Karena gue mangkirnya lama, ada baiknya -bagi yang lupa alur ceritanya- kalian baca ulang satu atau dua part sebelumnya. Baca ulang dari awal juga gapapa *plak*.
Semoga yang kabur nggak banyak-banyak amat ya. Gue tau kok banyak yang udah males nunggu hehe... tapi ya, gue ini apa lah... hiks.
Happy reading 😊😊
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Perlengkapan belajar kamu udah semua, Yo?" Tanya Manda dari tepian kasur sambil melipat sisa baju yang terbongkar dari lemari. Baju-baju tersebut tidak akan di bawa ke Singapore besok.
"Udah." Jawab Rio singkat.
"Dokumen-dokumen yang diperlukan disana?" Tanya Manda lagi.
"Dokumen apa?"
"Dokumen yang mungkin penting buat disana."
Rio diam sejenak, "Udah kayaknya. Tapi nggak ada dokumen kok."
"Ya udah kalo gitu." Wanita berumur empat puluhan itu berdiri dan memasukan tumpukan baju Rio ke dalam lemari kembali. "Passport?! VISA?!"
Rio sedikit tersentak karena Bundanya bertanya dengan nada yang sedikit tinggi, "Udah, Bun. Ada di tas." Jawab Rio.
"Beneran udah semua?! Jangan sampe ada yang ketinggalan!" Kata Manda tegas.
"Iyaaa, Bunda sayaaang." Rio berguling ke kasur dan menumpukan kepalanya ke atas paha Manda yang kembali melipat pakaiannya.
"Awas dulu, ini belum selesai." Kata Manda.
"Nanti aja. Mending elusin kepala Rio." Ucap Rio manja membuat Manda gemas. Lantas ditepikannya beberapa pakaian Rio tersebut dan mulai mengelus puncak kepala anaknya.
"Nanti... kalo udah sampe sana, jangan macem-macem. Disana nggak ada Ayah atau Bunda yang bakal bantu kamu. Kalo ada masalah di sekolah mu disana, kamu yang urus sendiri. Ayah mana bisa bantu." Ujar Manda dengan lembut.
"Bunda tenang aja. Rio tuh ganteng, jadi nggak bakalan terjadi apa-apa."
Plak!
"Nggak nyambung!" Manda menepuk pelan jidat Rio membuat cowok itu tertawa.
"Loh, emang bener kan? Rio ganteng." Kata Rio lagi.
Manda memutar bola matanya jengah dan tak berniat sama sekali meladeni ketengilan anaknya ini. Tapi tangannya masih bergerak mengelus rambut Rio membuat cowok itu merem melek.
"Besok kamu ke sekolah?" Tanya Manda setelah beberapa saat diam.
"Sebenarnya boleh nggak, sih." Jawab Rio yang dilanda rasa kantuk, matanya juga sudah terpejam dari tadi.
"Berarti nggak?"
"Nggak, Rio tetep ke sekolah besok."
Manda berdecak, "Ngapain?"
"Mau pamitan lah."
"Ajak aja temen-temen kamu ke rumah." Ujar Manda.
Rio berpikir sejenak, "Oke. Tapi bakalan ada Ify. Nggak papa?" Tanya Rio.
Manda tampak diam, tak menjawab pertanyaan Rio membuat cowok itu membuka matanya. Rio menghela nafas pelan, juga sedih. Sebenarnya, ia tidak mau membuat Bundanya merasa kecewa karena Rio tidak menuruti permintaannya. Ia juga tahu bahwa apa yang direncanakan Bundanya itu adalah bentuk usahanya agar ia mendapatkan masa depan yang baik. Tapi itu tidak menjamin semua akan baik-baik saja kan? Lagi pula, Rio punya pikiran dan hati sendiri yang masih bisa bekerja dengan baik. Selagi ia bisa memilih, kenapa tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Ify
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] "Lo tau? Setidaknya hidup gue nggak hancur-hancur amat semenjak kehadiran lo. Lo... buat hidup gue punya arti sedikit, dan selalu bikin gue bahagia. Gue cinta sama lo." -Ify- "Lo mabok ya? Omongan lo ngawur gitu. Tapi, okelah. Setidak...