hampir tiga jam Abi masih bertahan bermain mandi bola bersama dengan anak seumuran dengannya. Abi memang bukan bayi yg rewel, dia cenderung mudah akrab dengan lingkungan sekitar.

"Mami puyang." Kata Abi menjulurkan tangannya kode bahwa dia ingin digendong.

Segera Runa menghampiri dan menggendong Abi.

"Sudah mainnya?" tanya Runa yg dijawab anggukan oleh Abi. "Kita ke supermarket dulu beli susu dan belanja, oke?" kata Runa menarik perhatian Abi.

Runa mulai mendorong troly kemudian mengisi dengan beberapa barang dalam listnya.

"Mami eli uah!" seru Abi bersemangat melihat buah yg ditata rapi.

Belakangan ini Runa memang mengajarkan Abi untuk makan buah. Dan dia sangat bersyukur karna Abi tak menolak dan justru menyukai buah yg ia berikan. Abi menyukai buah dengan kadar air banyak seperti semangka, melon, peer, dan jeruk. Runa dengan rutin memberikannya sebagai ganti biskuit. Karna sebelumnya Abi memang sering makan biskuit.

"Mami ulun! Mami uluun!" pinta Abi meronta dalam gendongan Runa.

"Baiklah, hati-hati nanti jatuh." Kata Runa menurunkan Abi.

Abi mulai berlari menunjuk beberapa buah yg diinginkan dan Runa hanya menuruti semua permintaannya. Setelah semua selesai Runa segera mendorong trolynya menuju kasir untuk melakukan pembayaran.

"Abi mau apa lagi nak?" tanya Runa saat mengantre dikasir.

Tak ada jawaban.

"Abi mau apa nak?" tanya Runa skali lagi.

Tak ada jawaban.

"Abi?" panggil Runa mengedarkan pandangan mencari sosok kecil yg tak lagi terlihat.

"Abiii?!" teriak Runa histeris saat tak mendapati Abi disisihnya.

Beberapa security segera menghampiri Runa dan membawanya menuju bagian informasi. Dan pengumuman kehilangan anak sudah diumumkan beberapa menit lalu tapi belum juga ada yg menemukan Abi. Runa sudah terisak sejak ia tak mendapati Abi disisihnya. Semua orang sudah berusaha menenangkannya tapi itu hal percuma.

Runa masih terisak sambil terus menyalahkan dirinya atas sikapnya yg teledor. Baginya ini adalah hal paling bodoh, Ibu mana yg tak menyadari saat anaknya tak disisihnya.

"Mamiii!"

Dan sebuah tangan mungil merengkuh tubuhnya yg gemetar karna menangis. Runa mendongakkan kepala dan menoleh kesumber suara. Seketika tangisnya pecah saat sosok kecil yg dicarinya sejak tadi sedang memeluknya dari samping.

"Trimakasih Tuhan, maafkan Mami nak, maaf karna sudah meninggalkanmu." Kata Runa memeluk Abi erat.

"Mami angan angis." Kata Abi dengan mata berkaca.

"Baiklah, jadi siapa yg sudah menemukanmu anak nakal?!" tanya Runa menatap pria yg sedang berbicara dengan petugas informasi.
"Permisi." Kata Runa menghampiri pria dan petugas.

"Bu, Bapak ini yg sudah menemukan putra anda." Kata petugas.

"Saya ucapkan trimakasih banyak, trimakasih." Kata Runa sambil menundukkan kepalanya berkali-kali.

"Tenanglah, lain kali jangan biarkan dia berjalan sendiri." Kata pria itu lembut.

"Sekali lagi saya ucapkan trimakasih." Kata Runa menatap pria bertubuh atletis didepannya.

Hening. Sejenak Runa mengamati pria yg berdiri didepannya dengan seksama. Dia berusaha mengingat tentang pria yg berdiri didepannya. Dia merasa seperti pernah bertemu dengan pria ini, tapi dia lupa dimana dan hanya memandanginya dengan bingung.

"Maafkan saya, tapi sepertinya saya mengenal anda. Hanya saja saya lupa." Kata Runa terus terang.

Sekilas pria itu tersenyum, namun senyumnya sulit diartikan oleh Runa.

"Sudahlah, lain kali awasi anak anda saat berbelanja." Kata pria itu kemudian berlalu meninggalkan Runa yg masih kebingungan.

Bukankah dia Deni Wiryanto, bagaimana bisa dia melupakan partner bisnisnya? Bodoh!

Runa tak lagi memikirkan Deni yg baru berlalu begitu saja. Fokusnya teralihkan saat kepala Abi terkulai dengan tangan yg melingkar dilehernya. Sepertinya Abi sudah tertidur karna kelelahan.

* * *

Deni melangkah menuju basement untuk mengambil mobilnya yg terparkir. Sejenak ia tersenyum getir mendapat kenyataan tak terduga. Tentang betapa mudahnya ia dilupakan. Padahal selama ini banyak wanita yg mengejarnya dan menginginkannya. Tapi kenapa ia harus perduli, faktanya perempuan itu sudah punya keluarga jadi wajar jika dia mungkin lupa karna panik.

Deni mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran dan membuang jauh pikirannya tentang kejadian yg baru dialaminya. Pelan mobil itu melaju melewati loby mall dan mata Deni kembali menatap wanita yg kesulitan membawa belanjaan sambil menggendong seorang bayi. Deni mengalihkan fokusnya dan terus melajukan mobilnya. Tapi entah angin apa yg datang, baru beberapa meter berlalu ia segera memundurkannya kembali dan menghentikan mobilnya tepat didepan wanita itu.

Sepertinya aku benar-benar tidak waras!

* * *
Keep voment yes, do'akan juga idenya lancar kayak aliran sungai supaya update bisa tiap hari, ya walaupun dikit tapi kan tiap hari.. Hehe..

SingleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang