Bab 20

1K 167 44
                                    

Missiiiiiii..
Masih ada yang baca?
Hehehee.. Pelan-pelan cerita ini tamat di bulan ini..
Sabar ya guyss...

Oh iyaa.. Kalau kalian sambil baca pengen minum yg seger2..
Di video youtube ku ada minuman NUKULT... Apa itu Nukult?

Cek yuk videonya...

Tolong jangan membuatku merasa gagal karena tidak bisa menjadi sesuatu seperti keinginanmu.

Setelah berpakaian cukup rapai, berulang kali Rara memerhatikan penampilannya di depan cermin. Semuanya terlihat sempurna. Walaupun hanya pakaian seadanya, tapi Rara merasa semua ini sudah lebih dari cukup. Dia tidak ingin tampil berlebihan. Karena pemilik acara hari ini adalah Aldo, anak asuhnya dulu ketika Rara pernah bekerja sebagai tenaga pengajar yang datang ke rumah.

"Udah belum? Mau aku anterin enggak?"

Rara mengangguk. Senyum tipisnya membuat Shaka berangsur-angsur mendekatinya. "Senyum dikit banget. Yang lebar dong. Sebentar lagi badan kamu kan juga ikutan lebar kalau hamil." Kata Shaka dengan tampang jahil.

Mendengarkan kalimat Shaka, Rara langsung tertawa. Kali ini energi positif yang Shaka berikan berhasil dia rasakan. Dan dia yakin tidak ada yang salah atas kedatangannya ini.

"Kita naik motor?" tanya Rara ketika Shaka berjalan ke arah motor matic yang memang sudah dia modifikasi dari zaman sekolah dulu.

"Loh, memangnya mau naik apa? Mobil? Enggak ada bensinya, Ra. Lagi juga tuh mobil isi bensinya bukan yang subsidi. Nanti kalau diisi yang subsidi bisa-bisa ayah ngamuk."

"Mending uang buat beli bensin, untuk kita makan malan aja nanti. Kita makan yang enak-enak, gimana?" Sambung Shaka berusaha membujuk istrinya sendiri.

"Yah. Jauh enggak kalau naik motor? Aku juga masih sakit kan, Yang. Nanti aku duduknya miring, kan?"

Shaka langsung meringis sendiri. Dia melihat keseluruhan tubuh Rara, kemudian melirik mobil mewah miliknya yang memang diberikan secara cuma-cuma oleh Imam.

"Ya udah, aku anterin naik mobil." Putus Shaka karena merasa kasihan dengan kondisi Rara.

Dia matikan kembali motor matic tersebut, lalu berjalan ke arah mobilnya yang super kebanting dengan bentuk rumah minimalisnya itu.

"Nanti bensinnya gimana?" tanya Rara khawatir.

"Kesehatanmu jauh lebih penting, Ra. Jangan karena kita mengirit 10-20 ribu, kamunya jadi sakit lagi dan harus mengeluarkan jutaan rupiah. Idih, amit-amit." Jawab Shaka, dan langsung disambut senyuman di bibir Rara.

Selama perjalanan yang cukup memakan waktu karena macetnya kondisi jalan pada hari weekend seperti ini, akhirnya 1 jam kemudian mereka sampai di rumah Aldo.

Shaka memilih tidak masuk ke dalam, dan menunggu di dalam mobil saja. Selain karena Shaka tidak mengenal keluarga itu, Shaka sendiri tidak ingin menambah masalah baru lagi. Jika dia masuk dan bertemu perempuan imitasi itu, sama saja dia menyiramkan bensin ke bara api yang mudah terbakar.

"Kamu yakin enggak turun?"

Shaka menggeleng. "Enggak. Aku tunggu di sini aja ya."

"Ya udah. Aku enggak lama-lama kalau gitu."

Ketika Rara keluar mobil, dan berjalan masuk ke dalam rumah tersebut, seorang anak laki-laki menyambutnya dengan riang.

Itu pasti Aldo. Batin Shaka, ketika memerhatikannya dari dalam mobil. Menurut Shaka, wajah Aldo cukup tampan. Dan dia yakin, ketika besar nanti banyak perempuan yang akan menyukai anak laki-laki itu.

Merry Go-roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang