THIRTYSIX : QALQALAH

11.1K 895 78
                                    

Ify tidak tahu kenapa dia setuju ketika Shilla mengajaknya nge-mall bareng tadi. Yang ia ingat ketika ia baru saja keluar kelas dan menghampiri Rio yang sudah menunggunya, tiba-tiba ia ditarik Shilla dan juga Sivia. Agni yang memang jarang bicara menurut saja dibelakang. Kemudian gadis berbehel itu turut mengajak Rio, Alvin, dan Cakka. Gabriel sempat melarangnya dan mengajak pulang ke rumah saja. Tapi Shilla tidak mau. Akhirnya, mereka nge-mall juga.

Shilla tak henti-hentinya berteriak heboh setiap melihat tas-tas branded yang dipajang di etalase toko yang mereka lewati. Gadis itu ingin membeli, tapi lagi irit duit demi mendapatkan tiket konser impiannya.

"Lo gak jualan, Shill?" Tanya Rio.

"Cuti dulu gue hari ini, cuaca dingin soalnya. Kemaren Pop Ice gue gak laku." Jawab Shilla. Sivia dan Agni tertawa.

"Sian amat, jeung." Ledek Sivia. Shilla hanya merengut dan menggandeng tangan Ify erat. Gadis itu menarik Ify menuju bioskop.

"Mau ngapain sih kesini?!" Tanya Ify sewot.

Shilla langsung melepas rangkulannya ditangan Ify, "Etdah, gue kira Agni." Ujarnya sambil mengelus dada. Berdekatan dengan Ify masih membuatnya segan. Selain karena gadis tirus itu mantan preman sekolah, Ify juga masih galak. Kalau bisa jauh-jauh deh Shilla darinya. Tapi entah kenapa, dirinya selalu merasa kurang kalau berkumpul tapi tidak ada Ify.

"Nonton yuk, Shill?" Ajak Sivia.

"Lah iyaa, makanya kita kesini." Kata Shilla.

"Weehhh, nontooon!" Seru Cakka heboh, "Yel, nonton kita, Yel. Cari yang pojokan, asik nih!"

"Yo'i, bro. Yang paling atas lumayan gelap kayaknya." Sahut Gabriel.

"Gue ambil yang paling kiri." Sambung Alvin.

"Eh, gue udah booking duluan!" Kata Cakka.

"Kita aja belum masuk. Pokoknya gue yang kiri." Jawab Alvin.

"Kenapa milih yang pojok? Paling depan aja, enak. Dingin juga bro." Celetuk Rio.

Cakka, Gabriel, dan Alvin menatap Rio cengo. Lalu mereka saling pandang dan sedetik kemudian sudah ngakak tak karuan. Cakka melirik ke para gadis yang tengah melihat-lihat poster film, kemudian ia dan dua sahabatnya mengerubungi Rio.

"Lo adalah yang paling alim di antara kita, Yo." Ujar Cakka serius. Gabriel dan Alvin mengangguk-angguk.

"Dan lo juga yang paling cupu. Pasti lo belum pernah ngapa-ngapain Ify kan?" Tuding Gabriel.

"Eh, nggak kok!" Jawab Rio tak terima. Ketiga sahabatnya tertawa meledek.

"Halahhh, mana mungkin lo berani sama Ify. Orang tiap baru mulai macem-macem langsung kena tonjok." Kata Alvin.

"Heh, Cina glodok! Gue nggak sepayah itu!"

"Udaah, lo terima aja kalo lo itu pay--"

"Gue pernah civok Ify kok!" Potong Rio. Cakka, Gabriel, dan Alvin mengerjab lucu.

"WOAAAAA!!!" Ketiganya menepuk-nepuk bahu Rio heboh, membuat cowok pesek itu meringis kesakitan.

"Bohong lo ya?!"

"Iya, lo bohong!"

"Lo bohong ya?!"

Rio menghela nafas kuat, "Gue gak pernah bohong. Bohong itu dosa. Sesungguhnya orang yang berbo---"

"Eeiyaa-iyaa, udah! Kalo gitu kita pesen tiket aja, Yok." Sebelum ceramah Rio berlanjut, Cakka yang paling brengsek di antara mereka pun langsung menarik Rio menuju para gadis yang sudah memesan Pop Corn.

My Bad IfyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang