Siang yang terik, second break. Rio berlari menyusuri koridor menuju kelas Ify, ia ingin mengajak Ify makan siang. Saat istirahat pertama Rio tidak menemukan Ify dikelasnya, ataupun di atap dan toilet cewek sekalipun. Tidak biasanya Ify tidak kelihatan dimanapun, bahkan teman-teman se-gengnya juga tak melihat Ify saat istirahat tadi.
"Vi, lo liat Ify nggak?" Tanya Rio pada Sivia saat mereka berpapasan di koridor.
"Liat." Jawab Sivia.
"Dimana?"
"Tadi, dikelas. Tapi pas pergantian jam dia ngilang."
"Ngilang kemana?"
"Nggak tau."
Rio berdecak dan menggeram frustasi, "Kenapa lo nggak tau?"
"Lo pikir gue emaknya? Emaknya aja yang di rumah kagak tau." Jawab Sivia sebal.
"Ya kan lo sepupunya, sekelas lagi."
"Ihh, Rio. Lo kan tau gue nggak begitu dekat sama dia." Jawab Sivia lagi. Ya, Ify dan Sivia masih ada hubungan keluarga sebagai saudara tiri. Sivia adalah anak dari kembarannya Mami tiri Ify, jatuhnya Sivia adalah sepupu Ify, tapi tiri.
"Ya udah, deh. Thanks ya." Lalu Rio kembali mencari Ify.
☆☆☆
Rio mencari Ify ke seluruh penjuru sekolah, tapi Ify benar-benar tak ditemukan. Rio sudah kelelahan dan ia memilih pergi ke kantin untuk memesan minuman. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Dengan sangat tidak rela dan khawatir, Rio masuk kembali ke kelasnya.
"Kalo lo ketemu nanti, abis lo Ify!"
☆☆☆
"Rio, tolong ambilkan beberapa kamus Bahasa Indonesia diperpustakaan serta buku kumpulan puisi. Minta ke Bu Liana, dia tau buku-bukunya." Titah Bu Dewi kepada Rio ditengah pelajaran Bahasa Indonesia. Rio yang merupakan anak yang rajin dan patuh, segera melaksanakan perintah gurunya.
Rio memasuki perpustakaan dan langsung mengutarakan tujuannya kepada Bu Liana, penjaga perpustakaan. Saat sedang menunggu, Rio menelusuri rak-rak yang tersusun rapi disana, sampai pada rak paling belakang yang terdapat sebuah bangku panjang, Rio menemukan sosok yang dicarinya.
"Ify."
Ify yang tengah duduk sambil memeluk lututnya yang ditekuk, mendongak ketika mendengar suara Rio. Rio tertegun mendapati wajah Ify yang pucat dan Ify terlihat lemah, ia langsung mendekat dan memegang kening Ify.
"Lo demam!" Ujar Rio keras, entah mengapa ia merasa sedikit kesal. Selalu begini, Rio selalu kesal kalau Ify sakit. Ify pasti tak menjaga kesehatannya, ditambah lagi gadis itu sukanya berantem. Dasar cewek jadi-jadian.
"Iya, gue demam." Kata Ify pelan dengan suara yang serak.
"Terus kenapa lo nggak bilang? Hah?!" Tanya Rio sembari duduk disamping Ify. Ia menarik Ify ke pelukannya, lalu menangkup wajah Ify dengan kedua tangannya.
Skip-skip! 'Romantis momment' mulai lagi. Tidak baik buat mental jomblo.
"Lo kan bawel, males gue." Jawab Ify.
"Ya tapi kan-" Rio kembali terdiam ketika matanya menangkap memar merah dipipi kiri Ify, dan bentuknya seperti telapak tangan. Rio menempelkan telapak tangannya dimemar tersebut, dan memang benar sama bentuknya.
"Ify, ini-"
"Papi yang nampar." Jawab Ify lemah, "Semalem pas lo pulang, Papi sama Mami pulang juga. Terus gue ketahuan lagi ngerokok di kamar mandi. Terus gue dimarahin, terus ditabok." Sambungnya lagi dengan nada suara yang lebih santai. Seolah-olah ini bukanlah hal yang besar dan tak perlu terlalu dipikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Ify
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] "Lo tau? Setidaknya hidup gue nggak hancur-hancur amat semenjak kehadiran lo. Lo... buat hidup gue punya arti sedikit, dan selalu bikin gue bahagia. Gue cinta sama lo." -Ify- "Lo mabok ya? Omongan lo ngawur gitu. Tapi, okelah. Setidak...