Mengenal perempuan sama seperti mengenal buku. Bukan hanya dari cover luarnya saja, namun setiap halaman bukunya harus dibaca dan dipahami.. Shaka
Tak terasa hari berganti begitu cepat. Kini pekerjaan rutinitas sehari-hari sudah menunggu untuk dikerjakan. Lalu mengenai kejadian Rara menangis kemarin itu sebisa mungkin sudah Shaka selesaikan sebelum masuk masa dimana Rara akan marah-marah tidak jelas.
Jika dihitung-hitung minggu inilah Rara akan menjadi monster. Bukan monster yang sesungguhnya, melainkan siklus monsternya. Mau tidak mau suka tidak suka, Shaka harus menjaga hatinya. Agar Rara tidak mengamuk dan berubah wujud.
"Abang pergi dulu ya, Ra."
Rara hanya mengangguk saja. Menyalami punggung tangan Shaka kemudian berlalu kembali menuju dapur. Entahlah pagi ini Rara terlihat sibuk sekali. Mungkin ada masakan yang sedang Rara buat.
Berpayungkan langit mendung dipagi hari, Shaka mulai memanaskan motor matic miliknya sebelum pergi ke bengkel. Awan-awan di langit bergumpal pada satu titik dimana Shaka yakin sebentar lagi tetesan air hujan akan turun membasahi bumi.
Karena tidak mau kehujanan, Shaka berangkat dengan cepat. Menerobos kemacetan ibukota dengan keahliannya mengendarai si betty. Sampai tiba di bengkel ternyata para pekerja masih sepi. Beberapa dari mereka malah sedang asik menservice motor mereka sendiri.
Maklum jika showroom depan bengkel belum buka, maka bengkel akan mengikutinya.
"Ka, lo tahu enggak motor gue kenapa?" tegur salah seorang anak bengkel lainnya kepada Shaka.
Shaka berjalan menghampirinya, melihat apa yang terjadi dengan motor tua milik temannya itu. Mereka sama-sama pengguna motor matic namun untuk usia mesin, jauh lebih tua motornya dibanding milik Shaka.
"Emangnya kenapa?"
"Kayak ada yang bocor, coba lo lihat deh."
Pertama-tama Shaka coba memerhatikan semuanya, tetapi ketika Shaka mulai menggas mesinnya memang terjadi tetesan oli mesin ke lantai.
"Ini tempat oli lo bocor, bawa kebengkel lah."
"Emang lo enggak bisa benerin di sini?"
Sebelah alis Shaka terangkat tinggi, memerhatikan pertanyaannya barusan.
Kenapa pertanyaan teman bengkelnya itu seolah-olah meremehkan kemampuan Shaka?
"Gue bisa bro, tapi lo kan tahu di sini alat-alatnya khusus untuk mobil."
Dari raut wajahnya Shaka yakin dia sedang kecewa dengan jawaban itu. Tetapi Shaka bisa apalagi, semua yang dia katakan memang benar adanya.
"Yaudah, nanti gue ke bengkel pulang kerja."
Thats right, itu salah satu cara yang terbaik.
***
Hari senin memang bengkel sepi dari pengunjung. Mungkin karena hari pertama dalam satu minggu yang difokuskan untuk bekerja. Jangankan bengkel, showroom pun tidak dimasuki pengunjung satupun sejak tadi.
Karena itu kerjaan Shaka setelah menyetel beberapa mobil bagus tadi, hanya duduk sambil mengutak atik si betty yang nampak gagah walau sudah Shaka pakai hampir 3 tahun lamanya.
"Ka, gue lagi butuh uang tambahan cari dimana ya?"
Shaka mendongak melihat salah satu teman yang cukup dekat dengannya turut jongkok. Memerhatikan kegiatan yang sejak tadi Shaka lakukan. Mengobrak abrik si betty.
"Uang buat apa lo? Main cewek?" tebak Shaka asal.
"Satu aja pusing bro ngurusinnya, apalagi dua."
KAMU SEDANG MEMBACA
Merry Go-round
Romance-SEQUEL KITA- Semua berjalan terlalu mulus diawal hingga terasa licin seperti kebanyakan sabun ketika dirimu ... hap.. hap.. Namun ternyata berawal dari kelicinan itu hingga mampu membuatku terpeleset sampai kehilangan segalanya. ******* Ini merupak...