Part 10

4.3K 434 227
                                    

Jika seorang laki-laki selingkuh dari istrinya, maka tutuplah kedua matanya. Bisa dipastikan dia tidak akan lari lagi. Namun bila seorang perempuan selingkuh dari suaminya, maka tinggalkanlah dia. Karena sejatinya, perempuan akan menggunakan seluruh hatinya untuk menyalurkan semua perasaan yang ia miliki... Shaka.

Sudah genap sebulan sejak diskusi terakhir dengan Fatah mengenai kondisi Rara. Dan dimulai sejak itu pula, Shaka serta Rara sudah menjalankan segala kebaikan-kebaikan yang disarankan oleh Fatah sejak awal. Mulai dari mengkonsumsi makanan bergizi baik, mengurangi tidur larut, meminum obat secara teratur khusus untuk Rara, dan yang paling penting mengurangi aktifitas seks.

Jujur saja, Shaka merasa aneh dengan saran Fatah untuk bagian yang terakhir. Pikirnya, bukankah jika ingin memiliki anak memang harus berhubungan lebih rutin. Tapi mengapa? Mengapa Fatah malah menyarankan kebalikannya. Shaka sama sekali tidak mengerti jalan pikiran dokter. Sebagai omnya, harusnya Fatah tahu berapa lama Shaka menunggu moment itu? Bahkan bisa menerima balasan cinta Rara saja butuh banyak perjuangan.

Karena itulah jika mengingat wejangan baik ini, Shaka mendadak kesal. Namun dia bisa apa? Semua ini demi kebaikan bersama. Terutama Rara.

Istrinya itu saja rela mengkonsumsi obat setiap waktunya. Bahkan ketika ditetapkan harus jam 8, maka jam itu juga dia harus mengkonsumsi obat tersebut agar dapat bisa sembuh dari segala penyakitnya. Ditambah lagi beberapa makanan sehat yang biasanya sering Rara konsumsi harus dihindari untuk sementara waktu. Seperti halnya lalapan mentah, makanan mentah, dan seluruh makanan yang dibakar.

Dari info yang Shaka dengar, arang yang masih tersisa di makanan, sangat berbahaya jika dikonsumsi untuk tubuh.

Sudah menjaga makanannya, sudah mengkonsumsi obatnya, disamping itu juga setiap seminggu sekali Shaka harus mengantarkan Rara kembali ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan. Karena kemungkinan besar jika kista yang berada di rahim Rara tetap berkembang, maka satu-satunya cara yaitu harus dilakukan operasi. Dan Rara takut semua itu terjadi.

Jujur saja, bukan hanya Rara yang takut hal buruk terjadi. Tetapi Shaka juga. Dialah orang yang paling cemas ketika pengecekan setiap minggunya dilakukan. Namun kata-kata Fatah setiap selesai pemeriksaan selalu memberikan ketenangan untuk Rara dan juga Shaka.

Fa inna ma'al usri yusro. Disetiap kesusahan pasti ada banyak kebaikan.

Semakin mempercayai kata-kata itu, semakin menambah pemikiran positif untuk Shaka dan Rara.

Sampai-sampai Shaka dan Rara sukses membagi tugas mereka. Jika Rara akan menyiapkan segala makanan untuk kebaikan keduanya. Maka Shaka yang bertugas mengajak Rara olahraga. Kali ini dia benar-benar berolahraga. Bukan olahraga dalam kata lain.

Shaka ingin membuat Rara sembuh dan bahagia bersamanya hingga mereka berdua menua. Karena itu usahanya sangat tidak main-main.

Lalu beruntungnya Rara memang melakukan keputusan yang tepat untuk kehidupan dia ke depannya. Rara memilih tidak bekerja lagi. Sehingga kesibukan Rara akhir-akhir ini hanya di rumah saja, jika tidak kuliah. Karena dia ingin sembuh total, dan memiliki anak bersama Shaka, suaminya.

Akan tetapi keputusan bijak Rara ini tidak berdampak baik bagi Shaka. Biasanya walau sedikit, Rara bisa membantu untuk keuangan dapur dari hasil kerjanya. Namun sekarang sudah tidak lagi. Mau tidak mau, Shaka yang harus menutupinya. Ditambah lagi biaya berobat untuk kesembuhan Rara. Walaupun sering kali Fatah bilang untuk menyebutkan namanya saja, agar mendapatkan fasilitas gratis dari rumah sakit ini, namun Rara dan Shaka memilih tidak menggunakannya. Keduanya tidak mau memanfaatkan orang lain dalam masalah kehidupan mereka.

Untuk itulah Shaka mulai mencari jalan lain. Kehidupannya akhir-akhir ini memang sangat menyedihkan. Seperti dirinya sedang mengiris bawang bombay yang tidak habis-habis lapisannya.

Merry Go-roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang