TWELVE : ILANA

18.3K 1K 42
                                    

Shilla menyeka air matanya yang keluar karena terlalu mengantuk. Berulang kali ia melirik jam tangannya, berharap jam pelajaran Sejarah segera selesai. Bukan hanya Shilla, hampir separuh murid dikelas tersebut diam-diam menguap dibalik buku paket, bahkan ada yang sudah pulas. Seperti Agni yang tidur sejak Pak Dul baru masuk kelas, ilernya sudah menembus ke beberapa halaman buku tulisnya sekarang. Banjir!

Shilla mendengus jijik melihat tampang sahabat tomboynya itu. Lalu gadis cantik itu menoleh ke samping kanan, Iel dan Cakka merem melek menahan kantuk dengan kepala yang mengangguk-angguk tak jelas. Sok mengerti dengan penjelasan Pak Dul didepan kelas, lantas gadis itu terkekeh geli.

Dilihatnya lagi Rio yang melamun sambil menggenggam sapu tangan milik Ify yang bergambar tengkorak. Lalu cowok pesek itu mencium sapu tangan tersebut beberapa kali. Shilla bergidik geli, sahabatnya tersebut jadi kocak tapi aneh semenjak berpacaran dengan Ify. Shilla tahu, Rio pasti lagi menahan rindu karena tak bertemu Ify yang sedang dirawat.

Tiba-tiba sebuah gumpalan kertas mendarat diatas pahanya, asalnya dari belakang. Shilla berbalik dan mendapati Sivia sudah duduk dibangku belakang sambil memainkan alisnya. Shilla merengut dan menjulurkan lidahnya. Ia mencari Rahmi yang biasa duduk dibelakangnya, dan didapatinya gadis berjilbab itu sudah tidur dikursi paling pojok sebelah kiri kelas, dikursi Sivia.

"Baca." Bisik Sivia.

Shilla langsung membuka gumpalan kertas tersebut.

'Gue cantik ya, duh.'

Shilla memutar bola matanya malas, ia langsung meremas kertas itu dan membuangnya ke dalam laci meja Agni. Tiba-tiba satu gumpalan lagi mendarat di mejanya. Shilla merutuki Sivia yang berani berulah dijam si Killer Dul. Apa Sivia lupa kalau minggu lalu ia diusir keluar kelas gara-gara mengganggu Nyopon belajar?

'Kok ga dibales? Marah ya?'

Shilla melotot membaca tulisan tersebut, tangannya jadi gatal dan dengan cepat ia membalasnya. Shilla melempar kertas itu asal ke belakang, peduli amat nyasarnya ke Sivia atau orang lain.

Tapi ternyata jatuh ke bawah kaki Sivia, lantas gadis sipit itu mengambil dan membacanya.

'Cantikan Emak gue kemana-mana.'

Sivia mencibir. Entah merupakan keturunan siapa, ada saja ide jahil gadis sipit itu untuk mengerjai sahabat-sahabatnya. Mumpung Shilla sedang fokus mencatat materi, setelah merobek setengah kertas kusut ditangannya, diam-diam Sivia mencondongkan tubuhnya ke arah Agni dan menyumpal mulut menganga gadis itu dengan sobekan kertas tadi.

Sivia kembali duduk normal sambil menahan tawa. Lalu ia kembali melempar gumpalan kertas baru kepada Shilla.

'Bosen gak?'

Shilla mengangkat sebelah alisnya sejenak, lalu tangannya bergerak menulis balasan.

'Gak sih, biasa aja.' Balasnya, padahal mah udah mabok.

Sivia malas membalasnya, ia pun membuang kertas itu ke Rahmi yang tidur dibangkunya. Sivia terkekeh pelan melihat gadis berjilbab itu mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajahnya yang hancur parah. Lalu gadis itu kembali menempelkan kepalanya dimeja.

PLOP

Rutinitas Sivia disetiap waktu senggang, bosan, atau memang pengen adalah... ngupil. Eww!
Colok-korek-colok-korek-sentil. Kalau upilnya tidak mau lepas, terpaksa dipeperin dibawah kolong meja. Yaikss!

Septian, si ketua kelas menyebalkan versi Sivia tampak sedang memperhatikan kelakuan gadis sipit itu sejak dia mengusir Rahmi dari tempat asalnya. Cowok manis itu tak habis pikir, ada ya cewek joroknya minta ampun kayak Sivia. Septian bergidik.

My Bad IfyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang