Runa tertegun di ruangannya, menatap sosok yg sejak kemarin dipikirkannya. Deni sedang berdiri didepan mejanya terlihat sedikit kacau. Dasinya sudah longgar dengan kancing atas terbuka dan rambut sedikit acak-acakan.
“Pa-pak Deni?” kata Runa terbata.
“Saya ingin bicara dengan kamu, ini masalah pertunangan kita akhir bulan ini.” Kata Deni tanpa basa-basi.
Hening sejenak.
“Aku datang kesini bukan untuk membatalkan dan mengklarifikasi--”
“Maksud bapak? Bapak tetap ingin melakukan pertunangan walau bapak tau kita tidak saling mencintai?”
“Saya tidak ingin melukai mama saya. Mama saya sudah terlanjur menginginkan kamu sebagai menantunya. Dan tentang tante Wulan saya juga tidak ingin dia terus mengganggu kamu dan Abi.”
“Trimakasih untuk niat baik bapak yg ingin melindungi saya. Tapi saya bisa menjaga diri saya sendiri.”
“Ini bukan hanya tentang melindungi kamu, Na!” teriak Deni yg tak bisa menahan emosi. “Apa kamu ingin tante Wulan mengambil Abi dari kamu? Dan apa kamu ingin mantan sialanmu itu terus mengganggu kehidupan mu?!”
Hening.
“Kita tetap akan bertunangan akhir bulan ini, jadi segera kabari keluargamu di Surabaya. Besok aku akan menjemput mu untuk memilih cincin.” Kata Deni kemudian pergi meninggalkan Runa yg tertegun diruangannya.
Runa memejamkan matanya berharap semua hanya mimpi, tapi saat matanya terbuka semua masih sama dan ini bukan mimpi. Runa mendudukkan dirinya kembali di kursinya, menenangkan perasaannya yg sedang kebingungan.
‘Menikah itu untuk seumur hidup, aku tak ingin menikah dengan cara seperti ini. Bisakah kita mulai dari awal? Biar aku membuka hatiku untuk mu atas kemauan ku bukan paksaan dari siapapun.’
***
Dengan langkah pasti Deni memasuki kantor Runa seperti janjinya kemarin. Hari ini mereka akan pergi ke toko perhiasan untuk membeli cincin pertunangan.
“Kau sudah siap?” tanya Deni disambut anggukan pasrah oleh Runa.
Dan mereka mulai pergi dengan mengendarai mobil milik Deni. Suasana hening selama perjalanan dan tak seorangpun berniat mencairkannya. Dalam hati Runa sangat ingin bicara tentang keseriusan pertunangan mereka. Tapi melihat wajah Deni tampak dingin membuatnya urung bicara. Selama mengenal Deni ini kali pertama Runa melihat sikap dingin dan wajah datar yg tak pernah Deni tunjukkan.
“Kamu pilih saja cincinnya saya harus menghubungi seseorang.” Kata Deni begitu sampai di toko perhiasan.
Runa hanya menghela nafas kecil saat Deni pergi dan mulai sibuk bertelphone entah dengan siapa. Sedih. Runa merindukan Deni yg dulu. Sifat hangat dan ramah, semua usaha yg dia lakukan untuk menarik perhatiannya. Kini lenyap tak bersisa, berganti Deni yg sibuk dan dingin.
“Mau cari cincin yg seperti apa?” tanya seorang pelayang toko. Cita, begitu nama yg tertulis di nametagnya.
Runa hanya tersenyum kecut, pasalnya dia juga bingung ingin memilih cincin seperti apa.
“Kami punya beberapa koleksi yg baru saja datang. Ini dia.” Kata Cita menunjukkan katalog berisi gambar cincin dengan berbagai design.
Runa menatap kagum kedalam gambar. Indah. Sejenak Runa menoleh kebelakang mencari Deni untuk diskusi tapi dia mendapati Deni masih asik bertelphone entah dengan siapa.
‘Yg kemaren ngajakin tunangan kan dia, kenapa jadi aku yg harus milih cincin. Teleponan mulu, bikin kesel.’ Batin Runa.
“Sudah?” tanya Deni yg tiba-tiba berdiri disampingnya.
“Aku pilih ini aja.” Kata Runa menunjuk cincin emas di etalage, cincin tanpa ukiran atau berlian diatasnya. Cincin standar yg membuat Deni sedikit merenggut.
“Baiklah kita pesan yg itu.” Kata Deni dan segera Runa masuk kembali kedalam mobil tanpa perduli dengan Deni yg sibuk membayar cincin pesanan mereka.
Runa jengan dan kesal kali ini, Deni benar-benar sudah berubah tanpa dia tau, apa penyebab perubahannya.
💗💗💗

KAMU SEDANG MEMBACA
Single
RomanceCerita ini hanya fiktif belaka apabila ada kesamaan nama atau tokoh merupakan hal yg tidak disengaja dan hanya kebetulan semata. Ini cerita tentang abang Deni yg berusaha ngejar jodohnya. Perempuan berkepribadian hangat dan keibuan atau memang udah...