Kita masih sama, masih belum menjadi apa-apa. Kita hanya sudah sepakat dan menanamkan pemahaman sederhana, bahwa menikah tidak akan mengubah segalanya.. Shaka.
Matahari yang mulai kembali ke peraduannya menemani langkah Shaka ketika memasuki halaman rumah yang tidak seberapa besar. Setelah tadi diterima bekerja oleh si Koko' ternyata semua dimulai saat itu juga. Mau tidak mau Shaka menuruti bos baru yang terlihat pintar tetapi ternyata otaknya bobrok untuk masalah mesin. Pantas saja dia mempekerjakan orang-orang ahli dibidang mesin untuk membantu jalannya usaha bengkel sekaligus showroom mobil ini. Karena kenyataannya seorang bos belum tentu bisa segalanya.
Tetapi sekarang masih banyak saja bos-bos yang seolah mengerti segalanya. Padahal mengerti pemikiran anak buahnya saja sulit sekali dilakukannya.
Yah, memang begitulah hidup. Suka tidak suka, semua harus Shaka jalani. Apalagi sebagai seorang bawahan, dia harus sabar dalam menjalankan semuanya. Termasuk keanehan dari penilaian si Koko' tadi.
Dari mana bisa dia mengetahui nama belakang Shaka?
Shaka berjanji akan mencari tahu akan hal itu. Dia tidak ingin dari nama besarnya ada yang berani-berani memanfaatkan semua itu.
Biasanya pemikiran manusia memang seperti itu. Ingin menang dengan cara menyerang kelemahan lawan. Dan jangan sampai semua itu merugikan orang-orang terdekat Shaka. Termasuk keluarganya.
Shaka sangat yakin mencari informasi tentang siapa Koko' yang sebenarnya pasti mudah.
Terbukti dihari pertama Shaka masuk kerja saja, dapat terlihat beberapa anak buahnya mengkadali dia dalam masalah sparepart. Banyak dari mereka mengambil sparepart dari gudang penyimpanan Koko' untuk kemudian mereka jual.
Kata mereka sih sebagai tambahan pemasukan. Maklum saja si Koko' ini kalau menggaji orang kadang semena-mena. Tapi tetap saja Shaka tidak setuju bila mereka mendapatkan tambahan uang dari mencuri untuk menghidupi keluarga mereka.
Mungkin dari kelakuan orang-orang itu, Shaka bisa mengancamnya untuk menjawab pertanyaan siapa Koko' sebenarnya.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam, Bang," sambut Rara dengan rambutnya yang tergerai basah.
Ya Tuhan siksaan apalagi yang Engkau ingin berikan kepada hambaMu ini? Mengapa pulang bekerja disungguhi dengan adegan basah layaknya kucing habis berenang. Batin Shaka berteriak kencang.
"Rara baru pulang, Bang, jadi enggak sempet beli apa-apa. Takutnya tadi Abang udah pulang duluan," jelasnya sambil mengikuti langkah Shaka masuk ke dalam kamar.
"Nanti kita makan diluar aja ya," ucap Shaka sebagai balasan dari penjelasannya.
Rara langsung saja mengangguk, menyetujui usul Shaka itu. Kemudian dia berjalan ke lemari pakaian untuk mengambilkan baju yang akan dipergunakan Shaka sehabis suaminya itu mandi nanti.
Semenjak adegan lemari kemarin ini, Shaka sekarang sudah mempercayakan Rara mengambilkan semua barang yang dia simpan. Tidak ada lagi adegan berdebat masalah penyusunan barang-barang milik masing-masing. Karena dari apa yang Shaka nilai, Rara bisa menghandle semuanya sekarang.
Selepas mandi, Shaka melirik celana training abu-abu beserta tshirt senada yang Rara letakkan di atas tempat tidur. Lalu saat Shaka melirik ke arah meja kecil di samping tempat tidur, ada segelas teh hangat yang masih mengepulkan asapnya.
Sungguh nikmat ternyata menikah, batin Shaka bahagia. Semua kebutuhannya sudah dilayani dengan baik. Apalagi diusia Rara yang masih terbilang sangat muda, dia seakan bisa mengerjakan segala sesuatu untuk menjadi istri yang baik. Tanpa perlu Shaka perintah ini dan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry Go-round
Romance-SEQUEL KITA- Semua berjalan terlalu mulus diawal hingga terasa licin seperti kebanyakan sabun ketika dirimu ... hap.. hap.. Namun ternyata berawal dari kelicinan itu hingga mampu membuatku terpeleset sampai kehilangan segalanya. ******* Ini merupak...