Bab 16

1K 193 263
                                    

Kalian masih baca cerita ini?
Kalian masih vote?
Masih komen?
Cuss.. Segera meluncur lagi..

Tolong jangan sesali rasa kehilangan ini.  Karena setidaknya atas kehadiran dia, membuktikan jika kamu adalah perempuan sempurna.

Seperti kebanyakan laki-laki yang hanya baik diawal-awal saja, lama-lama mereka akan kembali ke diri mereka. Melakukan sesuatu yang sering kali dari alam bawah sadar.

Contoh sederhananya saja meletakkan handuk basah di atas ranjang. Rasanya baru 2 hari kemarin Rara memuji bagaimana perubahan yang Shaka lakukan karena keterbatasannya saat ini. Akan tetapi ternyata semua itu hanya bertahan dua hari. Ketika Rara sudah lebih baik, ketika Rara sudah mulai berjalan dengan lancar, Shaka kembali berulah.

Meletakkan handuk basah di atas ranjang. Tidak menyimpan pakaian kotor pada tempatnya.

Benar-benar merepotkan. Rara yang ingin menegurnya kini sedang menunggu moment yang tepat.

Ketika dia melihat Shaka sedang santai menonton TV bersama Adit, papanya, Rara langsung saja bergerak.

Memerhatikan sejenak gerak gerik Shaka yang tidak peduli atas kehadirannya. Siaran balap motor yang menjadi favorit kedua laki-laki beda generasi ini, kadang memang suka membuat mereka hilang kendali.

"Bang Shaka!!" panggil Rara penuh penekanan.

"Hm. Iya, Yang." Jawab Shaka tanpa melirik istrinya.

Bahkan Adit yang duduk di dekat Shaka hanya melirik ke arah putrinya itu sekilas. Lalu lanjut lagi memantau pergerakan jagoannya.

"BANG SHAKA!!!" Bentak Rara sampai Adit refleks mematikan TV yang sedang mereka tonton.

"Papa nonton di kamar aja ah. Sekalian kelonan sama mama."

Adit jelas menghindari hal-hal seperti ini. Karena membujuk perempuan dalam mode waspada memang sangat sulit. Walaupun Rara adalah Putri kecilnya, tetap saja tidak semudah itu bagi Adit untuk melakukannya.

"Kenapa sih, Ra? Marah-marah mulu."

"Kamu tanya kenapa? Lihat enggak kamu ngelakuin apa barusan di kamar? Taruh handuk sembarangan, terus baju kotor dibiarin gitu aja. Katanya udah komitmen. Tapi mana?"

Shaka berjalan terpaksa. Bibirnya ingin menjawab kemarahan Rara, namun sengaja dia tahan.

"Hal kecil begini aja harus dikasih tahu dulu. Gimana sih, kamu?"

Masih dalam mode awas, Rara memang berubah menjadi lebih galak setelah kondisinya membaik pasca kuretase kemarin ini.

"Iya. Iya, maaf."

Shaka membereskan barang-barang yang memang dia letakkan tidak sesuai tempatnya. Kemudian setelah semuanya selesai, dia terseyum lebar ke arah Rara.

"Udah dong jangan marah lagi. Namanya juga orang lupa." Kata Shaka memberikan penjelasan.

"Itu bukan lupa, Bang. Tapi emang sengaja. Karena mau buru-buru nonton, jadi taruh sembarangan aja."

Sekali lagi Shaka tersenyum lebar. "Udah ah, enggak enak sama papa. Anaknya galak begini."

"Ya habisnya. Mentang-mentang aku udah enggak hamil kamu jadi seenaknya gini."

"RARA. Udah deh. Jangan mulai."

"Kamu tuh mikir, Bang. Seandainya kemarin itu aku enggak dikuretase, sekarang aku lagi hamil. Lagi trimester awal. Lagi rentan-rentanya keguguran. Kamu pernah enggak sih mikir begitu."

Shaka mengembuskan napas dalam. Dia menarik Rara ke dalam pelukannya. "Enggak usah berandai-andai. Kedepannya kamu bakalan hamil lagi kok. Tenang aja. Aku siap buat kamu hamil lagi."

Merry Go-roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang