THIRTYNINE : MENYERAH...

11.7K 964 107
                                    

Satu bulan kemudian, pesta pertunangan benar-benar jadi diadakan. Undangan tersebar hingga ke Alabas. Tak satu pun anak-anak Alabas yang menyangka jika akhirnya yang bersama Rio adalah Acha. Seburuk-buruknya mantan-bosnya-bos-preman-yang-mimpin-geng-troublemaker sekolah mereka itu, Ify tetap yang paling cocok bila bersama Rio.

Ify tidak selalu bersikap manis dan baik. Tetapi gadis itu mampu mengimbangi Rio yang menjadi anak kebanggan guru di sekolah. Jadinya cocok. Namun kalau bersama Acha, entahlah. Beberapa sisiwi di Alabas ada yang tak menyukai gadis berponi itu.

Lalu bagaimana dengan Ify?

Tentunya gadis itu lumayan shock ketika secara langsung Acha memberikan undangan ke rumahnya. Tampak sekali kalau gadis itu berniat membuat Ify terpuruk. Bahkan Acha juga mengundang seluruh anggota keluarganya dengan senyuman manis yang penuh bisa.

Dan lima hari menjelang pertunangan anak tunggal keluarga Haling itu digelar, Rio seakan menghilang dari radarnya. Cowok itu tak lagi menghubunginya. Bahkan teman-temannya pun tak tahu bagaimana kabarnya.

Ify tak banyak melakukan sesuatu untuk kelanjutan hubungan mereka, karena mungkin semua sudah berakhir, pikirnya. Dan sesuai kemauannya dari awal, Ify pun tak mau lagi mencampuri urusan Rio. Dengan sedikit gemetar, akhirnya Ify menghapus seluruh kontak dan foto Rio yang pernah cowok pesek itu sisipi ke ponselnya.

"Huuhhh..." helaan nafas panjang itu, menyiratkan kelegaan sekaligus luka yang hanya Ify dan Tuhan yang tahu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kelvin menarik rem tangan ketika sudah sampai didepan sekolah Ify. Ia menatap adiknya itu yang sedang melepas sabuk pengamannya. Sudah beberapa hari ini, Kelvin tak pernah lagi mendengar ocehan gadis itu dirumah. Ify kebanyakan diam dan menonton TV hingga berjam-jam, lalu tertidur dan bangun hanya untuk makan.

Kelvin tahu, ini semua sangat berat dilaluinya. Dan sesungguhnya ia juga tidak rela Rio jadi dengan orang lain. Didalam keluarganya, Rio sudah seperti saudara sendiri. Tapi mau bagaimana lagi, ia ataupun keluarganya tidak punya kuasa untuk mempertahankan Rio.

Begitupun Ify.

"Lo pulang jam berapa hari ini? Nanti gue jemput." Tanya Kelvin.

Ify menoleh, "Gue pulang sendiri aja nanti, soalnya gue mau main dulu." Jawab Ify.

"Pulang dulu ke rumah, baru main." Kata Kelvin.

"Gue maunya main dulu. Udah, lo gak usah jemput gue nanti." Lalu Ify keluar dari mobil dan berjalan gontai menuju kelasnya. Kelvin pun menghela nafas pasrah dan mulai menjalankan mobilnya meninggalkan pelataran SMA Alabas.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suara tawa menggema di rooftop sekolah, lalu hilang dibawa angin yang bertiup sepoi-sepoi disana. Beberapa dari mereka tampak menghisap tembakau bakar sambil cekikikan tak jelas. Dan yang lainnya asik bercanda dan tertawa dengan lepasnya tanpa menyadari langkah sepasang kaki yang mendekat.

"Hai..."

Komplotan yang berjumlah sekitar sepuluh orang itu menoleh ke asal suara, dan seketika semuanya diam.

"Gue gabung lagi ya ke kalian." Ify langsung mengambil tempat di sambing Riska, salah satu anggota geng troublemaker tersebut yang sekarang di ketuai oleh si pematah tulang dada dan paha. Riko.

"Lo ngapai kesini? Ntar Ultraman lo marah." Kata Riko yang mengundang tawa teman-temannya.

Ify mengerucutkan bibir, "Nggaaak. Udah, pokoknya gue gabung ke kalian lagi." Kata Ify.

Riko berdecak, "Setelah lo buang kita, sekarang lo mau balik lagi karena lo udah dibuang Rio? Enak amat hidup lo."

Ify menghela nafas pelan, "Gue gak pernah buang kalian."

My Bad IfyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang