Part 11

4.7K 411 141
                                    

Karena napsu hanya memberimu program jangka pendek sedangkan cinta memberikanmu program jangka panjang.. Shaka

Suasana mencekam tidak kunjung hilang. Malah semakin bertambah dasyat kala langkah kaki Rara semakin mendekati dimana Shaka dan Maria berada. Napas Shaka tercekak. Dia tidak bisa berbicara apapun juga. Keringat dingin langsung mengalir begitu saja. Mengisyaratkan keadaan yang terkesan sangat menakutkan. Dalam hatinya Shaka bersuara, memangnya ada apa? Mengapa terasa semengerikan ini? Padahal kondisinya dia dan Maria tidak ada hubungan apapun juga.

"Mbak Maria, kan?" tegur Rara tepat ketika tubuhnya berada di depan Maria.

"Khamila?" jawab Maria dengan senyuman yang paling indah. "Lagi ke bengkel juga?"

Rara melirik Shaka sekilas kemudian menggeleng cepat. Dia hanya tersenyum tanpa ingin menjelaskan ada urusan apa siang-siang begini dia kemari.

"Udah makan siang belum, Ra? Yuk makan bareng. Sekalian mau ngomongin Aldo." Ajak Maria dengan santainya.

Shaka yang berada di tengah mereka berdua hanya bisa diam tanpa suara. Dua perempuan cantik berbeda bentuk ini benar-benar tidak menganggap Shaka ada.

"Makan bareng?" ulang Rara.

"Iya. Ayolah. Aku mau cerita soal Aldo."

Shaka memberikan kode kepada Rara agar tidak mengikuti keinginan Mari.

Akan tetapi memang Rara seakan ingin membalas dendam, dia dengan senang hati menerima ajakan Maria. Tanpa menghiraukan kode yang Shaka berikan.

'Istri macam apa dia'

***

Berulang kali Shaka mengecek jam di ponsel. Ini sudah hampir 3 jam sejak kepergian Rara dan Maria, namun Rara belum memberikan kabar sekalipun. Apalagi Shaka sama sekali tidak tahu apa maksudnya Rara datang ke bengkel tanpa memberitahu sedikitpun.

Apa mungkin semua ini jebakan?

Shaka langsung menggeleng. Hubungan dia dengan Maria belum terjadi apa-apa.

Belum?

Memangnya mau terjadi?

Berarti jika belum suatu saat nanti akan melakukan hal-hal tersebut kepada perempuan itu? innalillahi, jangan sampai.

"Ka... kenapa lo? Ngelamun aja." Tegur si Koko dengan kuat.

"Izin pulang ya Ko, enggak enak badan."

Mata tajam Koko sibuk menilai Shaka dengan benar. Akhirnya dia mengangguk setuju.

"Pulang dah sana. Mandi yang bener. Jangan kebanyakan nyabun. Otak lo jadi error."

"Nyabu?"

"Nyabun," semburnya cepat "En.. anya... bun. Coba ulangin."

"Sabun kok, bukan nyabun. Ketahuan Koko bahasa Indonesia enggak lulus," kekeh Shaka geli.

"Dulu mah, mana ada bahasa Indonesia. Yang ada bahasa melayu sama tionghoa," bantahnya dengan wajah tidak mau kalah.

Shaka hanya mencibir saja. Berdebat dengan Koko sama saja meributkan antara ayam dan telor siapa yang lebih dulu keluar?

***

Sesampainya di rumah, Shaka melihat sebuah mobil sedan hitam terparkir di halamannya. Mobil itu terlihat familiar, tapi dia ragu siapa yang pernah memakainya. Karena malas menebak, akhirnya Shaka masuk begitu saja. Dia menemukan adik-adiknya sedang duduk di ruang tamu.

"Annyeong Abang." Seru Bitha.

Naya yang duduk di samping Bitha ikutan membungkuk, beradegan seperti drama-drama Korea yang memang mereka berdua sukai. "Abang Shaka baru pulang?"

Merry Go-roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang