Kuharap cinta kita bisa seperti bulu ketek, walau selalu saja terhimpit akan masalah tetapi tetap tegar untuk tumbuh dan bertahan.. Shaka.
Berjalan dua hari sudah Rara sengaja menghindari Shaka karena ajakannya tempi hari mengenai pengobatan yang diusulkan oleh Fatah belum juga Shaka terima. Ada banyak hal yang sibuk dipikirkan oleh laki-laki itu sebelum mengajak Rara untuk menjalani pengobatan.
"Ra, masih marah sama abang?" tegur Shaka.
Rara yang tengah menyapu lantai langsung berhenti. Menggeleng sebagai jawaban, tanpa ada satu kata pun terucap olehnya.
Shaka mendesah pelan melihat kelakuan istrinya. Bukannya dia tidak mau mengajak Rara berobat, tapi harusnya perempuan itu tahu, Shaka menikahi Rara tanpa nama besar keluarganya. Segala kenyamanan yang dimiliki oleh Shaka sebelumnya dia tinggalkan jauh-jauh. Dia mengajak Rara untuk memulai segalanya dari awal. Lalu jika saat ini, dalam kondisi keuangan yang tidak stabil, Shaka harus mengajak Rara berobat, ia takut ditengah jalan semuanya menjadi hancur. Keuangannya dan juga Rara. Jujur saja Shaka tidak mau hal itu terjadi. Apalagi pengobatan ke Amerika membutuhkan dana yang sangat banyak. Dan Shaka sama sekali tidak siap dengan hal itu.
"Ra, kamu jangan egois gitu dong. Bukannya abang enggak mau kamu sembuh. Tapi enggak semudah itu Ra, pergi ke Amerika dan berobat di sana. Kamu kan tahu sendiri gimana kondisi abang saat ini," ungkap Shaka pelan.
Setelah Shaka menjelaskan keluh kesahnya, terdengar suara tangkai sapu dibanting sempurna ke lantai.
Tidak jauh dari posisi Shaka, Rara menatapnya penuh luka. Perempuan itu langsung berjalan, meninggalkan pekerjaannya.
"Maaf kalau Abang ngerasa Rara egois. Rara enggak pernah bermaksud begitu. Anggap aja Rara enggak pernah ngajak Abang untuk berobat. Dan untuk kedepannya, Rara enggak mau berobat lagi kalau memang semua pengobatan Rara buat uang Abang abis."
Rara mengatakannya dengan lembut sekali. Tapi kenapa ketika sampai ditelinga Shaka begitu mengiris hati dan perasaan.
"Sekarang lupain aja masalah sakit Rara. Rara enggak akan maksa Abang untuk ini dan itu lagi. Tapi... Rara cuma minta satu ke Abang, Rara mau Abang selalu bahagia. Kapanpun dan dimanapun. Itu cukup sekarang buat Rara."
Dia berjalan masuk ke dalam kamar setelah menyelesaikan kalimatnya yang menyakitkan. Dan bodohnya Shaka hanya bisa diam mendengarkan tanpa sedikitpun punya kekuatan untuk menyela kata-katanya.
Katanya Shaka mencintai Rara. Tetapi semakin kesini mengapa Shaka hanya bisa menyakitinya?
Shaka beristighfar dalam hatinya. Dia bergerak merapikan pekerjaan yang Rara tinggalkan begitu saja. Ia terus memaki dalam hatinya kenapa tidak ada tindakan yang bisa dirinya lakukan untuk berdamai dengan Rara.
Tak berapa lama, Shaka melihat Rara keluar dari kamar dengan wajah lebih segar. Dia sedikit tersenyum, lalu mendekati Shaka yang masih diam setelah menyelesaikan kegiatan menyapu lantai.
"Abang sholat sana. Udah lama Rara enggak lihat Abang sholat Dhuha," ucapnya tiba-tiba.
Shaka semakin terpuruk. Kalimat yang Rara katakan terdengar sangat sederhana. Namun rasanya menusuk ke hatinya.
"Ra...."
"Semoga sesudah shalat, Abang masih bisa doain Rara. Karena itu Rara akan selalu ingetin Abang buat sholat," jelasnya kembali ketika kenapa tiba-tiba dia meminta Shaka untuk sholat.
Tangan Rara dengan cepat mengambil sapu yang Shaka pegang, lalu mendorong suaminya itu untuk menjalankan apa yang tadi dia katakan.
Menatap Rara sejenak, Shaka mengangguk setuju. Dia akan mendoakan Rara setiap saat agar perempuan yang begitu Shaka cintai bisa sehat selalu, dan bahagia selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry Go-round
Romance-SEQUEL KITA- Semua berjalan terlalu mulus diawal hingga terasa licin seperti kebanyakan sabun ketika dirimu ... hap.. hap.. Namun ternyata berawal dari kelicinan itu hingga mampu membuatku terpeleset sampai kehilangan segalanya. ******* Ini merupak...