Waktu terus berjalan dan pagi berganti pagi. Rutinitas sehari-hari harus selalu mereka jalani dengan kerelaan hati, karena mau bagaimanapun juga, semua hal yang terjadi akan tetap terjadi meskipun mereka menggerutui waktu.
Gerbang SMA Alabas terbuka, menandakan cerita baru akan kembali di mulai. Satu persatu, bahkan gerombolan siswa-siswinya melewati gerbang dan berjalan menuju kelas masing-masing.
Saat itu, langit pagi tampak cerah sekali. Mungkin hal itu jugalah yang mempengaruhi kehebohan yang riang dari kelas yang terletak di tengah-tengah dua ruangan di koridor sana. Beberapa meter dari pintu, suara ribut dari dalam sana bisa terdengar.
Sivia merengut sebal melihat sahabat-sahabatnya yang berjenis kelamin bukan perempuan itu mengacuhkannya hanya karena sebuah game online di ponsel mereka. Meskipun yang paling ia butuhkan saat ini adalah Rio untuk mengajarinya beberapa materi sebelum ulangan nanti di mulai, tapi melihat keseriusan keempat cowok tersebut membuat dirinya kesal.
"Udah dong ML-annya!" Ujar Sivia, tapi tak ada yang menyahut satupun. Sivia pun berdecak kesal.
"Rio! Berhenti atau gue aduin ke Ify kalo lo lagi ML!" Ancam Sivia.
"Aduin ajaaa..." sahut Rio dengan perhatian yang masih di fokuskan ke ponselnya yang di miringkan.
"Iihhh! Gue serius item! Ify bakalan mutusin lo kalo dia tau lo nggak suci lagi karena hobi ML!" Ancam Sivia lagi.
"Idihh, lo kali yang nggak suci. Kita kan dari tadi nge-game bukan ML yang kayak lo maksud. Wahh... Sivia mengerikan ya sekarang." Balas Rio membuat Sivia semakin merengut.
"Kodoook! Belain aku dong! Masa kamu diem aja aku di bilang nggak suci?!" Adu Sivia pada Alvin yang sama sibuknya dengan lain.
"Riooo..." tegur Alvin sambil tetap fokus pada ponselnya.
Sivia melotot, "Apaan gitu doang?! Tonjok dong!"
"Heh! Mending lo diem aja deh. Pacar lo juga lagi ML-an, jadi jangan di ganggu..." kata Rio.
Sivia melirik Alvin, lalu dengan tiba-tiba gadis itu merebut ponselnya. "Eehhh, yang?! Kok di ambil?! Nanti aku kalaah!"
"Biarin!"
"Kalo kalah gimana?!"
"Bodo!"
"Aduh, yang.... Jangan git---"
Ucalan Alvin berhenti saat sebuah suara terdengar dari ponselnya, "Enemy double kill!"
"Yahhh... kaannnn!!!" Seru Alvin heboh sambil berusaha merebut ponselnya, namun tak jadi karena Sivia... buru-buru menyimpannya didalam saku kemeja.
Gadis sipit itu menatapnya tajam membuat Alvin memanyunkan bibirnya. "Ambil nih, ambil! Ambil kalo berani!" Kata Sivia sambil menunjuk saku kemejanya yang ya... kalian tau lah letak saku kemeja itu dimana.
Teman-temannya tertawa puas melihat wajah memelas Alvin. Apalagi Rio, selama ini selalu dirinya yang ditertawakan oleh cowok sipit itu. Dan sekarang cowok itu tahu bagaimana rasanya punya pacar galak-galak gemesin seperti kekasihnya.
"Mana boleh begitu." Kata Alvin dengan bibir yang mengerucut.
"Ya udah, berarti kamu nggak main lagi." Ujar Sivia dengan santainya.
"Jangan gitu dong, yang!"
"Kamu bentak aku?!"
Alvin langsung diam, "Nggak... siapa yang ngebentak?"
"Itu uratnya kenapa keluar?!" Sivia menunjuk leher Alvin dan cowok itu pun langsung menghela nafas.
"Aku kan kalo ngomong emang begini, yang..." ujarnya dengan sabar, tapi Sivia tampak tetap tak peduli. Alvin mendengus sedih menatap ponselnya yang masih tersimpan di saku kemeja putih kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Ify
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] "Lo tau? Setidaknya hidup gue nggak hancur-hancur amat semenjak kehadiran lo. Lo... buat hidup gue punya arti sedikit, dan selalu bikin gue bahagia. Gue cinta sama lo." -Ify- "Lo mabok ya? Omongan lo ngawur gitu. Tapi, okelah. Setidak...