Runa menghela nafas kasar, perasaannya cemas akhir-akhir ini. Setelah pertemuannya dengan Tomi minggu lalu di kantor Deni. Wajahnya juga terlihat kusut karna tidurnya tak nyenyak.
Ivon terkejut menatap Runa yg terlihat kacau masuk kedalam kantornya. Tanpa menyapanya bahkan tersenyumpun tidak. Tak lama setelah Runa masuk, Ivon menyusul kedalam. Anehnya Runa tak menyadari keberadaan Ivon yg menatapnya cemas.
"Apa Mbak Runa sakit? Mau dibelikan obat atau saya panggilkan dokter?" tanya Ivon menatap cemas kearah Runa.
"Nggak perlu Iv, aku hanya kurang tidur saja." Jawab Runa semakin membuat Ivon khawatir.
Ivon sudah bekerja sejak galery ini dibuka, hampir tiga tahun lalu. Setidaknya Ivon tahu tentang Runa lebih banyak. Keadaan Runa saat ini persis seperti saat Runa kehilangan Mbak Meta, saudara satu-satunya. Ivon menyadari pasti hal buruk telah terjadi sampai Runa jadi sekacau ini.
"Baiklah kalau begitu. Mbak Runa panggil saya saja kalau butuh sesuatu." Kata Ivon akhirnya pasrah dan segera pergi meninggalkan Runa yg hanya tersenyum namun tak sampai kematanya.
Runa menatap kertas didepannya yg masih bersih. Sudah beberapa hari dia tak bisa berkonsentrasi membuat sketsa. Pikirannya selalu dipenuhi pertanyaan tentang Tomi.
Oh Tuhan, aku tak bisa terus seperti ini!
Waktu sudah cukup sore saat Runa meninggalkan kantornya. Ivon juga sudah pulang beberapa menit lalu. Ia meminta ijin untuk pulang lebih dulu karna ada keperluan, dan Runa mengijinkannya.
Runa bersiap masuk mobil, namun sebelum hal itu terjadi lengannya sudah dicekal. Sontak Runa menatap sebuah tangan yg menggenggam lengannya, menelusuri hingga ia menatap Tomi. Runa tersentak dan berusaha melepas genggaman Tomi, namun percuma. Tomi seperti sengaja melakukannya, hanya agar bisa berbicara dengannnya.
"Lepasin!" perintah Runa menatap Tomi marah.
"Aku cuma mau bicara sebentar aja." Kata Tomi dengan wajah memelas.
"Enggak! aku nggak punya waktu. Sebaiknya kamu pergi atau aku teriak?!" ancam Runa.
Dalam hatinya Runa sangat takut, ia takut Tomi melakukan hal nekat dengan cara memaksa. Tomi sangat keras kepala, setidaknya Runa sudah mengenal sifat asli Tomi.
"Sebentar, hanya sebentar." Kata Tomi memohon dengan suara lembut.
"Tidak!" kata Runa menyentak tangan Tomi sekuat tenaga dan segera masuk dalam mobilnya.
Runa segera menyalakan mobilnya tanpa perduli Tomi yg mengetuk kaca dan terus memohon. Ia langsung meninggalkan Tomi yg masih berdiri dengan wajah menyesal ditrotoar. Ia masih belum ingin bertemu dengan Tomi sekarang, atau bahkan tidak selamanya.
Runa seperti kembali pada dirinya tiga tahun lalu. Kejadian penghianatan itu masih terekam jelas dalam ingatannya. Kejadian yg berhasil membuatnya sangat terpuruk. Kejadian yg membuatnya menutup hati bagi siapapun.
Flashback on
3 tahun lalu
Runa mematut bayangannya di cermin memantulkan dirinya menggunakan dress wana dongker. Malam ini ia sudah membuat janji dengan kekasihnya, Tomi. Tepat hari ini Tomi, setahun lalu menyatakan perasaannya didepan semua temannya saat kegiatan studytour. Dan sejak hari itu Runa dan Tomi menjalani hubungan serius sebagai pasangan kekasih.
"Udah cantik Dek, jangan-jangan Tomi mau ngelamar kamu?" Goda Meta suskes membuat Runa bersemu merah.
"Apaan sih Mbak Meta, bikin makin gugup aja. Lagian kita masih kuliah Mbak." Kata Runa gugup.

KAMU SEDANG MEMBACA
Single
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka apabila ada kesamaan nama atau tokoh merupakan hal yg tidak disengaja dan hanya kebetulan semata. Ini cerita tentang abang Deni yg berusaha ngejar jodohnya. Perempuan berkepribadian hangat dan keibuan atau memang udah...