Part 4

7.7K 783 300
                                    

Dulu selalu semangat 45 waktu mau tidur. Sekarang aku pindah haluan menjadi semangat 69 jika bersamamu.. Shaka.

Sudut bibir Shaka tidak berhenti terangkat mengingat nanti malam akan adanya petualangan paling dinantikan dalam hidupnya. Setelah akil baligh yang bisa ia lakukan hanya menahan dan menahan. Membaca beberapa buku pengetahuan yang akan menuntunnya kelak, walau sering ayah bilang untuk proses itu tidak perlu membaca buku tetap saja pasti akan ada grogi nanti.

Grogi menghadapi Rara dengan tubuh polosnya atau menghadapi wajah gemasnya membuat Shaka mati kejang-kejang sendiri. Rasa gugup yang sungguh kurang ajar sudah berani mendatangi sejak sinyal dari Rara diberikan tadi pagi. Sampai sore seperti ini masih saja kegugupan menghantuinya. Walau tidak tahu pasti Rara sudah selesai masa banjirnya atau tidak. Setidaknya dia sudah memberikan izin kepada Shaka untuk sekedar icip-icip bagian lain.

"Ka, satu mobil lagi, bereskan baru kau boleh pulang." Teriak Koko. Shaka mengangguk tanda mengerti, lalu membantu mobil itu untuk parkir ke dalam bengkel tempatnya bekerja.

Sosok seorang perempuan turun dari mobil itu dengan pakaian yang cukup seksi. Roknya tersikap ke atas sampai-sampai Shaka yang hendak mengecek keadaan mesinnya dibuat mabuk. Mabuk karena ada sesuatu mengintip di bawah sana.

Astagfirullah al'adzim..

Dasar perempuan tidak bisa menghargai dirinya sendiri. Jika sudah kejadian diterkam dengan kucing berkepala hitam langsung saja melaporkan polisi. Tetapi sejatinya merekalah yang memancing syahwat pada lelaki.

Bukankah kaum lelaki hanya menerima dengan gratis karena kalian yang menyugukan. Entah itu yang berbentuk bola, atau celengan laki-laki menerima dengan ikhlas. Selagi gratis. Karena kalau dosa pun, semua berawal dari perempuan bukan hanya laki-laki saja yang salah. Bukannya kaum adam ini ingin menyalahkan akankah lebih baiknya jika ditutup rapat.

Karena semua yang terbuka luas bisa dinikmati semua orang ...

Tidak ingin berlambat-lambat dengan perempuan setengah telanjang itu, Shaka segera melakukan tugasnya. Mengecek keadaan mesinnya. Dan mengganti beberapa sparepart yang sudah tidak layak pakai.

Dari tempatnya sekarang dapat terlihat perempuan itu tengah mengamati Shaka sambil memainkan ponselnya. Bukannya Shaka terlalu percaya diri, tapi manusia mana yang tidak bisa merasakan bila dirinya tengah diperhatikan dengan intens. Pasti rasanya risih.

Sampai-sampai beberapa kali kepalanya terpentok kap mobil karena terlalu ceroboh atau mungkin salah tingkah.

"Kenapa Ka?" tegur salah satu temannya sesama di bengkel. Dia mungkin juga merasa aneh saat melihat Shaka beberapa kali melakukan kesalahan.

"Gagal fokus gue."

Dengan merapatkan kedua bibirnya Shaka tahu dia ingin sekali tertawa. "Enggak usah ketawa lo, bantuin."

"Iya gue bantuin, lo baru dilihatin cewek begitu aja udah kembang kempes burung lo."

Dasar teman tidak tahu diri, Shaka membatin sendiri.

"Udah enggak usah dicek, biar istri lo aja yang ngecek nanti."

Benar-benar hal yang sama sekali tidak penting untuk dibahas ketika sedang bekerja. Teman macam apa dia? Amuk Shaka kembali dalam hatinya.

Namun saat Shaka sedang fokus kepada salah satu mesin di mobil ini, aroma parfum yang cukup menyengat tiba-tiba saja merasuki rongga dadanya. Bukannya ia tidak tahu mengenai parfum mahal perempuan, biar begini-begini setidaknya Shaka pernah berguru pada ayahnya bagaimana menghadapi perempuan macam begini.

Dari merk parfumnya saja sudah menunjukkan kualitas siapa dirinya?

"Sudah belum, Mas?"

"Ini sedi...."

Merry Go-roundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang