'Tahu bulat... digoreng... dimobil... dina... gurih... gurih... nyoi...'
"Hihihihi...." kekeh Shilla sambil menyentuh layar gadgetnya, memainkan permainan karya anak bangsa yang viral pada zamannya. Tahu bulat.
"Via-Via... harga penjualan tahu gue udah seribu." Kata Shilla bangga pada Sivia yang sedang...
"EWW... SIVIAAAAA!!!" Pekik Shilla jijik karena Sivia sedang asyik mendulang emasnya -lagi-.
"Lo tuh kalo ngupil liat-liat tempat dong! WC kek." Ucap Shilla gemas.
"Biar bersih, Shil. Mau ke WC jauuuh." Balas Sivia.
"Ihhh, udah bersih tuh. Dari tadi lo colok-colok mulu."
"Sok tau lo, hidung-hidung gue juga. Ya biar makin bersih lah, bersih tuh sebagian dari iman." Kata Sivia sambil mencolok hidungnya lagi.
"Lo mah bukan bersih, TAPI JOROK!!!" Ujar Shilla tepat ditelinga Sivia. Namun kepalanya langsung mundur ketika Sivia menuding telunjuk 'bekas'nya ke arah Shilla. Shilla merengut dan memukul paha Sivia.
Saat ini keduanya sedang ada di... eh, bukan berdua, tapi ber... enam. Mereka berenam sedang ada di taman belakang sekolah yang banyak ditumbuhi pohon-pohon rindang, membuat taman tersebut sangat asri dan teduh. Mereka selalu berkumpul disini setiap ada kesempatan, seperti istirahat, jam kosong, ataupun bolos. Tapi kalau pas bolos, mereka tidak lengkap. Rio kerajinan, nggak pernah berani. Bukan takut sama gurunya, tapi sama Ify. Ify boleh nakal, tapi ia sangat melarang keras Rio ikutan membandel.
"Kelakuan lo kayak Ify deh, Vi. Suka sembarangan. Duh... jadi kangen kan gue." Celetuk Rio dari atas pohon belimbing yang meneduhkan teman-teman ceweknya dibawah. Rio, Cakka, dan Gabriel sedang asyik gelantungan dipohon tersebut.
"Iyalah, dia kan sepupu gue." Sahut Sivia yang kini tidak mengupil lagi.
"Tapi kan tiri, Vi. Ify biar begitu dia cantik, otak encer, dan ngupilnya nggak sesering lo yang dalam sehari bisa tujuh kali, buseeet!" Cerocos Shilla sambil men-tap layar gadgetnya lagi.
"Uuu... lo ngitung ya? So sweet banget, sih." Kata Sivia sambil mencolek Shilla.
"Ishh, nggak usah colek-colek, njir!" Protes Shilla. Yang lain tertawa melihat mereka, kecuali Agni yang terlihat sangat fokus main Tahu Bulat.
"Hmm... Ify lagi apa ya?" Gumam Rio yang cukup didengar oleh teman-temannya. Rio lagi kangen Ify, biasanya jam segini Rio ngapelin Ify. Cowok ganteng berkelakuan idiot itu selalu membuntuti Ify kemanapun, meski pun Ify lagi gabung sama teman se-gengnya. Tapi hari ini Ify tidak masuk, gadisnya itu demam tinggi sehingga Maminya melarang keras untuk sekolah. Awalnya Rio tak ingin sekolah, dia mau menemani Ify saja dirumah gadis itu, tapi Ify mengancam tidak akan mau makan dan minum obat kalau Rio tidak pergi ke sekolah. Jadi dengan terpaksa Rio masuk sekolah.
"Pengen pulang gue... Pengen jenguk Ify, pengen jagain dia, pengen rawat dia sampe sembuh, pengen nyuapin dia makan, pengen mijitin kakinya, tangannya, kepalanya, pahanya, pantatnya, dada-"
"Oiii, nyet!!! Anjir otak lo!" Kata Gabriel sambil menatap Rio heran. Temannya yang satu ini kalau sudah menyangkut tentang Ify, kelakuannya yang baik, keren, alim, dan berwibawa bisa hancur seketika. Yang lain sudah tertawa terpingkal-pingkal, kecuali Agni yang lagi ngasih alien makan Tahu Bulat.
"Hehehe..." Rio nyengir lucu.
"Tapi lo kok bisa tahan sih, Yo?" Tanya Gabriel ambigu.
"Wooiyaa dong, gue pake obat kuat." Jawab Rio tak kalah gesernya.
"Heh, pesek! Gue tuh mau nanya kenapa lo bisa kuat pacaran sama Ify?!" Ucap Gabriel keki sendiri. Rio terkekeh pelan.
"Ify tuh kayak bidadari... eh, Srikandi. Dia kuat, tangguh, dan jarang banget ngeluh. Mana dia cantik banget lagi, seksihhh. Aduhhh..." Rio mengusap wajahnya yang merona. Teman-temannya memutar bola mata bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Ify
أدب المراهقين[SUDAH TERBIT] "Lo tau? Setidaknya hidup gue nggak hancur-hancur amat semenjak kehadiran lo. Lo... buat hidup gue punya arti sedikit, dan selalu bikin gue bahagia. Gue cinta sama lo." -Ify- "Lo mabok ya? Omongan lo ngawur gitu. Tapi, okelah. Setidak...