Pukul 3 sore, Ify dan Rio berada di swalayan untuk membeli bahan-bahan kue pesanan Oma. Nanti rencananya Oma akan mengadakan kelas memasak untuk kedua cucu anehnya itu. Tak hanya kedua sejoli ini, pasangan lain pun juga sibuk mengitari rak tepung, yaitu Sivia dan Alvin.
Rio menyeret keranjang belanja dengan tangan kirinya, sementara tangan sebelahnya lagi mendorong troli yang dinaiki Ify. Kata Ify dia capek, lelah, letih, dan lesu. Untuk berjalan saja rasanya lemah tak berdaya, maka daripada itu ia mencari troli dan menaikinya. Lalu ia memaksa Rio mendorongnya.
"Yang benar dong dorongnya, ntar kalo nabrak rak gimana? " kata Ify sambil menelusuri rak di sampingnya. Rio hanya menghela nafas pasrah dan terus mendorong troli sesuai perintah Ify.
"Cari apa lagi, Bun? " tanya Rio.
"Vanilli bubuk. Dimana ya? " jawab Ify yang dilanda bingung.
Lantas Rio mendorong troli gadis itu sambil menyeret keranjang belanja menuju sebuah rak dideretan paling ujung sebelah kiri. "Nih, Vanilli. " kata cowok tersebut sambil menunjuk barang yang dicari.
Ify mengembangkan senyum lebar, lantas meraih Vanilli Rio tersebut dan memberikannya pada Rio. Rio pun memasukkan Vanilli tersebut ke keranjang di belakangnya.
"Sekarang kita cari... Baking powder. " ujar Ify.
"Nih. " ucap Rio sambil menunjuk barang yang dimaksud Ify. Ify mengangguk-angguk senang.
"Pewarna makanan. "
"Nih. "
"Coklat bubuk? "
"Udah. "
"Mmm... Telur? "
Rio melempar pandangannya ke setiap sudut, lalu mendorong troli Ify keluar dari deretan rak tersebut. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, namun keduanya tampak tak peduli.
"Nah, itu! " seru Ify girang sambil menunjuk deretan telur yang tersusun rapi dekat freezer daging. Karena cukup susah dijangkau oleh Ify, Rio bergerak mengambilnya dan memasukkan beberapa kotak telur, sesuai keterangan di catatan yang Ify pegang.
"Yess, selesai! " kata Ify heboh dengan senyum lebar. Percaya tidak kalau saat ini Rio jadi pingin pipis melihat betapa manisnya gadis cantik didepannya ini? Tingkah Ify imut sekali meskipun sesekali masih bar-bar dan bikin Rio mengelus dada. Awalnya gadis itu terlihat sangat enggan saat baru memasuki pasar ini, tapi setelah berkutat dengan daftar belanjaan serta harus mencari barang kesana kemari membuat Ify senSenang didorong pakai troli maksudnya.
Ify menoleh ke belakang dan mendapati Rio sedang menyeka keringat didahinya dengan sapu tangan. Ify tersenyum tipis, lalu merebut sapu tangan tersebut dan menggantikan tugas tangan Rio. Gadis itu mengelap dahi dan leher pacar peseknya itu.
"Oyy! Udah belom mesra-mesraannya? Laper nih! "
Ify tersentak dan reflek menarik tangannya, Rio manyun. Dilihatnya Alvin dan Sivia menunggu mereka didekat kasir bersama barang belanjaan. Ify kembali menoleh ke Rio, "Gimana pun caranya, pokoknya gue gak mau jalan sampe ke food court! " kata gadis itu serius.
"Hah? G-gimana caranya, Bun? Gendong? " tanya Rio bingung.
"Nggak! Gue gak mau digendong. Gue mau naik troli ini. " jawab Ify.
"Ya mana boleh, Bun. Liat, tuh. Mbak kasirnya aja udah natap kita tajam gitu. " kata Rio sambil melirik si mbak kasir yang menatap mereka.
"Gak mau tau! "
Rio mengusap wajahnya frustasi. Gemesin ya gemesin, tapi jangan nyebelin begini dong Ify-nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Ify
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] "Lo tau? Setidaknya hidup gue nggak hancur-hancur amat semenjak kehadiran lo. Lo... buat hidup gue punya arti sedikit, dan selalu bikin gue bahagia. Gue cinta sama lo." -Ify- "Lo mabok ya? Omongan lo ngawur gitu. Tapi, okelah. Setidak...