Jangan pasang senyum manismu itu pada semua orang, karena setiap lelaki yang melihatnya seperti ingin mengajakmu untuk berkembang biak.. Shaka.
Rasa-rasa geli juga basah begitu terasa di sekitaran leher Shaka. Ditambah pijitan-pijitan halus dan begitu menuntut di sekitar 'tokek' membuatnya sedikit memaksa untuk membuka mata. Mengintip sedikit istri 'nakal' nya ini sedang melakukan apa.
Semenjak mengkonsumsi ramuan bening yang waktu itu sempat juga Rara berikan kepada Shaka membuat napsu perempuan itu tidak terkendali. Bukannya Shaka ingin menolak Rara menjadi agresif, namun seharusnya istrinya itu bisa menempatkan kapan waktunya agresif kepada Shaka, dan kapan waktunya memberikan jeda untuk suaminya itu istirahat.
Padahal jika Shaka ingat semalam, apa kurang puas Rara dibuat bolak balik layaknya roti bakar yang sering dijajakan dipinggir jalan. Tapi lihatlah pagi ini, dia masih menagih untuk meminta olah raga pagi.
"Morning my pillow," sapa Rara dengan senyuman yang membuat Shaka seketika mati ditempat.
'Aduh Ra, senyumannya itu loh. Udah kayak kuaci, bikin capek.'
"Morning too my bed," perlahan Shaka mengecup kening Rara, namun dibalas dengan rengutan manja khas Rara yang sering kali ia temui. "Kenapa?" kedua mata Shaka terbuka lebar-lebar mencoba mengerti kesalahan apa yang sudah ia perbuat.
"Masa udah susah-susah mancing cuma dapet ciuman dikening."
Wow, Rara. Perempuan ini memang ajaib. Dulu sebelum menikah memang dia lebih sering malu-malu kepada Shaka. Namun kini setelah semuanya terbuka selebar-lebarnya, dia sangat handal memuaskan suaminya itu. Kalau tahu sejak awal Rara bisa seperti ini, Shaka pun tidak akan menahan sampai belasan tahun untuk meminangnya. Setelah puber akan Shaka ajak ke pelaminan bila perlu.
"Maunya apa?" pancing Shaka.
Bukan Shaka namanya kalau langsung memberikan apa yang Rara inginkan. Setidaknya ia ingin membiasakan Rara untuk mengungkapkan apa yang perempuan itu inginkan darinya.
"Main tembak-tembakan bareng tokek,'" kekehnya geli.
Ah, si 'tokek' ternyata lebih disayang oleh Rara dari pada diri Shaka sendiri. "Cuma 'tokek' yang diajak?"
"Abis kamunya ogah begitu," tubuhnya yang tadi berada di atas Shaka langsung saja berganti posisi untuk siap bangun dari ranjang. Dia terlihat malas menanggapi tingkah menyebalkan dari suaminya itu.
"Ra, ngambek ya?"
"Enggak." Jawabnya cepat.
Kedua tangan Rara sibuk menggulung rambut panjangnya sampai-sampai Shaka bisa melihat jejak cinta yang semalam ia buat di semua bagian tubuh istrinya itu. Lalu dengan terburu-buru Rara bangun dan memakai pakaiannya kembali.
'Fix ngambek' batin Shaka.
"Ngomong dong kalau ngambek." Kedua tangan Shaka merengkuh tubuh kecil Rara dalam pelukkannya. Dan menahan tangan Rara untuk memakai kembali benda yang sangat kuat menurut Shaka. Karena benda tersebut mampu menampung dua benda sekaligus.
"Ra, ayolah. Jangan ngambek pagi-pagi."
"Ya abis, abang ngeselin. Rara kan ngajakin begini karena ada tujuannya. Tapi Abang setengah-setengah begitu ngejalaninnya."
Baru juga Shaka ingin protes atas apa yang Rara ucapkan, dengan tangannya Rara menutup mulut Shaka dan menatap kedua mata suaminya itu dengan begitu menyedihkan.
'Kenapa dia?' lagi-lagi Shaka bertanya dalam hati.
"Apa jangan-jangan alasan Abang begini sama seperti yang Bang Syafiq lakukan ke Farah? Apa ada yang ngelarang Abang punya anak sama Rara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry Go-round
Romance-SEQUEL KITA- Semua berjalan terlalu mulus diawal hingga terasa licin seperti kebanyakan sabun ketika dirimu ... hap.. hap.. Namun ternyata berawal dari kelicinan itu hingga mampu membuatku terpeleset sampai kehilangan segalanya. ******* Ini merupak...